Klik Gambar

Senin, 28 Desember 2009

Asumsi Klasik


Asumsi Klasik

Statistika, dewasa banyak diminati masyarakat apapun profesinya, baik praktisi bisnis-manajemen, praktisi hukum, politisi, medis-psikologis dan sebagainya, teriebih lagi bagi kalangan akadenisi, ilmuwan dan peneliti. Keputuhan statistik sebagai alat analisis dirasakan semakin besar oleh pemakaimya, karena semakin meningaktanya persoalan yang harus diselesaikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sementara di sisi lain waktu yang tersedia untuk menyelesaikan persoalan terasa semakin sempit.
Dinanika ilmu statistik sendiri sebenarnya telah berjalan seiring, bahkan lebih ke depan dibanding dengan kebutuhan penyelesaian permasalahan seharian pemakainya, tetapi persoalannya tidak hanya sebatas pada konsep statistiknya belaka. Waktu yang dirasa semakin sempit menginginkan tehnologi komputer turut berperan dalam penghematan waktu, biaya di saping harapan akan optimalisasi dan akurasi basil yang diperuleh Oleh karena itu telah banyak diprodoksi paket program aplikasi komputer unuk analisis, dan salah satunya adalah Statistical Program for Social Science (SPSS).
SPSS merupakan paket program aplikasi komputer tutuk menganalisis data kuatitatip dengan uji-uji statistik, terutama analisis statistik untuk ilmu-ilmu sosial, Namun demikian kemampuan SPSS dalam menganalisis data terkait dengan analisis statistik tidak harya sebatas pada ilmu-ilmu sasial, tetapi juga dapat digunakan untuk hampir seluruh problematic semua bidang ilmu. Beberapa diskriptip data dengan aplikasi sangat sederhana dan mudah dapat digunakan untuk membuat laporan berbentuk tabulasi, chart (grafik), plot (diagram) dari berbagai distribusi, statistik deskriptif, statistik inferensial, dan analisis statistik yang komplek. Sehingga SPSS merupakan program statistik yang lengkap, menyeluruh, terpadu dan sangat fleksibel untuk analisis data, walau masih ada kelemahan dan kekurangannya.


Secara garis besar SPSS menghasilkan 3 maca mtipe file, yaitu :

1. File data, file ini dihasilkan melalui SPSS Data Editor yang disimpan dengan ekstensi sav.
2. File teks, file ini dihasilkan melalui output window dan disimpan dengan ekstensi lst.
3. File chart, file ini dihasilkan melalui chart window yang disimpan dengan ekstensi cht.
Beberapa macam analisis statistik seperti: Anallsis nilali sentral, analisys of varians (Anova), analisis regresi, analisis diskriminan, analisis non-pararnetrik dan analisis lainnya. Makalah ini membahas penggunaan SPSS untuk analisis regresi dengan focus membangun "madel" regresfuntuk memenuhi asumsi klasik dengan tetap berpedoman pada kaidah teori yang mendukung, guna memperoleh istimasi linier terbaik (Best Linier Unbias Estimate).
Dengan pertimbangan kepraktisan fungsi dan efisiensi waktu, petunjuk teknis pengoperasial diuraikan dengan sangat sederhana, tetapi melalui latihan-latihan serta bimbingan dan mengaplikasikan ke dalam beberapa kasus dan menggunakan komputer diharapkan dapat membuat mahasiswa terampil. Adapun secara garis besar tahan yang harus dilakukan adalah sebagal berikut:

1. Menasukan data
  • Membuat data baru
  • Mengedit data
  • Menambah data
  • Mengakses data
  • Tranformasi data
2. Membangun model regresi dan manganalisis data
3. Mengevaluasi Model melalui hasil analisis
4. Melakukan uji Asumsi Klasik
Salah satu analisis statistik yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dan bentuk hubungan dari dua varlabel atau lebih tersebut digunakan analisis Korelasi, sedang untuk menganalisis ada tidaknya dan besar pengaruh variable independent terhadap variable dependent digunakan analisis regresi. Regresi merupakan alat statistik yang digunakan untuk melihat seberapa jauh suatu veraibel (independent variabel) berpengaruh terhadap variabel lain (dependent variabel) karena adanya hubungan dari dua atau lebih variabel tersebut, serta bagaimana bertuk hubungannya.

Analisis regresi terutama ditujukan untuk penaksiran dari/atau peramalan nilal rata-rata hitung atau nilai rata-rata (populasi) variabel tak bebas atas dasar nilai variabel yang menjelaskan (diketahui) melalui pengambilan sample yang dilakukan secara acak. Sehtngga Sample Regression Function (SRF), digunakan iutuk mendekati Population Regremion Function (PRF), dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares - OLS) yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Yi = Bo + B1X1 + B2X2 + .................. + nXn + E; ( PFR, tidak pernah tahu).
yi; = bo + b1x1 + b2x2 + ..+ bnxn + e; ( SFR, dihitung)
Pertanyaan yang timbul adalah: dengan mererima kenyataan bahwa SRF hanyalah suatu pendekatan dari PFR, dapakah ditemukan suatu ketentuan atau metode yang membuat pendekatan tersebut "sedekat" mungkin ?. Dengan kata lain bagaimana SRF dihitung, sehingga diperoleh bo “sedekat" mungkin Bo sebenarnya, b1 "sedekat" mungkin dengan B1 sebenarnya demikian juga untuk b2, b3 dan seterusnya sanpai bn. Oleh karena itu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dengan melihat :

1. Normalitas
2. Homoskedasitas (kesamaan varians)
3. Nonautokorelasi Autokorelasi, dan
4. Nonmultikolinearitas Multikolinearitas
najemen Global

Rabu, 09 Desember 2009

Uji Asumsi klasik regresi berganda

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi ( Sudrajat 1988 : 164). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001 : 271).

2.Uji Asumsi Klasik Heteroskedasitisitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso. 2002 : 206).

3.Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidakakepercayaan ada autokorelasi (Santoso. 2002 : 219)

Jumat, 25 Desember 2009

Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?

Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak cara membuat Matematika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dari yang tradisional menggunakan batang lidi, sampai yang mutakhir ala Glenn Doman. Kuncinya cuma kreativitas.

Penuturan Djomon Bapila, Kepala SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ini misalnya. Djomon mengaku, dia mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.

"Lalu, saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon, awal Oktober lalu.

"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini, mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.

Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematika yang ia ajarkan. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.

Ya, "domino Matematika". Sugimun sudah membuktikan bahwa domino tersebut bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.

Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, maka kartu pada "domino Matematika" berisi berbagai bilangan pecahan.

"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.

"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan (sekolah), mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.

Glenn Doman
Khusus anak balita, mereka memerlukan sistem pembelajaran, metode, dan sarana yang tepat supaya bisa merasa senang dan mudah saat mempelajari Matematika.

Berangkat dari fungsi otak yang memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa pada seorang anak, Dr Glenn Doman menunjukkan betapa mudahnya mengajarkan Matematika ke anak balita dan menjadikan proses belajar tersebut begitu menyenangkan.

Menurut Irene F Mongkar, seorang praktisi metode Glenn Doman, pada masa tiga tahun pertama, otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya, stimulasi yang diberikan pada masa ini akan merangsang kecerdasannya.

Pertanyaannya, bagaimana metode ini mampu membuat pelajaran Matematika menjadi begitu menarik dan menyenangkan buat anak-anak Anda?

- Tahap Pertama, Perkenalkan Jumlah

Perlihatkan kepada anak, kartu-kartu putih berukuran 28 x 28 cm dengan gambar dot (lingkaran berdiameter 2 cm) berwarna merah, mulai dari kartu berjumlah dot 1 sampai dengan 100.

Untuk memperkenalkan jumlah, cukup dengan memberikan 5 kartu, dengan sangat cepat (2 kartu untuk 1 detik) dan diulang maksimum sebanyak 3 kali sehari.

- Tahap Kedua, Perkenalkan Persamaan

Kembali kita menunjukkan kartu-kartu dot, misalnya dot berjumlah 7, 5, dan 12. Tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”tujuh ditambah lima sama dengan dua belas”.

Berikan tiga persamaan dalam setiap pengajaran, dan sehari berikan 3 kali pengajaran. Harus dicatat, setiap persamaan tidak diulang lagi.

- Tahap ketiga, Pemecahan Masalah

Siapkan kartu dot berjumlah 4, 7, 11, dan 16. Lalu, tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”Empat ditambah tujuh sama dengan 11 atau 16?”

Biarkan si anak memilih, dan berikan dia cukup waktu berpikir dan menunjukkan jawabannya. Berikan anak balita kesempatan untuk menggunakan kemampuannya.

- Tahap keempat, Pengenalan Angka

Pengenalan ini prinsipnya seperti pada tahap 1. Adapun pada tahap kelima, perkenalkan persamaan dengan angka yang ditulis dalam karton panjang berukuran 10 x 50 cm, dengan berbagai jenis persamaan, misalnya 7 + 1 + 11 – 5 + 2 – 4.

Dengan cara yang sederhana, waktu yang singkat, sikap gembira dan menyenangkan, kita dapat mengenalkan Matematika kepada anak balita. Dengan begitu, anak balita akan mulai menyenangi Matematika.

Jumat, 18 Desember 2009

BERPRESTASI DI NEGERI ORANG

The Show
Jumat, 04 Desember 2009 21:21:00 Wib
kick andySudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan, ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.

Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

Suhendra misalnya. Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.

Jabatan yang diraih Andreas Raharso mungkin membuat kita berdecak kagum. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.

Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.

Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.

Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. ( end )

Selasa, 01 Desember 2009

Flag Counter

free counters

Cara Menampilkan Lencana Facebook di Blog

Cara Menampilkan Widget Badge / Lencana Facebook di Blog

Menampilkan alamat Facebook di Blog berupa Widget Badge /Lencana termasuk penting juga untuk menambah jumlah teman anda di facebook. Dengan makin banyaknya teman dan tautan blog anda di facebook akan sangat baik bagi anda untuk mempromosikan blog di situs jejaring besar ini. Bukan kah ini juga termasuk Tips SEO di samping tips SEO lainnya yang lebih esensial ?
Untuk memasang widget ini caranya sebagai berikut.

1. Login ke facebook anda
2. Klik aja nama akun facebook anda (terdapat di navbar paling atas situs)
3. Klik buat lencana profil / create badge di pojok kiri bawah

4. Selanjutnya anda tinggal memilih tipe badge atau lencana lalu salin / paste kode yang diberikan dari masing-masing widget yang anda kehendaki, ke HTML / Javascript blog anda. Anda juga dapat mengedit apa saja yang akan di tampilkan di widget badge tersebut.
Catatan : Untuk menampilkan URL blog / situs, anda tinggal melengkapi saja profil facebook anda.
Selamat mencoba.

Ini Gambar Buron Tersangka Nomor Satu di Bolivia

Ini Gambar Buron Tersangka Nomor Satu di Bolivia

Rabu, 25 November 2009 | 10:46 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Gambar tersangka buron tersangka yang dikeluarkan polisi biasanya lukisan lumayan bagus. Tapi lihat gambar ini: pernah terbayang itu gambar buron tersangka? Terbayang pula jika lewat gambar itu polisi Bolivia bisa menangkap tersangka pembunuh?

Gambar buron tersangka itu muncul saat seorang sopir taksi, Rafael Vargas, dibunuh dengan sadis. di Santa Cruz, Bolivia, pada Maret silam. Vargas ditusuk dan kemudian dibakar di tengah jalan.

Polisi kemudian meminta warga yang tahu kejadian, untuk melapor. Salah satu warga, seorang perempuan, mengatakan kepada polisi ia bisa menggambar wajah tersangka pembunuh sadis itu.

Jadi, warga itu menggambar tersangka buron. Gambar ini begitu kekanak-kanakan, bahkan tanpa memiliki kuping. Tapi polisi menganggap serius, menyiarkan di televisi.

Rupanya gambar tersangka buron ini begitu memikat publik Bolivia sehingga malah begitu terkenal. Di You Tube, siaran berita saat pembawa acara memperlihatkan gambar buronan itu menjadi top. Kasus ini pun menjadi perhatian seluruh Bolivia. Akibatnya, polisi akhirnya bisa menangkap dua tersangka pembunuh.

Televisi dan media Bolivia, oleh undang-undang setempat, dilarang memperlihatkan wajah orang yang ditangkap polisi. Jadi, mereka mengganti wajah itu dengan gambar buronan itu.

Tancep Kayon'

'Tancep Kayon'

Minggu, 29 November 2009 | 00:34 WIB

Putu Setia

Bagi yang gemar menonton pertunjukan wayang kulit, ada istilah tancep kayon. Arti sebenarnya adalah menancapkan kayon, yaitu wayang yang merupakan simbol gunungan. Makna simbolisnya adalah perpindahan adegan, misalnya, dari kisah para kesatria Pandawa menjadi kisah para Kurawa. Tapi tancep kayon juga bisa bermakna pertunjukan selesai. Penonton pulang dengan kesannya masing-masing.

Karena wayang adalah gambaran "bhuwana alit" atau dunia yang kecil, dalam "bhuwana agung" atau kisah keseharian umat manusia, begitu banyak ada kisah yang silih berganti. Tapi intinya tetap perang antara kebenaran dan ketidakbenaran. Lakon Komisi Pemberantasan Korupsi versus Polisi dan Kejaksaan hanya satu contoh. Tokohnya banyak, yang mendompleng ingin jadi tokoh juga banyak. Di satu sisi ada Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah. Di seberangnya ada Kapolri, Kabareskim, Jaksa Agung. Lalu di antara dua sisi itu ada Buyung Nasution dengan Tim 8, ada Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md., dan masih banyak pendekar lainnya, baik yang terang-terangan memihak salah satu maupun sembunyi-sembunyi.

Tiba-tiba tancep kayon, setidaknya diniatkan begitu. Lalu siapa yang benar dan salah? Tak ada. Selain ini kecanggihan Ki Dalang, tradisi pergelaran memang demikian. Penonton dibiarkan "pulang" dengan pikiran mengambang, tergantung bagaimana dia melihat pertunjukan itu. Bibit dan Chandra boleh merasa menang karena perkara mereka sudah pasti tak ke pengadilan. Polisi juga merasa menang karena berhasil menyusun berkas penyidikan dan diserahkan ke institusi penuntutan tanpa ada yang kurang. Kejaksaan juga menang karena berhasil mendapatkan berkas penuntutan yang bukti-buktinya lengkap. Bahwa prosesnya tak ke pengadilan, Kejaksaan tentu bisa berkata dengan sombong: "Bukti cukup dan lengkap, tapi ada arahan agar kami tak meneruskan ke pengadilan. Bukan salah kami."

Jadi kasus KPK versus Polisi dan Jaksa--seperti pergelaran wayang kulit--berakhir di awang-awang. Penonton yang kritis--karena itu jarang ada orang kritis nonton wayang kulit--yang ingin ada kemenangan dan kekalahan mutlak akan kecewa berat. Kayon sudah ditancapkan.

Tapi pertunjukan dengan kisah yang lain pasti akan menyusul karena begitulah dunia wayang. Sebentar lagi akan muncul lakon Bank Century. Jika lakon KPK versus Polisi dan Jaksa menguras energi penonton tiga bulan--kita hitung dari dipanggilnya pimpinan KPK oleh polisi--kasus Bank Century bisa lebih lama. Tokohnya orang terkenal, Boediono yang kini wakil presiden dan Sri Mulyani yang Menteri Keuangan. Di seberang ada Panitia Angket DPR, orang-orang yang sedang mencari panggung. Di tengah-tengah--memihak ataupun mengaku netral--ada Badan Pemeriksa Keuangan, pengamat perbankan, pemilik dan nasabah bank, dan masih banyak lagi. Ini jadi pertunjukan menarik karena pasti penuh dengan dinamika--kata sederhananya: serang-menyerang. Tak mustahil, dengan alasan demi ketertiban masyarakat, kasusnya akan ditutup dengan gaya pergelaran wayang kulit, tancep kayon.

Orang yang tak suka wayang kulit sulit sekali menerima kenyataan kenapa tontonan itu harus dipelototi semalam suntuk, begitu lamban. Persis dengan lakon di dunia nyata, penyelesaiannya amat lamban. Kita kehilangan banyak waktu. Kalau satu kasus diselesaikan tiga bulan--dengan hasil tak jelas pula--dalam 60 bulan, pemerintah hanya mengurusi 20 kasus.

Ke mana kita harus berguru masalah ketegasan, kecepatan, dan kepastian? Kita punya banyak teater tradisional, tak cuma gaya pergelaran wayang kulit.

Melodrama

Melodrama

Senin, 30 November 2009
Politik terkadang butuh melodrama. Pada saat-saat tertentu ia sebuah melodrama tersendiri bahkan. Seperti dalam sinetron yang silih berganti kita saksikan di TV—lakon-lakon yang itu-itu juga, Kitsch yang tanpa malu memperdagangkan ajaran budi pekerti yang simplistis—politik sebagai melodrama bisa juga bicara tentang ”moral” dan pada saat yang sama, tak meyakinkan.
Melodrama dibangun oleh ”monopati”. Kata ini saya pungut dari Oliver Marchand yang menulis satu esai yang bagus tentang politik sebagai teater dan teater sebagai politik (Marchand meminjamnya dari Robert Heilman). Monopathy adalah ”kesatuan perasaan yang membuat seseorang merasakan diri utuh”. Tokoh-tokoh dalam sebuah melodrama ”tak punya konflik yang mendasar dalam dirinya”—berbeda dari tokoh-tokoh tragis, yang terobek-robek antara nasib dan kebebasan, antara kewajiban besar dan gelora hati. Melodrama adalah konflik manusia dengan manusia lain, sedang tragedi menghadirkan tokoh seperti Hamlet dan Oedipus, dan dengan demikian tragedi adalah konflik di dalam diri manusia. Maka melodrama bergantung pada permusuhan dengan sesuatu yang di luar sana—si jahat atau bakhil, ideologi yang memusuhi atau kekuasaan yang akan menindas, alam yang destruktif, dan lain-lain. Dalam melodrama, dunia hanya hitam atau putih.
Maka benar juga jika dikatakan, melodrama mirip politik, tragedi mirip agama—kecuali bila agama pun jadi proyek politik, bukan lagi merupakan ruang persentuhan aku dan Tuhan, melainkan ruang persaingan atau benturan antara ”kami” dan ”mereka”.
Revolusi adalah model yang bisa jadi acuan jika kita bicara tentang politik se­bagai melodrama. Dramawan Peter Brooks menunjukkan hal ini. Melodrama, katanya, adalah ”genre dan ucapan dari moralisme revolusi”. Dalam revolusi pesan moral diutarakan tanpa ambiguitas: di sini kaum revolusioner yang mulia, di sana kaum kontrarevolusioner yang keji.
Tiap revolusi menyangka, atau menyatakan diri, membawa sesuatu yang baru. Revolusi Prancis menyatakan tahun permulaan kekuasaan baru sebagai ”tahun nol”. Revolusi Rusia mengubah nama-nama kota terkenal (”St. Petersburg” jadi ”Leningrad”), juga Revolusi Indonesia menolak nama ”Batavia” dan menjadikannya ”Jakarta”. Bahkan Bung Karno mengubah nama orang yang me­ngandung nama ”Belanda”: Lientje Tambayong jadi ”Rima Melati”, Jack Lemmers jadi ”Jack Lesmana”.
Para sejarawan mungkin tak akan melihat apa yang ”baru” bisa sedemikian absolut. Tarikh baru bisa dimaklumkan, nama baru bisa diterima umum, tapi senantiasa akan ada endapan dari masa lampau dalam peristiwa revolusioner yang mana pun. Lagu Revolusi Oktober yang dinyanyikan dengan menggetarkan oleh paduan suara Tentara Merah menggunakan melodi yang sama dengan nyanyian Selamat Tinggal, Slavianka yang digubah pada 1912—yang juga dinyanyikan untuk membangkitkan semangat pasukan Tsar menjelang perang di Balkan.
Sudah tentu, bagi kaum militan yang muncul menegaskan diri dalam revolusi, apa yang ”baru” itulah yang menyebabkan mereka maju dan yakin. Badiou, yang menyebut Revolusi Prancis dan Rusia sebagai ”kejadian”, l’evénement, mengklaim bahwa kejadian itu adalah sebuah proses ”kebenaran”, dan ”kebenaran”, (berbeda dari ”pengetahuan”) bersifat ”baru”. Mungkin seperti puisi yang lahir dan—meskipun menggunakan bahasa yang ada—bisa dihayati sebagai baru sama sekali.
Persoalannya, sebuah revolusi (sebagai ”kejadian” yang dahsyat sekalipun) bukan hanya menerobos sebuah ”situasi”, bukan sesuatu yang datang dari luar sejarah, melainkan juga datang dari sebuah ”situasi”, dari sebuah keadaan yang terkadang disebut status quo. Saya kira Marx lebih benar ketimbang Badiou: revolusi bagi Marx tak akan terjadi bila tak ada keadaan obyektif, bila tak terjadi penguasaan total alat produksi di masyarakat oleh kaum borjuis dan makin meluasnya mereka yang tak punya apa pun, kecuali tenaga.
Dengan kata lain, politik dan revolusi sebagai melodrama bukanlah lakon seru yang tak dirundung ambiguitas dalam dirinya. Tiap perubahan besar sebuah masyarakat selamanya mengandung sifat yang tragis: kita bersengketa dengan diri kita sendiri, gerak terasa mundur dan jadi antiperubah­an, tak pastinya proses yang biasa diba­yangkan dalam pidato-pidato ”moralisme revolusioner”.
Politik yang tetap tak ingin melihat diri sebagai melodrama akan dengan cepat jadi komedi atau bahkan farce. Para pejuang yang bukan lagi pejuang tapi terus mengklaim kesucian motif dalam dirinya dan kemurnian semangat dalam kepejuangannya, akan tampak menggelikan, atau semakin tak meyakinkan para penonton. Terutama dalam keadaan ketika elan perubahan telah bercampur dengan rasa kecewa dan hilangnya keyakinan yang meluas.
Tapi melodrama selalu tersimpan dalam sebuah masyarakat. Hidup terkadang terlalu penuh warna abu-abu hingga orang menginginkan gambar yang tegas dan sederhana. Yang tragis menakutkan. Kita pun membuat kisah seperti Ramayana dengan akhir yang jelas dan bahagia: Sita kembali mendampingi suaminya setelah Dasamuka yang jahat itu mati. Tak ada dalam cerita kita bahwa Sita harus dibakar untuk membuktikan dirinya ”suci” setelah bertahun-tahun hidup di bawah kuasa lelaki lain.
Melodrama, dalam pentas dan dalam politik, memang mengasyikkan, dengan atau tanpa air mata. Tapi memandang politik dengan sikap pengarang sinetron akan cenderung menampik kesadaran akan yang tragis dalam sejarah—dan kita hanya akan jadi anak yang abai dan manja.
Hidup tak bergerak dengan monopati.
Goenawan Mohamad

Hari AIDS Sedunia


1 Desember, Hari AIDS Sedunia
Jumlah pengidap dan penderita HIV/ AIDS di Indonesia semakin memprihatinkan. Hingga November 2009 pemerintah mendata sekitar 298 ribu orang di tanah air hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Secara kumulatif data Departemen Kesehatan hingga September 2009 hanya tercatat 18.442 kasus AIDS. Berarti mengalami kenaikan yang luar biasa cepatnya.
Di Indonesia hampir tidak ada provinsi yang bebas HIV/AIDS. Malah, diperkirakan saat ini HIV-AIDS telah ditemukan di lebih separo jumlah kabupaten dan kota di tanah air. Maka dari itu, waspadalah…waspadalah..!

Saktinya Anggodo Widjojo


Saktinya Anggodo Widjojo
Anggodo Widjojo, tokoh sentral setelah rekaman penyadapan KPK dibeber di MK, kembali menunjukkan kesaktiannya. Ang Tju Nek, nama Tionghoa Anggodo, tak pernah menunjukkan rasa keder meski nyata-nyata merekayasa proses jalannya peradilan dan telah diketahui orang seluruh negeri. Kali ini apa yang terjadi pada Anggodo betul-betul menjawab penasaran rakyat bahwa dia memang sosok sakti mandraguna. Rakyat tak ragu lagi sekarang. Betapa memble aparat penegak hukum kita, betapa bebal institusi penyangga keadilan terhadap harapan rakyat akan rasa keadilan.
Logikanya sederhana saja. Seperti yang diherankan Trimoelja D. Soerjadi, pengacara kawakan dari Surabaya, simpul dalam kasus penyuapan itu cuma ada dua. Yaitu, yang disuap dan yang menerima suap. Yang dituduh menerima suap, Bibit dan Chandra, telah mengalami nasib begitu rupa. Dikuyo-kuto dan menjadi pemberitaan media massa sekian lama, karena polisi menuduh dua pimpinan KPK itu telah menerima suap dari Anggodo lewat Ari Muladi. Simpul lainnya yaitu Anggodo, sebagai pihak penyuap. Tapi, hingga hari ini dia tetap menjadi orang yang baik-baik saja di mata polisi. Ada apa ini?

FIFA WORLD CUP 2022 INDONESIA



Ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia perlu kita dukung. Walaupun banyak yang apatis akan keberhasilannya, namun kami dari KDRI mencoba untuk berpikir positif saja.

Nah kira - kira kalo Indonesia jadi tuan rumah, mungkin logonya seperti ini. Bola dengan gambar pulau Indonesia berwarna warni yang sedang ditendang dengan lekukan membentuk angka 2022.

Moga - moga mimpi kita bisa jadi kenyataan ya! Menjadi tuan rumah penggila bola di tahun 2022.

Indonesia Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2022…!!

Ini Dia Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2022…!!


Indonesia sudah resmi mengirim permohonan ke organisasi sepakbola dunia FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Sebanyak 24 anggota Komite Eksekutif FIFA akan memutuskan negara tuan rumah 2018 dan 2022 pada Desember 2010.

Sejak digelar pertama kali 1930, Eropa sudah menggelar Piala Dunia 10 kali dan Amerika Latin enam kali. Sedang Asia dan Amerika Serikat masing-masing sekali. Afrika sudah mendapat jatah karena Afrika Selatan menjadi tuan rumah untuk 2010 sedang 2014 bakal digelar Brasil.

Untuk menjadi tuan rumah, FIFA mensyaratkan ada satu stadion berkapasitas di atas 80 ribu tempat duduk untuk final dan 12 stadion lain berkapasitas minimal 40 ribu tempat duduk. Ini bisa menjadi masalah bagi Indonesia yang biasa membangun stadion-stadion kecil, meski untuk final sudah memiliki Gelora Bung Karno yang bisa menampung 88 ribu penonton.

Sabtu, 28 November 2009

Kumpulan Teka-Teki Lucu

Kumpulan Teka-Teki Lucu - Kali ini saya nggak nulis tentang stop dreaming start action, melainkan nulis "teka-teki lucu" yang bikin kita ngakak abiss. Semua teka-teki lucu ini mungkin pernah anda baca, tapi nggak ada salahnya anda baca lagi, biar anda ngakak lagi.. Wkwkwkwkakk. Oke dech selamat ngakak yach..

Teka-teki Binatang
01. Bebek apa yg jalannya selalu muter ke kiri terus?
Bebek dikunci stang

02. Kenapa Bebek goreng enak rasanya?
Karena ada huruf ‘B’ nya, coba kalo nggak ada, berani makan?

03. Ada bebek 10 di kali 2 jadi berapa?
8, soalnya yg 2 lagi maen di kali, kan?

04. Hewan apa yg bersaudara?
Katak beradik

05. Kenapa anak kodok suka loncat-loncat?
Biasalah… namanya juga anak-anak. Suka iseng…

06. Hewan apa yg paling aneh?
Belalang kupu-kupu. Soalnya kalo siang makan nasi kalo malam minum susu

07. Hewan apa yang namanya 2 huruf?
U dan g

08. Apa yang mempunyai kaki enam dan bisa terbang?
Tiga ekor burung!

09. Bagaimana caranya mencegah anjing supaya tidak kencing di jok belakang?
Pindahkan ke jok depan!

10. Punya delapan kaki tapi yang dipakai cuma empat?
Seekor kuda yang sedang ditunggangi dua orang!

11. Siapa yang selalu jadi korban pemerasan?
Sapi perah

12. Bagaimana Membedakan Zebra Jantan Dengan Betina
Zebra Jantan Aslinya Berwarna Hitam Garis - Garisnya Putih, Zebra Betina Aslinya Berwarna Putih Garis - Garis Hitam

13. Kalau dipukul yang mukul malah kesakitan?
Nyamuk yang lagi nempel di hidung!

14. Tikus kalo ulang taon minta hadiah apa?
Sepeda (bodo!! yang ulang taon khan dia… jadi terserah dong…)

15. Gimana caranya tau di dalam kulkas ada tikus?
Liat dulu… di luar kulkas ada sepeda ga?

16. Berapa jumlah kaki seekor kerbau?
Delapan (8) yaitu: dua kaki kiri, dua kaki kanan, dua kaki depan, dan dua kaki belakang

17. Hitam, putih, merah, apakah itu?
Zebra abis dikerokin

18. Monyet apa yang rambutnya panjang?
Monyet gondrong

Teka-teki Gajah

19. Binatang apa yang kalau lagi pilek paling menderita?
Gajah (bayangin aja sendiri)

20. Gajah apa yang belalainya pendek?
Gajah pesek

21. Apa persamaannya gajah dan tiang listrik?
Sama-sama nggak bisa terbang

22. Gimana caranya 5 ekor gajah naek sedan?
2 di depan 3 di belakang

Teka-teki Ikan

23. Ikan apa yang matanya banyak sekali?
Ikan teri 1 kilo

24. Ikan apa yang paling menderita?
Ikan nggak bisa berenang

25. Ikan apa yang nggak bisa berenang?
Ikan goblok

Teka-teki Kucing

26. Binatang yang paling dibenci anjing laut?
Kucing laut

27. Apa bedanya kucing ama kucring?
Kalo kucing kakinya empat, kalo kucring kakinya emprat

28. Bola apa yang mirip kucing?
Bola emon

Teka-teki Ayam

29. Kenapa ayam kalo berkokok matanya merem?
Karena udah hapal teksnya

30. Ayam apa yang besar?
Ayam semesta

31. Kenapa ayam jago nggak punya tangan?
Sebab ayam betina ngga punya susu

32. Ada ngga ayam yang berkokok siang-siang?
Nggak ada, yang ada berkokok ku… ku… ruyuuuukk.

Teka-teki Telor

33. Barang apa yang lebih berguna setelah pecah? Telur

34. Ada ayam jantan pala’nya ada di amerika ekornya di Afrika, sayapnya di Jakarta, matanya ada di Brazil, telurnya ada di mana?
Ayam jantan mana ada sih yang Bertelor…

35. Ayam apa yang bertelur di mana aja?
Ayam betina

36. Telor apa yang paling enak?
Telor yang lagi gatel trus digaruk-garuk

37. Telor apa yang sangar?
Telor asin, soalnya ada tatonya

38. Telor asin takut ama sapa?
Ama telor puyuh, sebab tatonya lebih banyak

39.Telor puyuh takut ama sapa?
Ama telormu, abis punyamu bawa pistol seeh!

40. Kenapa anak babi kalo jalan nunduk?
Karena malu punya ibu seekor babi

41. Kenapa anak kelinci kalo jalan suka lompat-lompat?
Soalnya dia seneng ibunya bukan babi

42. Apa beda unta dengan kangkung?
Kalo unta di arab, kalo kangkung di
urap

Teka-teki Garing Campuran

43. Apa bedanya pemurung dengan pemulung?
Pemurung tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung tidak pelnah melasa gembila

44. Kenapa mayat dibungkus kain putih?
Pake hitam…??? Siapa takut!!!!

45. Kenapa Afrika negaranya miskin?
Karena terlalu sibuk ngeriting rambut

46. Olah raga apa yang paling berat?
Catur. Masa kuda ama benteng diangkat-angkat

47. Siapakah presiden RI yang terseksi?
Pa ha Bibi

48. Kenapa stir mobil letaknya kalau ‘nggak di kanan ya di kiri. Kok’nggak di tengah?
Biar gampang kalau mau ngeludah

49. Kenapa Sri Rama memilih Sinta?
Karena kulit Santi tak seputih kulit Sinta

50. Kenapa Superman celana dalamnya merah?
Karena lupa pake pembalut

51. Kenapa Superman bajunya pake huruf S?
Karena kalau pake M atau XL kegedean

52. Kenapa superman gak kawin ama wonderwoman?
Ya emang nggak jodoh

53. Kenapa Batman lambangnya bukan B?
Karena udah dipake sama Bobo…

54. Batman kalo tidur di mana hayo?
Bedcover

55. Kenapa suku Irian memakai koteka?
Karena kalau pakai daun pisang ntar dikira lontong

56. Kenapa kijang tiada duanya?
Karena indosiar memang untuk anda

57. Bahasa Inggrisnya nasi apa? Rice
Bahasa Inggrisnya panjang apa? Long
Kalau bahasa Inggrisnya nasi panjang apa?
Lontong

58. Kenapa di dalam bajaj nggak ada nyamuk?
Karena nyamuk sini cuma takut tiga roda

59. Siapa wanita Indonesia yang paling kuat?
Nyonya Meneer, berdiri sejak tahun 1918

60. Apa bedanya aku dan kau?
Aku dan kau, jelekan kau (nyanyiin pake lagu susu dancow)

61. Kenapa kalo lagi mikir orang suka megang jidatnya?
Ya iyalah, masa megang jidat orang laen!

62. Benda apa yang paling matre’?
Telepon umum, khan kalo dikasih uang baru mau kerja

63. Apa bedanya sarung dan kotak?
Kalau sarung itu bisa kotak-kotak kalau kotak tidak bisa sarung-sarung

64. Sepatu siapa yang nggak bisa lepas?
Ya sepatunya reza donk (kan sepatu yang tak bisa lepas: dinyanyiin)

65. Sapu apa yang selalu menempel?
Sapu yang tak bisa lepas… (lagunya Reza juga)

66. Ada dua orang bapak dan dua orang anak, mereka pergi ke hutan untuk berburu kancil, sialnya mereka hanya dapat tiga ekor, tetapi waktu kembali ke rumah, masing-masing membawa satu ekor. Mungkinkah atau mustahil???

Jawaban disertai alasan: yang pergi berburu hanya 3 orang, seorang kakek, seorang ayah dan seorang anak, tul nggak? Mikir dong hehehe… :d

67. Tiang apa yang enak?
Tiang-tiang minum te!

68. Naiknya cepet, turunnya lambat banget…?
Ingus!

69. Tank apa yang moncongnya ke bawah?
Tankurep, hehehe…

70. Nembak lantai kena hidung apa hayo?
Kentut woi

71. Sma apa yang badannya gede-gede?
Sma CK DOWN

72. Pohon apa yang paling banyak pada hari lebaran?
Pohon maaf lahir dan batin

73. Benda apa yang besar putih bersayap dan rasanya asin?
Pesawat terbang jatuh ke laut donk…!!!

74. Lemari apa yang bisa masuk kantong?
Lema ribu

75. Dewa apa yang kesepian?
Dewakto sendere

76. Ada berapa hurufkah dalam abjad?
Ada 5 (lima) a-b-j-a-d

77. Apa bedanya wayang, sepatu, dan jengkol?
Kalo wayang ada yang namanya semar, kalo sepatu disemir, kalo jengkol disemur

78. Kentang apa yang bisa bikin bayi ketawa?
Kentangtingtungtingtangtingtung

79. Saya ada jeruk lima kamu minta minta satu, sisanya berapa?
Ya tetap lima soalnya kamu nggak dikasih…

80. Apa yang kalo naik turun, kalo turun naik?
Tukang Beca, kalo jalannya naik dia turun buat dorong, kalo jalannya turun dia naik lagi

81. Kenapa aspal itu hitam?
Kalau coklat lo ambil ntar

82. Mie apa yang bau banget?
Mie kuAHHHHHHHHHHHHHH…

83. Kenapa orang takut kehujanan?
Coz tuh hujan beraninya kroyokan, coba klo satu-satu, gak ada yang takut khan?

84. Kenapa liang anus keriput?
Soalnya dicuci-dicuci, disetrika enggak…

85. Orang sibuk paling sabar duduk di mana?
Di jamban

86. Ban apa yang bisa makan, joget, nyanyi, dan ngomong?
Banci

87. Uang kalau dilempar jadi apa?
Jadi rebutan

88. Sepatu biru kecebur di Laut Merah jadi apa?
Jadi luntur

89. Kenapa batu kalau dimasukkan ke air tenggelam?
Soalnya batu enggak bisa berenang!

90. Ada nggak buah rambutan yang berbahaya kalau kita makan?
Ada, kalau makannya di tengah jalan tol!

91. Apakah ilmu pasti itu?
Ilmu yang melarang soal-soal seperti ini: satu ditambah satu barangkali dua, dsb!

92. Supaya enak biji nangka dimasaknya bagaimana?
Cari biji nangka yang paling kecil. Terus 1 biji itu dibelah 8. Salah satu potongannya direbus. Setelah matang dimakan dengan 3 potong ayam goreng. Setelah habis, minumlah juice durian. Pasti enak!

93. Bagaimana orang cadel tertawa?
Teltawa telkekeh kekeh

94. Sebutkan perbedaan segelas es campur dengan segelas air putih?
Kira-kira lima ratus rupiah!

95. Bagaimana cara yang paling cepat menggemukkan badan?
Masuk ke sarang lebah!

96. Kalau hitam dibilang bersih, kalau putih dibilang kotor?
Papan tulis!

97. Apa persamaan uang dan rahasia? Dua-duanya susah dipegang!

98. Selalu diam di pojok tapi selalu keliling dunia?
Perangko!

99. Bagaimana cara melipatgandakan uang dengan cepat?
Taruh di depan kaca!

100. Polisi melihat sopir truk di Rambu larangan tetapi tidak menangkapnya.
Kenapa? Karena sopir truk itu sedang berjalan kaki!

101. Apa namanya orang yang membawa 3 ekor kelinci di kepalanya?
Orang enggak ada kerjaan!

102. Siapa yang potong rambut tiap hari tapi tidak botak?
Tukang pangkas!

103. Yang membuat tidak membutuhkannya. Yang membeli tidak memakainya. Yang memakai tidak memesannya? Apa itu?
Batu Nisan!

104. Yang jual enggak doyan, yang doyan enggak beli, yang beli enggak doyan?
Rumput (makanan sapi).

105. Apa beda matahari sama bulan?
Matahari ada diskon, bulan enggak ada

106. Kenapa Bumi makin panas?
Karena Matahari buka cabang di mana-mana

107. Gimana cara terbang ke matahari tanpa kepanasan?
Perginya malam hari

108. Apa yang dikatakan orang bisu pertama kali bisa ngomong?
Tes… tes… 1 2 3 dicoba…, Sound Check, Sound Check…!

109. Apa yang luarnya mulus dalamnya amburadul?
Nenek-nenek naek mercy

Teka-teki Buah

110. Buah apa yang gak punya otak?
Semua buah dong

111. Apa perbedaan antara apel dan upil?
Kalau apel ditaruh di atas meja. Kalau upil dioles di bawah meja.

112. Kenapa meja bagian bawahnya selalu kasar, tidak sehalus bagian atasnya?
Karena bagian bawah meja banyak upil yang udah kering.

113. Buah apa yang berakhiran huruf “K”?
Mangga busuk, pepaya busuk, apel busuk…

114. Rambut putih namanya uban, rambut merah namanya pirang, kalo rambut hijau namanya apa?
Rambutan belum mateng…

Teka-teki 17thn ke atas (khusus dewasa)

115. Apa bedanya jam 12 siang ama’ jam 12 malem?
Kalo jam 12 siang bunyinya neng, neng, neng…
Kalo jam 12 malem bunyinya neeeng, neeeng… pintunya bukain neeeng…

116. Apa perbedaan rok dengan roket?
Roket makin ke atas makin nggak kelihatan, kalau rok makin ke atas makin kelihatan

117. Majalah apa yang paling mahal?
Bobo sama Gadis (kalo ga ngerti, jangan tanya ama tukang majalah!)

118. Apa bedanya sekretaris baik sama sekretaris seksi?
Sekretaris baik “selamat pagi pak”
Sekretaris seksi “sudah pagi pak”

119. Apa persamaannya bayi ama snack canasta?
Sama-sama dibikin pake ‘tongkat ajaib’

120. Apa persamaan antara ASI dan air mineral?
Sumbernya sama, dari pegunungan

121. Apa beda susu cap nona dengan susu nona?
Kalau susu cap nona kental manis.
Kalau susu nona kental-kentul lebih manis.

122. Apa bedanya tentara dengan pembalut?
Kalo tentara disiplin, kalo pembalut diselipin

123. Apa perbedaan bulan madu pertama dan bulan madu kedua?
Kalau bulan madu pertama istrinya yang teriak “Haaaa… besar banget!”
Kalau bulan madu kedua suaminya yang teriak “Haaa… besar banget!”

124. Apakah perbedaan antara seorang pahlawan dan seorang perawan?
Pahlawan berjuang sampai titik darah penghabisan, sedangkan perawan berjuang hingga titik darah yang pertama

125. Apa bedanya burung cendrawasih dengan perempuan?
Burung cendrawasih adalah burung surga, sedangkan perempuan adalah surga burung

126. Burung apa yang nempel di tembok?
Burungnya cicak

127. Kentutnya ADE RAY bunyinya gimana?
Brotot… brotot… brottot :))

128. Sandal apa yang paling enak?
Sandal terasi

129. Apa perbedaan aksi dengan demo?
Kalo aksi rodanya empat kalo demo rodanya tiga

130. Item, gede sekali, buluan, & manis…?
Manisan Kingkong

131. Begoan mana, Batman apa Superman?
Begooan Batman, udah tau gak bisa terbang masih pake sayap

132. Apa persamaan Pangeran Dipenogoro dengan Cut Nyak Dien?
Sama-sama nggak punya handphone

133. Mengapa sepeda motor mereknya “yamaha”?
Sebab bikinan Jepang. Kalau bikinan Arab mereknya “yamahmud”

134. Cewek kalo’ jualan apa kelihatan susunya?
Jualan susu

135. Hewan apa yang nyampe pertama kali di bulan?
Burung…nya Neil Amstrong

136. Apa bedanya jatuh dari lantai 1 dengan jatuh dari lantai 13?
Kalau dari lantai 1, bunyinya “bruuk… aaa…”,
Kalau dari lantai 13 bunyinya “aaa… bruukkk…”

137. Pintu apa yang didorong-dorong sama 10 orang nggak bakal terbuka?
Pintu yang ada tulisannya “TARIK”

138. Lubang apa yang paling kecil di dunia?
Lubang pantat. Angin aja kalo mau lewat mesti menjerit

139. What’s the meaning of control?
Alat vitral

140. Nyarinya susah, setelah dapet, langsung dibuang. Apaan?
Ngupil

141. Kenapa laki-laki senang berpikir dan perempuan senang ngomong?
Karena laki-laki punya 2 kepala, perempuan punya 2 mulut.

142. Apa persaman goreng ikan gosong, orang jatuh ke sumur mati, dan perempuan bisa hamil?
Karena kelamaan ngangkat.


Gimana ngakaknya? Saya yakin anda pasti puasss... O ya kumpulan teka-teki lucu diatas saya copas dari www.malau.net. Kalau anda mau ngakak lagi, silahkan berkunjung ke sana ya..! :)

Promosi Blog lewat Facebook

Promosi Blog lewat Facebook

Facebook memang gak ada matinya. Ada-ada saja layanan yang diberikan untuk memuaskan para Facebook maniac. Salah satu yang saat ini saya gunakan adalah fasilitas Simplaris Blogcast. Disini kita bisa share tulisan di blog kita dengan mudah atau promosi blog.

Gunanya?

Bagi seorang blogger seperti saya, fasilitas ini penting untuk menarik pengunjung atau increase traffics to blog, dengan memasang link atau feed Blog di Facebook, saya berharap orang-orang tertarik untuk mengunjungi Blog saya. Amin.

Bagi blogger yang belum tahu caranya, silahkan ikuti langkah-langkah berikut!

1. Login ke account Facebook anda.
2. Setelah login ke facebook, di bagian kiri bawah atau di footer facebook, anda klik tombol "Aplikasi" lalu "Cari Lebih Banyak".
3. Masukkan keyword Simplaris Blogcast di fasilitas cari aplikasi.



4. Setelah aplikasi Simplaris Blogcast muncul. Silahkan klik pilihan "Ke Aplikasi" dan "Izinkan" atau "Allow"aplikasi untuk dijalankan.


5. Sekarang anda tinggal memasukkan Feed Blog anda dan selamat anda telah menggunakan layanan Simplaris Blogcast.

Good Luck!!!

Tulisan Lain Dalam Tips Dan Trik Facebook

Facebook tutorial and tips

Rabu, 25 November 2009

Irvin Museng : Dari Makassar ke Amsterdam



JAKARTA – Menjadi satu-satunya bocah asal Asia yang direkrut Akademi Sepakbola Ajax Amsterdam, Belanda tak membuat Irvin Museng besar kepala. Irvin terlihat bernostalgia dengan menyempatkan diri hadir pada final Kompetisi Sepakbola Anak U-12 Danone Nations Cup (DNC) 2006, di Stadion Soemantri Brojonegoro Kuningan, Jakarta, Minggu (23/7).
Cerita sukses Irvin saat membawa Indonesia menempati posisi ke-11 dari 32 negara pada Piala Dunia DNC 2005, mampu memberikan motivasi tersendiri bagi para juniornya di klub MFS Makassar. Pada final yang disaksikan langsung Wapres RI Jusuf Kalla dan Menpora Adhyaksa Dault, MFS Makassar mengukuhkan dominasinya dengan kembali menjadi juara DNC untuk ketiga kalinya.
Kemenangan MFS 1-0 atas New Pelita Solo di final sekaligus memastikan tiket untuk mewakili Indonesia ke Piala Dunia DNC 2006, di Stadion De Gerland, Lyon, Perancis, 1-4 September mendatang.
Dalam wawancara dengan SH, Irvin menuturkan bahwa kehadirannya di Indonesia dikarenakan jadwal sekolahnya di Akademi Ajax memang tengah memasuki masa liburan. "Saya baru kembali ke Belanda bulan Agustus nanti," kata putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Henky Museng dan Yenny Thaurisan.
Menurut Irvin, selama tiga bulan berada di Akademi Ajax ia telah banyak mendapat pelajaran berharga. Meski demikian, Irvin mengaku masih memiliki kendala terutama dalam penguasaan bahasa Belanda. "Materi yang diajarkan pelatih sepenuhnya menggunakan bahasa Belanda. Awalnya memang agak susah, tapi sedikit demi sedikit saya mulai memahaminya," kata Irvin yang lolos seleksi masuk Akademi Ajax setelah menyisihkan 3.000 anak lainnya dari seluruh dunia.
rvin yang kini tergabung dalam tim D1, Ajax Junior, mengaku tidak gentar bersaing dengan 24 rekan lainnya untuk mendapatkan posisi inti. "Kebanyakan rekan-rekan saya di Akademi Ajax berasal dari Afrika. Cuma saya satu-satunya yang berasal dari Asia," kata pemain jebolan DNC yang keluar sebagai topskor pada ajang Piala Dunia DNC 2005 dengan mengemas 10 gol.
Bakat pemain yang dijuluki "Nakata Kecil dari Makassar" ini mulai mencuri perhatian para pencari bakat klub-klub besar Eropa yang hadir pada pelaksaan Piala Dunia DNC 2005. Irvin kala itu tampil mengesankan dengan membawa Indonesia sebagai tim paling produktif dalam menyerang dengan rekor 24 gol. (Copyright © Sinar Harapan 2003)

Senin, 23 November 2009

indah



Once a month I will be looking for the Hottest & Sexiest Models on Earth.
I come across many models through all my assignments. And each is unique
in personality and beauty! So it is my pleasure to share them with you. I love
shooting all types of models, such as Bikini Models and Fashion Models. And
most of all Glamour Models. Capturing their sexiness to be Feature once a
month. All photos in these features are shot by me, I'm happy to say. I want to
say SUPER BIG THANKS to all the GIRLS taking the time to letting me
photograph them in ways I could have never dreamed of. So thanks!!!




Elisa Berdugo is a beautiful Model & Actress out of Colombia.
Now making her home here in beautiful South Florida. She is ready to continue her
Modeling & Acting career. She is a Beauty Contest winner of Reinado Nacional Boyaca
Tunja 2006. Also competed at the Modelo Look International. Elisa Berdugo graduated
with a law degree & planned on being a Lawyer before moving to this great country of ours.
I had the pleasure of meeting Elisa Berdugo at a Body Painting Fashion Show for Bullets 4 Peace.

PENGERTIAN VALIDITAS

VALIDITAS

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG VALIDITAS

(oleh: SUHARTO, S.E., M.M.)

A. Pendahuluan
Kualitas alat ukur yang digunakan mahasiswa ketika berusaha memperoleh tanggapan dari responden dalam melakukan penelitian, sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas hasil pengukuran ketika mengukur sesuatu yang sedang diukur. Alat ukur ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan, konsistensi dan stabilitas dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain. Fenomena itu merupakan titik awal dari aksi penelitian mahasiswa yang mau tidak mau harus dihadapi ketika mahasiswa akan menyelesaikan tugas-tugas kuliah dalam jenjang pendidikan Strata 1. Mereka akan berhadapan dengan cara bagaimana membuat alat ukur, atau instrumen itu memiliki validitas dan reliabilitas agar bisa digunakan dalam memperoleh data. Karena data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan menghasilkan kesimpulan yang kurang lazim. Data yang kurang memiliki validitas dan reliabilitas, akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas dan reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas instrumen.

B. Pembahasan
1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Sebelum aksi penelitian dilakukan, mahasiswa perlu membedakan kriteria tentang validitas dan reliabilitas hasil penelitian dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel, Sugiono, 2005, merupakan hasil penelitian yang memiliki kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Misalnya saja warna dalam objek yang berwarna merah, akan tetapi data yang terkumpul memberikan data berwarna lain, maka hasil penelitiannya tidak valid. Sedangkan hasil penelitian yang reliabel, diperoleh bila terdapat kesamaan data yang terkumpul dalam kurun waktu yang berbeda, ataupun pengukuran yang dilakukan secara berulang. Misalnya warna dalam obyek beberapa waktu lalu berwarna merah, maka pada saat ini dan besok tetap berwarna merah. Jika kita memperoleh data tentang jumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dua hari yang lalu adalah 50 mahasiswa, maka jumlah mahasiswa pada hari ini dan besok adalah sebanyak 50 mahasiswa, demikian seterusnya.
2. Reliabilitas Instrumen
Pengertian Reliabilitas, Sugiono 2005, adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Kondisi itu ditengarai dengan konsistensi hasil dari penggunaan alat ukur yang sama yang dilakukan secara berulang dan memberikan hasil yang relatif sama dan tidak melanggar kelaziman. Untuk pengukuran subjektif, penilaian yang dilakukan oleh minimal dua orang bisa memberikan hasil yang relatif sama (reliabilitas antar penilai). Pengertian Reliabilitas tidak sama dengan pengertian validitas. Artinya pengukuran yang memiliki reliabilitas dapat mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Pengukuran
Reliabilitas Sifat reliabilitas dari sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh mana kemampuan alat ukur itu memberikan hasil yang konsisten dari satu even percobaan ke even percobaan lainnya. Jika konsistensi pengukuran itu tidak kita peroleh dalam setiap pengukuran, dapat dibayangkan bila pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu memberikan hasil yang berbeda dai pengukuran satu ke pengukuran berikutnya. Saat ini kita memperoleh hasil pengukuran sebesar 70. Beberapa saat kemudian, meskipun dengan alat ukur yang sama kita memperoleh hasil 73. Demikian seterusnya, hasilnya tidak pernah konsisten. Data yang kita peroleh tidak pernah konsisten dari waktu ke waktu. Pertanyaan yanag akan muncul dari benak kita adalah hasil pengukuran mana yang kita gunakan? Dalam kajian teoritis, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa diandalkan apabila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama dan tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang itu memberikan hasil yang relatif tidak sama. Pengujian reliabilitas instrumen untuk memperoleh hasil yang reliabel bisa dilakukan dengan berbagai metode statistik. Contoh lain adalah misalnya saja dalam sebuah kesempatan kita ingin mengukur panjang dan lebar tiga (3) buah lapangan bola volley. Alat yang digunakan dalam pengukuran itu adalah meteran dan jangkauan langkah. Setelah dilakukan pengukuran, bisa dipastikan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan meteran memiliki hasil panjang dan lebar yang relatif sama terhadap ketiga lapangan bola volley itu. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan jangkauan langkah terhadap ketiga lapangan bola volley itu, menghasilkan satuan ukur, yakni panjang dan lebar yang berbeda.
4. Validitas Instrumen
Fenomena kedua setelah mahasiswa menguji reliabilitas alat ukur, pekerjaan berikutnya adalah bagaimana memperoleh instrumen yang memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari penyebaran instrumen itu benar-benar valid. Dikatakan memiliki validitas adalah bila instrumen atau alat ukur yang dibuat bisa dengan tepat mengukur objek yang akan diukur. Misalnya saja untuk mengukur, panjang dan lebar lapangan bola volley agar sama dengan luas standar lapangan internasional, maka sebaiknya kita menggunakan meteran. Karena meteran adalah merupakan alat ukur yang valid dan sudah memiliki validitas. Dalam teori ada bermacam-macam validitas. Menurut Ebel, dalam Moh. Nazir, 2003, Validitas dibagi menjadi concurrent validity (validitas concuren), construct validity (validitas konstruk), face validity (validitas rupa), factorial validity (validitas faktorial), empirical validity (validitas empiris), intrinsic validity (validitas intrinsik), dan predictive validity (validitas prediksi). Sementara itu, Anastasi, 1973 dan Nunnally, 1979, dalam Masri 2006, validitas alat pengumpul data dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yakni validitas konstruk (construct validity), validitas isi (content valitity), validitas prediktif (predictive validity), validitas eksternal (external validity), dan validitas rupa (face validity). Selain itu ada beberapa jenis validitas lain yang tidak dibicarakan, tetapi relatif penting dilakukan bagi penelitian di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki aneka ragam budaya. Validitas tersebut adalah validitas budaya (cross-cultural validity). Sedangkan menurut Suharsimi, 2003, berdasarkan cara pengujiannya, terdapat dua validitas, yakni validitas ekternal dan validitas internal, selain itu validitas dikelompokkan menjadi beberapa kriteria, yakni, validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi. Pengertian concurrent validity adalah validitas yang berkaitan dengan hubungan (korelasi) antara skor dalam item instrumen dengan kinerja, atau objek penelitian yang lain. Construct validity atau validitas konstruk, adalah bila kita mendefinisikan validitas sebagai kualitas psikologi apa yang diukur oleh sebuah pengujian, serta menilainya dengan memperlihatkan bahwa konstrak tertentu yang bisa diterangkan, dapat menyebabkan penampilan baik buruknya (performance) dalam pengujian. Face validity atau validitas rupa yang berhubungan apa yang kelihatan dalam mengukur sesuatu, tetapi bukan terhadap apa yang seharusnya akan diukur. Factorial validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya. Validitas ini biasanya diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor. Empirical validity adalah validitas empiris yang berkaitan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria, dimana kriteria itu adalah merupakan ukuran yang bebas dan langsung berhubungan dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran. Intrinsic validity adalah validitas yang berkaitan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh fakta kuantitatif dan objektif untuk. Teknik uji coba itu yang dilakukan untuk mendukung bahwa instrumen yang digunakan sebagai alat ukur adalah benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Predictive validity adalah validitas perkiraan yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja atau seseorang di masa mendatang berdasarkan pengukuran awal. Validitas prediksi adalah validitas instrumen yang diharapkan bisa memiliki hubungan dengan hasil yang diharapkan dari instrumen yang dibuat. Misalnya instrumen yang ditujukan terhadap mahasiswa baru. Bila jawaban responden (mahasiswa baru) memiliki hubungan dengan prestasi belajar mahasiswa ketika mengikuti kuliah mulai dari semester awal sampai semester akhir, berarti instrumen itu memiliki validitas prediksi yang tinggi. Sebaliknya jika instrumen yang dibuat dan ditujukan terhadap mahasiswa baru itu tidak memilii bubungan dengan prestasi belajar mahasiswa mulai dari semester awal hingga semester akhir, berarti instrumen itu meiliki validitas prediksi yang rendah. Content validity adalah validitas yang berkaitan dengan baik atau buruknya sampel yang diambil dari populasi. Curricular validity adalah validitas yang ditentukan oleh bagaimana cara peneliti menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran yang dilakukan ituadalah merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional. Masri, 2006, validitas terbagi dalam beberapa kriteria antara lain, validitas konstruk, validitas isi, dan validitas prediksi. Validitas isi adalah validitas instrumen yang memiliki kandungan isi butir-butir item pertanyaan yang dibuat sesuai dengan topik penelitian dan bisa menggali jawaban responden sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan oleh peneliti. Validitas konstruk adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas dalam aspek psikologis tentang apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu itu bisa menyebabkan kinerja dan hasil yang baik dalam pengukuran. Validitas prediksi adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur yang sudah dilakukan pada periode awal terhadap seseorang dengan kinerja seseorang pada waktu yang akan datang. Validitas ini biasanya dilakuklan ketika adavrekruitmen siswa atau pegawai lembaga tertentu.
C. Penutup
Bila dikaji secara umum, persyaratan minimal yang lazim dimiliki oleh instrumen yang dibuat adalah alat ukurnya harus memiliki minimal dua keunggulan, yakni validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diperlukan bila instrumen yang dibuat merupakan instrumen baru dan belum pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Karena biasanya instrumen baru secara umum belum memiliki validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas lazim diujikan jika instrumen baru itu masih belum memiliki validitas dan reliabilitas yang belum terukur. Dengan demikian, jika alat ukur yang digunakan mampu memberikan informasi yang sesungguhnya tentang apa yang kita inginkan untuk diukur dinamakan valid. Atau dengan kata lain, instrumen yang dipakai dalam penelitian memiliki validitas yang baik. Misalnya saja jika dalam suatu kesempatan kita ingin mengetahui tentang panjang dan lebar meja pingpong. Menghadapi persoalan demikian, meteran merupakan salah satu alat ukur pilihan yang memiliki validitas yang baik. Karena dengan alat ini, kita akan memperoleh informasi yang benar tentang panjang dan lebar meja pingpong berdasarkan alat ukur yang memiliki validitas. Dalam hal lain, kita bisa juga mengukur panjang dan lebar meja pingpong dengan bentangan tangan, atau, tinggi badan yang digunakan untuk mengukur dan digunakan untuk mengukur ketinggian benda. Meskipun alat ukur bentangan tangan dan tinggi badan untuk mengukur panjang, lebar, dan ketinggian benda merupakan alat ukur yang tidak lazim, serta memiliki validitas yang bisa diragukan. Akan tetapi, kita tidak bisa menggunakan timbangan untuk mengukur ketinggian benda. Atau kita tidak bisa menggunakan meteran untuk mengukur berat benda. Meteran merupakan alat ukur yang memiliki validitas tinggi bila digunakan untuk mengukur, panjang dan lebar benda, akan tetapi merupakan alat ukur yang memiliki validitas rendah jika digunakan untuk mengukur berat benda.



UJI VALIDITAS DALAM OPINI
(Oleh: Suharto, S.E., M.M.)
A. Pendahuluan
Selain penggunaan statistik parametrik sebagai alat analisis yang digunakan mahasiswa dalam memperlakukan data interval dan ratio, belakangan ini relatif ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non parametrik sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan khusus, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau ratio. Secara teori, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik non parametrik, lazim digunakan meskipun data yang dianalisis tidak berdistribusi normal. Statistik non parametrik ini hanya mengukur distribusi. Selain itu, statistik non parametrik, hanya memerlukan perhitungan yang relatif sederhana. Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa, disamping untuk memberi kecenderungan data menjadi berbentuk skala nominal dan ordinal, juga lebih banyak digunakan bila sampel yang digunakan memiliki sebaran yang relatif tidak normal. Menggunakan instrumen penelitian alat ukur untuk memperoleh data itu, selain harus memenuhi kelaziman, juga harus memenuhi syarat-syarat lain, jika diperlukan, melakukan uji pendahuluan dengan menggunakan uji normalitas data.

B. Pembahasan
Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas, hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar. Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang seharusnya di jawab. Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan statistika. Pendapat pertama menyebutkan bahwa untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu digunakan uji t, tetapi cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai r yang sudah diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat. Sementara pendapat kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r, harus dilanjutkan dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan nilai r tabel untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini, bahwa kedua pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r dan uji t dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran alat ukur lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada syarat yang perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi. Artinya, keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup membandingkan nilai r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian validitas perlu menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau tidaknya item instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.

C. Penutup
Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden. Alat ukur yang digunakanpun harus memenuhi syarat-syarat dan kelaziman demi memperoleh data yang baik. Karena data yang baik dan lazim digunakan dalam penelitian, hanya data yang diperoleh dengan menggunakan alat ukut yang baik. Oleh karena itu, ketika generalisasi harus dilakukan berdasarkan sampel, generalisasi itu harus dilakukan jika telah melalui tahap-tahap statistyik yang lazim digunakan. Karena bila tidak dilakukan generalisasi, maka kesimpulan yang dibuat hanya berlaku bagi anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik tertentu. Dengan demikian, pengujian statistik ini merupakan pengujian terhadap karakteristik sampel agar dapat diambil kesimpulan yang bersifat umum. Hasil yang diperoleh dari sampel, dalam hal ini, dianggap bisa mewakili seluruh keberadaan/karakterisrik/apa yang terjadi dalam populasi.


UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS
DALAM ANALISIS STATISTIK PARAMETRIK dan NONPARAMETRIK
(Oleh: Suharto, S.E., M.M.)

A. Pendahuluan
Menyusul penggunaan analisis statistik parametrik dalam penelitian mahasiswa yang sering dilakukan terhadap data interval dan ratio, belakangan ini relatif ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan minimal, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau ratio. Secara teoritis, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik parametrik memiliki keunggulan secara numerik karena data yang dianalisis adalah data numerik. Sedangkan statistik non parametrik, memang lazim digunakan meskipun datanya tidak berdistribusi normal. Selain itu, statistik non parametrik hanya mengukur distribusi. Statistik non parametrik juga hanya memerlukan perhitungan-perhitungan yang relatif sederhana.

B. Pembahasan
Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa, lebih banyak menggunakan instrumen penelitian untuk memperoleh data. Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya akan diperoleh dengan instrumen yang baik. Data yang valid (validitas) dan reliabel (reliabilitas), hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk memperolah instrumen yang valid dan reliabel tentu saja harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar. Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian, akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang tidak valid dan reliabel atau dengan kata lain, alat ukurnya tidak memiliki validitas dan reliabilitas. Instrumen tidak memberikan informasi yang benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Dalam kontek ini, kesalahan ada dalam instrumen. Instrumen tidak mencerminkan apa yang akan diukur. Sedangkan alasan kedua, adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan responden merupakan jawababan yang asal jadi, asal menjawab, asal-asalan, ada rasa takut, cemas, dan bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang seharusnya di jawab. Berkaitan dengan beberapa opini tentang perlu tidaknya dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakajn uji t, pendapat pertama menyebutkan bahwa, uji t tidak perlu dilakukan. Pengujian validitas dan reliabilitas cukup dilakukan dengan menghitung nilai r. Setelah nilai r diperoleh, kemudian nilai r itu dibandingkan dengan nilai r tabel untuk mengetahui valid (validitas) atau reliabel (reliabilitas) tidaknya instrumen yang dibuat. Tetapi pendapat kedua mengatakan bahwa setelah menghitung nilai r, nilai r itu harus dilanjutkan dengan uji t. Artinya, nilai t yang sudah diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dalam tabel t untuk mengetahui valid (validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya instrumen yang sudah disusun. Dari beberapa pendapat tentang perbedaan opini perlu atau tidaknya penggunaan uji t bagi instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas sebagai alat ukur, menurut hemat kami perbedaan pendapat tersebut, yakni pendapat pertama dan pendapat kedua, bahwa kedua pendapat di atas adalah benar adanya. masing-masing pendapat tentu saja memiliki beberapa alasan yang cukup. Namun demikian ada persyaratan minimal yang perlu dipenuhi oleh keduanya. Pengujian validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila responden yang terlibat dalam pengujian validitas adalah seluruh populasi. Keputusan valid (validitas) tidaknya item instrumen sebagai alat ukur, hanya dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Sedangan pengujian validitas instrumen perlu menggunakan uji t apabila responden yang terlibat di dalam pengujian validitas adalah sampel. Atau dengan kata lain, keputusan valid (validitas) dan reliabel (reliabilitas) atau tidaknya item instrumen, tidak bisa dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, akan tetapi harus dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel.

C. Penutup
Validitas dan relibilitas instrumen yang dilakukan terhadap aksi sensus (populasi) tidak memerlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam buku teks statistika, generalisasi hanya diperlukan bila objek penelitian dilakukan terhadap sampel. Sedangkan bila seluruh anggota populasi sebagai objek dilibatkan dalam penelitian, maka generalisasri dan pengujian statistik dengan menggunakan uji t tidak perlu dilakukan. Kesimpulan yang dibuat berlaku untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian validitas dan reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh karena itu generalisasi harus dilakukan. Dan bila tidak dilakukan generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya berlaku untuk anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk populasi. Dalam metode statistika, perlakuan untuk membuat generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik tertentu. Artinya pengujian statistik ini merupakan pengujian terhadap karakteristik sampel agar dapat diambil kesimpulan yang bersifat umum. Sesuatu hal yang terjadi di dalam sampel dianggap bisa mewakili seluruh keberadaan/karakterisrik/apa yang terjadi dalam populasi. Atau dengan kata lain kesimpulan dalam sampel bisa digeneralisasikan ke populasi.


Penggunaan Uji t dan Uji r dalam Validitas
(Oleh: Suharto, S.E., M.M.)
A. Pendahuluan
Menyusul penggunaan statistik parametrik sebagai alat analisis yang dilakukan mahasiswa dalam memperlakukan data interval dan ratio, belakangan ini relatif ramai dibicarakan tentang penggunaan statistik non parametrik sebagai salah satu alternatif alat analisis dalam penelitian mahasiswa. Statistik parametrik, selain memerlukan persyaratan khusus, yakni harus memenuhi kriteria normalitas data, akan tetapi lazim digunakan jika data yang dianalisis adalah data interval atau ratio. Secara teori, statistik parametrik memiliki kajian yang lebih kuat dibandingkan dengan statistik non parametrik. Statistik non parametrik, lazim digunakan meskipun data yang dianalisis tidak berdistribusi normal. Statistik non parametrik ini hanya mengukur distribusi. Selain itu, statistik non parametrik, hanya memerlukan perhitungan yang relatif sederhana. Penggunaan statistik non parametrik dalam penelitian mahasiswa, lebih banyak menggunakan instrumen penelitian alat ukur untuk memperoleh data.

B. Pembahasan
Kajian tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur itu tentu saja memerlukan kecermatan dan ketelitian dalam pembuatannya. Karena dari instrumen itu akan memberikan jawaban kepada kita tentang data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data yang baik, hanya akan diperoleh dengan instrumen atau alat ukur yang baik. Data yang valid karena memiliki validitas dan reliabel karena memiliki reliabilitas, hanya akan diberikan oleh intrumen yang valid dan reliabel. untuk memperolah instrumen yang valid dan reliabel itu diantaranya adalah harus melalui mekanisme pengujian secara statistik dengan benar. Beberapa alasan tentang perlu tidaknya pengujian secara statistik tentang penggunaan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian akan dibahas secara sederhana dalam tulisan ini. Alasan pertama adalah peluang terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh satu peubah bebas X, yakni kesalahan yang terjadi karena instrumen yang tidak valid dan reliabel. Instrumen tidak memberikan informasi yang benar bagi responden sehingga menimbulkan keraguan dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan. Sedangkan alasan kedua adalah kesalahan yang terjadi dalam diri responden. Instrumen sudah baik, valid dan reliabel. Akan tetapi jawaban yang diberikan pleh responden merupakan jawaban yang asal jadi, asal menjawab, dan bahkan secara sengaja tidak bersedia memberikan jawaban apa yang seharusnya di jawab. Menurut Sambas (2006), terdapat dua pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan statistika. Pendapat pertama menyebutkan bahwa untuk menguji validitas an reliabilitas tidak perlu digunakan uji t, tetapi cukup dengan menghitung nilai r, kemudian nilai r yang sudah diperoleh itu dibandingkan dengan nilai tabel r untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen yang sudah dibuat. Sementara pendapat kedua menyebutkan, setelah menghitung nilai r, harus dilanjutkan dengan uji t, kemudian membandingkannya dengan nilai r tabel untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen. Berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya digunakan uji t dalam uji validitas dan reliabilitas, maka perlu ditegaskan disini, bahwa kedua pendapat di atas adalah benar. Artinya penggunaan uji r dan uji t dalam pengujian validitas dan reliabilitas dalam pengukuran alat ukur lazim digunakan dalam penelitian. Namun demikian ada syarat yang perlu dipenuhi oleh keduanya. Pertama, pengujian validitas cukup menggunakan nilai keofisien korelasi apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah populasi. Artinya, keputusan valid tidaknya item instrumen, cukup membandingkan nilai r hitung dengan nilai tabel r. Kedua, pengujian validitas perlu menggunakan uji t apabila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah sampel. Artinya, keputusan valid atau tidaknya item instrumen, tidak bisa dilakukan hanya dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel, tetapi harus dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel.

C. Penutup
Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa pengujian validitas/relibilitas dengan sensus (populasi) tidak diperlukan generalisasi atau penarikan kesimpulan yang bersifat umum, karena seluruh anggota populasi dilibatkan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku untuk populasi itu sendiri. Sementara dalam pengujian validitas/reliabilitas dengan sampel, generalisasi diperlukan, karena tidak semua anggota populasi dilibatkan sebagai responden, oleh karena itu generalisasi harus dilakukan, apabbila tidak dilakukan generalisasi maka kesimpulan yang dibuat hanya untuk anggota sampel yang terlibat langsung sebagai responden, tidak untuk populasi. Dalam metode statistika, kegiatan untuk membuat generalisasi dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik tertentu. Dengan demikian pengujian statistik ini merupakan pengujian terhadap karakteristik dsampel agar dapat diambil kesimpulan yang bersifat umum dalam hal ini dianggap mewakili seluruh keberadaan/karakterisrik/ apa yang terjadi dalam populasi.

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?
Info detail hubungi WA 085852316552
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.