Klik Gambar

Rabu, 02 November 2011

PENYUSUNAN STRATEGI BISNIS PADA PT MASPION I


A. Nama dan Jenis Usaha


Maspion adalah salah satu produsen perkakas yang cukup besar. Perusahaan ini memiliki keahlian yang kuat di bidang pemasaran dan manufaktur berbagai rangkaian produk peralatan rumah tangga kualitas baik di peralatan dapur, peralatan rumah tangga plastik, glasswares, dan peralatan listrik rumah. Pipa pvc dan pe juga tersedia untuk keperluan perumahan dan rumah tangga. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang mapan dan luas baik domestik maupun internasional melalui distributor, agen, atau pengecer, serta perwakilan di kota-kota besar di indonesia dan negara-negara berkembang utama. Perusahaan juga telah kuat dalam membangun aliansi strategis dengan mitra asing utama produk konsumen terkemuka di manufaktur tahan lama, yang telah memperkuat posisi perusahaan bisnis terkemuka di pasar domestik dan juga kehadiran jenis di pasar global. Perusahaan ini telah menjadi dikenal dengan baik oem (original equipment manufacturing) pemain di dunia, memasok beberapa toko eceran dan grosir terkenal di amerika serikat serta negara-negara besar lainnya di dunia.
Sejarah dimulai pada tahun 1962 dari ud logam dki, industri dapur rumah sederhana yang didirikan oleh mr alim husin dan rekannya bapak gunardi go. Sebelum menjadi besar seperti sekarang ini, sejarah perusahaan Maspion cukup unik dan sederhana. Alim Husin, ayah Alim Markus mendirikan sebuah usaha kecil yang memproduksi lampu teplok yang terbuat dari aluminium dan logam. Perusahaan yang berdiri sekitar 1961 itu diberi nama UD Logam Jawa. Jumlah karyawannya hanya delapan orang dan bisa memproduksi sekitar 300 lusin per hari. Dari lampu teplok kemudian berkembang dengan memproduksi lampu badai untuk para nelayan. Akhir 70-an mulai memproduksi perabot rumah tangga dengan bahan plastik, seperti ember, baskom, loyang, dan sebagainya. Pada 1972, usaha keluarga Alim Husin semakin maju dan berkembang sehingga kemudian merancang nama dan logo baru. Akhirnya keluarga Alim Husin memperoleh nama baru, yakni Maspion. Menurut Alim Markus, Maspion merupakan singkatan dari M=mengajak A=anda S=selalu P=percaya I=industri O=olahan N=nasional. Setelah PT Maspion berdiri, Alim Husin menyerahkan tongkat kepemimpinannya selaku direktur utama kepada Alim Markus yang merupakan putra tertua. Sementara Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa masing-masing menduduki posisi direktur pengelola. Alim Husin sendiri menjabat posisi Chairman alias ketua.Sejak itu, perusahaan telah secara bertahap membangun basis pelanggan dan mendapatkan pengakuan di industri sebagai kualitas dan produsen yang dapat diandalkan. Saat ini, perusahaan merupakan salah satu grup indonesia yang paling dihormati perusahaan, dibentuk oleh keahlian dalam inovasi produk dan semangat kewirausahaan yang kuat dari para pendiri. Alim husin telah menyadari visinya untuk mengubah kelompok menjadi kekuatan bisnis terkemuka di indonesia. Visi ini telah didukung oleh anak-anaknya, awalnya oleh putra sulungnya, alim markus, yang kemudian diikuti oleh tiga anak lainnya, alim mulia sastra, alim satria, dan alim prakasa. Sejumlah eksekutif karir yang mandiri juga didedikasikan upaya mereka untuk keberhasilan grup maspion. Perusahaan ini mempekerjakan sekitar 13.000 orang dengan fasilitas produksi yang tersebar di empat kawasan industri di sidoarjo dan gresik, jawa timur, dan satu pabrik di jakarta, jawa barat. Melalui dedikasi dan kerja keras dari karyawan, dibentuk oleh kewirausahaan yang kuat dan visi para pendiri, perusahaan telah mampu mempertahankan posisi terdepan dalam industri peralatan rumah tangga, pameran terus pertumbuhan, dan menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholder.

B. Penyusunan Strategi
1 .Orientasi Ekspor
              Grup Maspion bukan cuma jago kandang. Selain menguasai Surabaya atau Jawa Timur, produk-produknya juga merambah ke seluruh Indonesia, bahkan ke mancanegara. Perabotan rumah tangga mulai dari bahan plastik, stainless steel, aluminium, kipas angin, kulkas, AC, tempat tidur, alluminium foil, lampu neon, pompa air, dan masih banyak lagi dihasilkan dari pabrik-pabriknya di Jawa Timur. Dari tempat ini, berbagai jenis barang tersebut didistribusikan ke seluruh Tanah Air bahkan diekspor.Grup Maspion memiliki lima bidang bisnis yang menjadi andalannya. Yang pertama adalah bidang produk konsumen. Bidang bisnis ini akrab bagi ibu-ibu rumah tangga karena memproduksi panci teflon, termos plastik, kulkas, kompor gas, pompa air, kipas angin dan sebagainya. Yang bergerak dalam bidang ini paling tidak PT Maspion, PT Trisula Pack Indah, PT Royal Chemical, PT Maspion Flatware, dan PT Indofibre Mattres Indonesia.
               Bidang bisnis kedua adalah bidang konstruksi material dan industri di mana Maspion memiliki tujuh anak perusahaan. PT Maspion, PT Maspion Kencana, PT Indal Steel Pipe, PT Alumindo Light Metal Industry, PT Aneka Kabel Cipta Guna, PT Indal Aluminium Industry, dan PT Indalex.Bisnis properti juga digeluti oleh kelompok usaha raksasa ini. Beberapa proyek yang bisa disebutkan di sini adalah Maspion Mall, Wisma Maspion, Wisma Moneter, Pondok Maspion, CIMAC, PT Bintang Osowilangun, PT Maspion Industrial Estate, PT Alumindo Industrial Estate, PT Altap Prima Industrial Estate.
                 Salah satu kebanggaan grup Maspion di bidang properti adalah kesuksesannya membangun Kawasan Industri Maspion seluas 300 hektar. Lokasi tersebut hanya berjarak sekitar 10 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Di kawasan inilah Maspion mendirikan perusahaan-perusahan industrinya yang diperkirakan menempati lahan sekitar 100 hektar.Akhir April ini, Grup Maspion akan mempertegas kehadirannya di Jakarta dengan meresmikan gedung perkantoran dan bisnis yang diberi nama Plaza Maspion. Gedung berlantai 18 tersebut sudah hampir rampung dan berlokasi di Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat.
               Dan tak ketinggalan pula adalah bisnis keuangan dan finansial di mana grup ini menonjol dengan Bank Maspion, Maspion Securities, dan Maspion Money Changer.Grup Maspion dalam melakukan ekspansi bisnisnya melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan kelas atas, misalnya dengan Grup Samsung, Korea dan Grup Marubeni, Jepang. Grup ini juga melakukan kerja sama dengan Dupont dan Ishizuka dari Jepang. Pada umumnya Grup Maspion memperoleh porsi saham sekitar 50%.

2. Cinta Produk Lokal
            Dengan jangkauan bisnis yang sangat luas, dan jumlah tenaga kerja mencapai lebih dari 30.000 orang, Alim Markus mencoba tetap konsisten pada tujuannya. Walaupun badai ekonomi berkali-kali menerjang perusahaannya, ia tetap tangguh. “Saya akan terus mengendalikan bisnis ini di sini,” katanya sambil mengarahkan tangannya ke bawah. Maksudnya, di bumi Indonesia. Sekalipun UMR Jawa Timur tahun ini naik sekitar 38 persen dan terasa sangat membebaninya.

3.Etos Kerja
              Untuk menjadi perusahaan yang besar Alim Markus menyatakan bahwa ada lima hal penting yang menjadi etika kerja yang selalu dijunjung tinggi seluruh karyawan Maspion. Pertama, kesetiaan, kemampuan, dan kerja keras. Kerja keras dan kesetiaan pada perusahaan serta ditunjang dengan kemampuan dari setiap karyawan akan menghasilkan banyak hal positif bagi perusahaan.
Kedua, memimpin pasar dengan memberikan keuntungan yang kompetitif terutama kepada semua konsumen. Hal ini sangat dibutuhkan oleh konsumen. Ketiga, kesatuan dan kebersamaan. Dengan adanya rasa kebersamaan, perusahaan akan semakin kuat dan kokoh. Keempat, pertumbuhan yang berkesinambungan. Kelima, memperhatikan kepuasan konsumen.

4.Export Proccessing Zone
                   Berbicara dengan Alim Markus semakin lama semakin menarik. Sejumlah gagasan cemerlang bisa muncul tiba-tiba. Misalnya saja soal otonomi daerah. Dalam kaitan ini, Alim Markus punya gagasan.
“Saya usulkan supaya didirikan suatu lokasi Export Proccessing Zone yang semuanya terpadu di situ. Semua yang menyangkut perizinan, perbankan, perpajakan, sistem tenaga kerja yang sesuai kebutuhan pasar, semuanya bisa diputuskan di lokasi ini tanpa harus melalui birokrasi yang panjang dan berbelit-belit,” papar Alim Markus.
         Kalau ini bisa dilaksanakan ada banyak hal positif yang akan diperoleh. Pertama, bisa meningkatkan daya saing produk ekspor nasional dan kedua akan mengurangi jumlah pengangguran. “Kalau RRC bisa memberikan tawaran-tawaran yang menarik bagi investor asing, kenapa kita tidak? Kita tidak boleh kalah bersaing,” kata Alim Markus. Ia melihat betapa gencarnya pemerintah RRC menawarkan investasi kepada investor asing. Mereka memberikan berbagai kemudahan, memotong jalur birokrasi, bahkan mereka berani menghukum birokrat yang melakukan korupsi dengan hukuman sangat berat, bahkan hukuman mati sekalipun. Apakah kita berani melakukannya?

C.Pesaing
Di belantara pasar produk alat rumah tangga, nama Kirin memang belum sepopuler merek lokal lainnya seperti Cosmos, Maspion atau Sanken. Toh, respons pasar terhadap produk Kirin boleh dibilang cukup bagus. Seperti dituturkan pemilik toko elektronik dan peralatan rumah tangga di Jatinegara, penjualan produk-produk Kirin, seperti rice cooker, cukup bagus. “Relatif sama dengan penjualan merek lainnya seperti Cosmos dan Miyako. Begitu juga untuk water dispenser,” ungkap pemilik toko yang tak mau disebut jati dirinya itu. Menurutnya, dari sisi harga, dibanding merek lokal lainnya produk-produk Kirin sangat bersaing. Layanan pascajualnya, ia menambahkan, cukup bagus.

Layanan pascajual Kirin juga dinilai cukup bagus oleh Iwan. Menurut pemilik Toko Sumber Pusaka di Jatinegara ini, pusat layanan Kirin cukup bagus. “Jika kami mendapat produk yang rusak, Kirin akan langsung mengganti dengan produk baru,” ujarnya. Hanya saja, Iwan menyayangkan, layanan penggantian produk rusak itu hanya berlaku bagi pedagang seperti dirinya. “Jika terjadi kerusakan di pihak konsumen, yang diganti suku cadangnya saja,” katanya. Ia mengaku, penjualan produk Kirin dibanding produk Miyako masih kalah. “Kalau dibandingkan dengan Cosmos, barulah penjualannya relatif seimbang,” kata Iwan. Sayang, ia tak bersedia membeberkan omset Kirin di tokonya. “Masih biasa-biasa saja,” ujarnya. Menurutnya, produk Kirin yang paling diminati konsumen adalah water dispenser. “Karena kualitasnya memang cukup baik dan harganya juga terjangkau.”

Diakui Haris, sejak awal mengembangkan Kirin, ia memang ingin memberikan produk yang bermutu baik. Maka, di pabrik Kirin seluas 2,1 hektare di Kawasan Industri Jababeka, seluruh produk yang dihasilkan harus melewati proses kontrol kualitas yang ketat. Saat ini kapasitas terpasang mencapai 100 ribu pieces/bulan. Total selama setahun, kapasitas pabrik mampu menghasilkan 1,2 juta pieces. Untuk layanan pascajual, disediakan jaringan pusat layanan yang tersebar di 20 kota besar di seluruh Indonesia. Untuk memberikan kenyamanan, diberikan kemudahan dalam pelayanan garansi yang bisa dilakukan lewat SMS. Jadi, tidak perlu mengirimkan kartu garansi. Untuk aktivasi garansi, konsumen tinggal menelepon atau mengirim SMS ke nomor yang tertera di kartu garansi.

Pengamat pemasaran Darmadi Durianto menilai, sejauh ini performa Kirin sudah cukup bagus. “Berkonsep value for money, Kirin menawarkan produk yang relatif bagus tapi dengan harga yang tidak mahal,” ungkapnya. Namun, persepsi masyarakat terhadap Kirin secara keseluruhan belumlah dianggap sangat bagus. Darmadi menambahkan, “Karena harganya tidak mahal, value yang diterima konsumen cukup bagus.”

Meski belum sepopuler merek lokal lain, bagi Haris, pencapaian Kirin selama ini cukup membanggakannya. Derai senyum dan tawa lepasnya sore itu seolah menjadi obat baginya yang telah berjuang selama 5 tahun membangun merek Kirin. Terlebih, menjadi obat baginya yang telah berjalan menapaki ranah bisnis. Maklum, ia merintis bisnis benar-benar dari nol. “Kalau saat itu saya putus asa, mungkin tidak ada hari ini,” kata ayah Eka Arli Chandra (28 tahun), Ariana Kartika Candra (27 tahun) dan Andrew Colin Chandra (26 tahun) ini.

Haris berangkat dari kampung halamannya di Makassar ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMA, pada 1971. “Tidak cukup kenalan, tidak ada modal. Ya, mencari sesuap nasi saja rasanya susah banget,” ujarnya mengenang. Tak ada teman apalagi kerabat untuk koneksi bisnis membuatnya bekerja serabutan agar bisa bertahan hidup. Tuntutan untuk bertahan hidup membuatnya jeli menangkap peluang dengan mendekati beberapa pedagang dari daerah asal. Setelah jejaring disebar, ia membeli barang-barang kelontong dari pedagang-pedagang dari Makassar, Manado, Ambon, Gorontalo dan Ternate. “Atas kepercayaan mereka, saya menjualkan barang-barang dagangannya di Jakarta,” ungkapnya.

Setelah sedasawarsa bekerja serabutan, tahun 1980-an Dewi Fortuna mulai menghampirinya. Tahun 1983 ia dipercaya menjadi agen tunggal Ariston, merek pemanas air dari Italia. Inilah tonggak awal kiprah bisnisnya. Ketika itu, kenalannya berkebangsaan Jerman yang bekerja di Raapkarchar -- perusahaan trading asal Jerman -- merekomendasikan namanya. Padahal, saat itu PT Aditya Sarana Graha, perusahaan dagang milik Haris, hanya memiliki belasan karyawan. Toh, peluang besar itu tak disia-siakannya. Prinsip Haris, kesempatan tak akan datang dua kali.

Dalam perjalanannya, ternyata tidak mudah menjual pemanas air di negara tropis seperti Indonesia. Pertama kali menawarkan produk itu, ia berhasil menjual 6 unit. Padahal ia sudah berkeliling dari Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Solo sampai Surabaya. Toh, ia tetap optimistis produk yang ditawarkannya akan diminati pasar. Kendalanya, produk pemanas air belum dikenal luas oleh masyarakat. Untuk mengedukasi pasar, ia memasuki toko-toko menawarkannya. Ketika itu, sebagai pemula di dunia bisnis, ia tidak tahu, langkah yang dilakukannya benar ataukah salah. Yang pasti, dalam pertimbangannya, kalau menggarap pasar bisnis, seperti hotel, harus menunggu pergantian pemanas air yang rusak atau menanti pembangunan hotel baru.

Konsistensi dan kerja keras Haris keluar-masuk pasar menjual ke toko-toko secara perlahan membuat jaringannya makin tumbuh kuat. Di tahun-tahun pertama ia hanya mampu menjual 2 ribu unit. Seiring dengan makin luasnya jejaring, penjualannya terus meningkat hingga tak kurang 100 ribu unit pemanas air terjual tiap tahun. Malah, sekarang Ariston Indonesia menjadi salah satu pasar terbaik, selain di Italia, yang penjualannya mencapai 2 juta unit/tahun. Bersamaan dengan pamornya yang mulai diperhitungkan, jumlah merek yang diageni pun bertambah: Wasser (kerja sama dengan Korea), Paloma dan Katudai (dari Jepang).

Menurut Haris, ketika krismon menghantam perekonomian Indonesia, penjualan pemanas air sempat anjlok hingga 93%. Beruntung, bisnis lainnya yang baru dirintis, impor produk rice warmer, justru memperlihatkan geliat yang menggembirakan. Selain menjadi agen tunggal Ariston, ia juga merintis usaha importir produk peralatan rumah tangga, terutama penghangat nasi. Ia tertarik merambah bisnis ini karena melihat potensi pasar produk peralatan rumah tangga di Indonesia sangat besar. Terbukti, saat krisis, produk peralatan rumah tangga tetap membanjiri pasar. Per bulan, dari cuma dua kontainer yang ia datangkan dari Korea saat itu tumbuh sampai 40 kontainer.

Haris mengakui, banderol harga murah yang ditawarkannya membuat penjualan melambung. “Konsumen melihat ada alternatif produk yang lebih murah dari merek-merek terkenal yang sudah lama hadir,” katanya. Sebagai pengusaha, rupanya ia tidak puas hanya menjual produk merek orang lain. Tahun 2000, ia pun memutuskan mengembangkan merek sendiri: Kirin. “Selain mudah diucapkan, nama ini juga punya nuansa internasional, sekaligus gabungan nama Tionghoa dua putra saya,” ungkapnya. Dijelaskannya lagi, Kirin juga nama binatang khayalan yang oleh orang-orang di Cina, Korea dan Jepang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. “Saya juga mengharap keberuntungan dari merek ini,” ujar Haris yang bergiat di organisasi lintasagama, Indonesian Concern on Religius and Peace.

Lewat Kirin Dinamika Sentosa, Haris menandai babak baru kiprahnya di jagat bisnis. Meski ia mendapat dukungan dari jaringan toko yang telah lama dimilikinya, tak begitu saja Kirin bisa menggelinding. Untuk membangun brand awereness, ia menggandeng Krisdayanti sebagai ikon produk Kirin. Dana Rp 4 miliar digelontorkan untuk kampanye produk Kirin di berbagai media cetak dan televisi. “Kalau mau produknya dikenal luas, ya harus investasi,” katanya. Tahun-tahun pertama, kapasitas pabrik hanya 20 ribu unit/bulan. Sekarang, 100 ribu unit/bulan.

Haris memilih mendistribusikan produk Kirin langsung ke toko-toko elektronik dan peralatan rumah tangga lewat bendera PT Kirin Griya Indotama. Diakuinya, saat ini distribusi Kirin masih fokus menggarap pasar tradisonal, lewat toko-toko. Saluran distribusi pasar modern juga disentuhnya, antara lain Giant, Carrefour dan Matahari. Puluhan tahun membangun jejaring di pasar tradisional membuat produk Kirin mampu terserap dengan baik. Sampai sekarang, konsentrasi Kirin 80% masih di pasar tradisional dengan maksimal dua lapis jalur distribusi. “Kami puluhan tahun menanamkan kredibilitas kepada toko-toko dengan kualitas barang, jaminan retur, margin menguntungkan buat toko,” tuturnya. Saat ini ia memiliki 5 kantor cabang di 5 kota besar: Surabaya, Bandung, Medan, Palembang dan Makassar. Uniknya, ia memberikan kepercayaan pada kantor cabang untuk memiliki otonomi khusus membesarkan pasarnya. “Tidak baiklah satu kue ditelan sendiri,” begitu prinsip usaha Haris.

Ruddy Widjaja, Manajer Penjualan Nasional Cosmos, menilai dari sisi distribusi, Kirin belum bagus. Dari beberapa kali pengalaman Ruddy berkeliling Nusantara, ada beberapa daerah yang belum dihadiri Kirin. Contohnya, Makassar dan Pontianak. Namun, dengan jujur ia mengakui, di daerah lain seperti Medan produk-produk Kirin cukup menyemaraki pasar.

Dari sisi penjualan, Ruddy menilai Kirin belum mampu mengungguli Cosmos dan Miyako. “Padahal, harganya hampir setara,” katanya. Menurutnya, dari beberapa riset kecil-kecilan yang dilakukannya ke toko-toko elektronik peralatan rumah tangga, rata-rata yang dicari konsumen adalah produk Cosmos, Miyako, Maspion dan Yong Ma. Bahkan, di beberapa toko Ruddy tidak melihat produk Kirin. “Kalaupun ada, biasanya jumlah produk Kirin yang distok tidak sebanyak stok produk Cosmos dan lainnya,” ujarnya. Maka, Kirin tidak terlalu dianggap sebagai ancaman oleh Ruddy. “Paling tidak untuk saat ini.”

Diakui Haris, pangsa pasar Kirin memang masih kecil. “Kalau sudah di atas 12%, kami akan merambah pasar luar negeri,” ujarnya tandas. Menurutnya, merek lama yang sudah menancap kuat di pasar bukan pesaing utama Kirin. Pasalnya, merek-merek besar, seperti Panasonic, Sanyo dan Philips, lebih fokus menggarap kota-kota besar dan pasar modern. Ia menilai di kota-kota kecil justru dibanjiri merek-merek baru -- Haris menyebutnya barang impor XYZ -- yang tak jelas datangnya dari mana. “Justru kelompok barang-barang impor dari XYZ ini yang harus diwaspadai,” kata Haris yang pada 1999 pernah diundang kursus manajemen usaha kecil-menengah ke Jepang dengan sponsor JICA.

Pesaing Kirin, menurutnya, adalah sesama merek lokal, seperti Miyako, Cosmos, Sanken dan Maspion. Masing-masing merek lokal itu, dikatakannya, mempunyai keunggulan di produk tertentu, seperti Miyako di rice coker; Cosmos, tempat beras; dan Sanken, mesin cuci. Sementara Kirin diklaimnya unggul di water dispenser. Yang terpenting bagi Haris, menyediakan produk peralatan rumah tangga yang inovatif dan berkualitas sekaligus mampu memuaskan kebutuhan konsumen. Konsumen pasti melirik produk yang berkualitas. Maka, soal kualitas, sejak awal ia tak mau berkompromi. Begitu pedulinya Haris pada kualitas sehingga dalam merekrut SDM pun ia sangat selektif, terutama di bagian riset dan pengembangan. Untuk produksi, misalnya, ia merekrut Setyo Yuniarto yang memiliki pengalaman lama di perusahaan sejenis. “Orang lokal lebih mengetahui budaya sendiri sehingga bisa menciptakan produk yang sesuai dengan selera mayarakat,” tuturnya.

Yang tak kalah penting, konsistensi dalam upaya mengerek merek Kirin. Dalam pengamatan Darmadi, di awal kemunculannya, Kirin justru bagus karena menggunakan endorser Krisdayanti. “Ini cukup mengangkat brand-nya,” ujarnya. Sayang, belakangan iklannya tak terlihat lagi sehingga ia menilai Kirin kurang konsisten membangun merek. “Jadi terkesan setengah-setengah, terputus. Brand building itu harus berkesinambungan, tidak turun-naik,” katanya. Ia menilai Kirin masih setengah hati dalam berpromosi secara benar.

Dampaknya secara tak langsung adalah awareness konsumen terhadap merek Kirin belum tinggi. Kualitas Kirin juga kurang disadari konsumen meski sudah mendapat sertifikat ISO. Darmadi menyarankan, ke depan Kirin fokus dalam membangun awareness konsumen, menaikkan perceived quality-nya dan membuat program-program untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. “Yang terpenting dalam melakukan brand building adalah konsistensi dan kontinuitas,” ungkapnya.
  
Sebagai bentuk apresiasi dari Anda untuk menghargai karya orang lain, diharapkan untuk menulis referensi web pada daftar pustaka Anda. Terima Kasih


0 komentar:

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?
Info detail hubungi WA 085852316552
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.