Klik Gambar

Kamis, 28 Oktober 2010

KARAKTERISTIK DASAR RITEL

KARAKTERISTIK DASAR RITEL 

Karakteristik dasar ritel dapat dipergunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel. Terdapat tiga karakteristik dasar yaitu: 

1. Pengelompokkan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen 
2. Pengelompokkan berdasarkan sarana atau media yang digunakan 
3. Pengelompokkan berdasarkan kepemilikan 

PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN UNSUR-UNSUR YANG DIGUNAKAN RITEL UNTUK MEMUASKAN KEBUTUHAN KONSUMEN 

1. Jenis barang yang dijual 
2. Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual 
3. Tingkat layanan konsumen 
4. Harga barang Berdasarkan unsur-unsur diatas, ritel dapat dikelompokkan sebagai berikut: 

a. Supermarket tradisional 
Supermarket traditional melayani penjualan makanan, daging, serta produk produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadap produk produk nonmakanan, seperti produk kesehatan, kecantikan, dan produk-produk umum lainnya. Sedangkan supermarket konvensional yang lebih luas yang juga menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue (bakery), bahan makanan mentah serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore. 
 
b. Big-box retailer 
Lebih dari 25 tahun berikutnya, supermarket mulai berkembang dengan semakin memperluas ukuran dan mulai menjual berbagai produk luar negeri yang bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club. 
 Supercenter adalah supermarket yang mempunyai luas lantai 3.000 sampai 10.000 meter persegi dengan variasi produk yang dijual, untuk makanan sebanyak 30-40% dan produk-produk nonmakanan sebanyak 60-70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh dengan cepat. Persediaan yang dimiliki berkisar antara 12.000-20.000 item. Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja dalam satu atap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjungnya yang datang dari tempat jauh. 
 Hypermarket merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter persegi dengn kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum 30-40%. Hypermarket merupakan salah satu betnuk supermarket yang memiliki persediaan lebih sedikit dibanding supercenter, yaitu lebih dari 25.000 item yang meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, perlengkapan rumah tangga, computer, elektronik, dan sebagainya. Dengan demikikan hypermarket adalah took eceran yang mengombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh. 
 Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang jenisnya terbatas dan produk-produk umum dengan layanan yang minim pada tingkat harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis kecil. Ukurannya antara lebihdari 13.000 meter persegi dan lokasinya biasanya di luar kota. Pada jenis ritel ini, interior yang digunakan lebih sederhana. Produk yang dijual meliputi makanan dan produk umum biasa lainnya. 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">Sumber: Levy dan Weitz, Retail Management, 2004 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">c. Convenience store 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">Convenience store memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas lantai ritel jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan bisanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perpurannya relative tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang membutuhkanpembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkanupaya yang besar dalam mencariproduk-produk yang diinginkannya. Peroduk-produk yang dijual biasanya ditertpakan dengan harga yang lebih tinggi daripada di supermarket. 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> d. General Merchandise retail 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Toko diskon 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Toko khusus 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Toko kategori 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Department store 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Off-price retailing 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Value retailing 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN SARANA YANG DIGUNAKAN 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">Penjualan Melalui toko 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">Penjualan tidak melalui toko 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Ritel elektronik 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Catalog dan pemasaran surat langsung 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Penjualan langsung 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Television homeshopping 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Vending machine retailing 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> PENGELOMPOKKAN BERDASARKAN KEPEMILIKAN 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2="">
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Pendirian toko tunggal atau mandiri 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Jaringan perusahaan 
<350 1.500-3.000m2="" 3.000-10.000="" m2=""> Waralaba

RETAILING

KONSEP DASAR RETAILING

 Retailing adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang selalu kita lakukan dimana kita mengambil keuntungan/ kebutuhan kita. Aktivitas ritel melibatkan hubungan antara produsen, pedagang besar serta konsumen. Konsumen merupakan ujung tombak keberhasilan bisnis ritel, melalui daya beli konsumen adalah modal dasar bagi ritel dalam mendapat keuntungan.Oleh karenanya Management retail haruslah dapat menentukan keputusan dalam menyeleksi target pasar, penempatan toko, menentukan merchandise apa yang akan dijual dan jasa yang diajukan, serta harus bisa bernegosiasi dengan supplier dan menentukan harganya, promosinya serta display merchandise-nya. 

Bisnis ritel dapat dikelompokkan pada ciri-ciri tertentu yaitu: 
1.Discount Stores. Toko diskon. 
Discount Store atau toko diskon adalah toko pengrecer yang menjual berbagai harga yang murah dan memberikan pelayanan yang minimum. Contohnya adalah ,Makro dan Alfa. 

 2.Speciality Stores/ Toko produk Spesifik. 
 Toko produk spesifik adalah merupakan toko eceran yang menjual barang –barang jenis lini produk tertentu saja yang bersifat spesific. Contoh specialituy store adalah toko buku , toko music , toko obat dan banyak lagi. 

 3.Depatement Stores. 
 Adalah suatu toko eceran yang berskala besar yang pengelolaannnya dipisah dan dibagi menjadi bagian departemen-departement yang menjual macam barang yang berbeda-beda. Contohnya seperti Ramayana, robinson, rimo dan sebagainya . 

 4.Convinience Stores. 
 Adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfa dan indomaret. 

 5.Catalog Stores. 
 Adalah suatu jenis toko yang memberikan banyak informasi produk melalui media catalog yang dibagikan kpeada para konsumen potensial. Toko catalog biasanya memiliki jumlah persediaan barang yang banyak. 

 6.Chain Stores. 
 Chain stores adalah toko pengecer yang mimiliki lebih dari satu gerai dan dimiliki oelh perusahaan yang sama. 

 7.Supermarket. 
 Supermarket adalah toko eceran yang menjual lebih dari satu gerai dan dimiliki oleh perusahaan yang sama . 

 8.Hypermarket. 
 Adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat banyak atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hipermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hipermarket. Contohnya anatara lain hipermarket giant, hipermarket hypermart dan hypermarket carrefour. 

 Konsumen adalah seseorang yang sangat menentukan besarnya profit yang akan diperoleh oleh sebuah perusahaan, melalui keputusan-keputusan membeli produk barang atau produk jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, motivasi konsumen dan keputusan mereka untuk berbelanja benar-benar menetukan kelangsungan hidup suatu usaha atau bisnis. Dahulu konsumen membelanjakan uangnya hanya untuk mendapatka produk semata, baik produk barang ataupun jasa. Namun saat ini, konsumen telah mulai beralih kepada apa yang dikenal dengan ’service’ atau pelayanan. Masalah waktu belanja yang terbatas, terutama dikota-kota dan meningkatnay jumlah wanita bekerja, dan anggaran belanja yang ketat seiring dengan menurunnya daya beli, telah membuat konsumen benar-benar harus dapat membelanjakan uangnya secara tepat. 

 Terdapat dua alasan utama yang mengharuskan para pengecer untuk mulai merubah cara mereka menjalankan bisnisnya, yaitu: 
 1. Alasan pertama adalah perubahan pola belanja dan tingkah laku belanja seperti yang telah dikemukakan di atas. 
 2. Alasan ke dua adalah munculnya persaingan yang sangat ketat diantara para pemain di bisnis ini. Pengecer harus mencari, menerima dan menerapkan ide-ide atau cara-cara baru yang dapat membuatnya selangkah lebih maju dibandingkan kompetitornya 

 Menurut Rosenberg, Iris. S (1988: 02-10) Menyimak dari pengertian Retailing adalah bisnis yang menjual produk dan jasa pada konsumen untuk kebutuhan pribadi atau keluarga. Retail juga merupakan bisnis terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan manufactur dengan konsumen. Manufaktur membuat produk dan menjualkannya pada retailer atau semua pedagang. Pedagang membeli produk dari menufaktur dan menjual kembali produk tersebut untuk para pengecer (retailer). Saat pengecer menjual produknya lagi kepada konsumen, pedagang dan pengecer menampilkan kesamaan fungsi dalam memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen akhir. 

 Melalui Jalur Distribusi: Manufaktur→ Pedagang → Pengecer→ Konsumen. Pengecer mengatasi aktivitas bisnis dengan menampilkan fungsi yang meningkatkan nilai dari produk dan jasa yang dijualnya pada konsumen, yang memiliki beberapa fungsi yaitu: # menyediakan pilihan Produk dan Jasa. # Pejualan besar-besaran. # Terbatasnya persediaan. # Menyediakan jasa Keterangan, sebagai berikut: 1. Menyediakan pemilihan Produk dan Jasa. Manufaktur secara khusus memproduksi tipe tertentu dari sebuah produk. Contoh: Cambell membuat soup, Kraft membuat produk sehari-hari, Kell agg membuat perusahaan sereal dan sebagainya. Jika tiap manufaktur ini mempunyai tokonya masing-masing yang hanya menjual produk mereka saja, maka akan menyulitkan konsumen dari segi pemikiran akan kebutuhan produk lain. Maka dengan adanya pengecer, kita bisa pergi ke berbagai macam toko apapun yang banyak pilihannya. 1. Penjualan besar-besaran. Untuk mendaur biaya transportasi, manufaktur dan pedagang nantinya akan memindahkan produk di kuantitas terkecil untuk konsumen individual dan rumah penampungan pola konsumsi. 1. Persediaan terbatas. Bagian fungsi dari pengecer adalah utnuk menjaga persediaan sehingga produk selalu tersedia ketika konsumen menginginkannya. Konsumen dapat menyimpan lebih sedikit persediaan produk dirumah, karena mereka tahu bahwa retail mempunyai produk yang tersedia ketika mereka menginginkan lebih. 1. Menyediakan Jasa. Pengecer menyediakan jasa yang dapat memudahkan bagi pelanggan untuk membeli dan menggunakan produk itu. Mereka menyediakan bentuk kredit bagi konsumen, jadi konsumen dapat memiliki produknya kapan saja dan bisa membayarnya kemudian. Lalu mereka pun memajang produknya, jadi konsumen dapat melihat serta mencobanya sebelum melakukan transaksi pembelian. Menurutnya dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolution”, kita sebenarnya dikuasai atau diperintah oleh paradigma atau pola pikir masing-masing. Hal inilah yang membuat seseorang tidak dapat menerima segala sesuatu yang baru. Paradigma adalah sebuah pola atau model yang merupakan sekumpulan kebiasaan dan aturan yang ada dalam kehidupan seseorang. Paradigma merupakan hasil dari aturan-aturan, norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, dan paham-paham yang telah tertanam kuat pada diri seseorang. Dengan demikian, suatu paradigma dapat mengakibatkan hal-hal serius seperti 1. membutakan pebisnis terhadap kesempatan-kesempatan baru 2. menghalangi seseorang untuk membuat keputusan yang kreatif dan inovatif 3. mengaburkan kita terhadap strategi-strategi efektif yang dilakukan oleh manajemen 4. membuat seseorang mengabaikan pasar-pasar baru. Ia mengemukakan bahwa paradigma bertindak sebagai sebuah filter yang menyaring data atau informasi yang masuk ke pikiran atau otak kita. Hanya data atau informasi yang sesuai dengan paradigma kita yang dapat masuk dengan mudah. Ke arah mana bisnis eceran berjalan saat ini ? Melihat kembali ke awal tulisan ini, bisnis eceran di Indonesia telah dan sedang digiring kepada suatu ide baru yang dikenal dengan istilah ‘customer driven’ untuk menanggapi adanya pola belanja dan tingkah laku belanja konsumen yang telah berubah. ‘Customer driven’ adalah mengorientasikan atau mengarahkan bisnisnya sesuai dengan keinginan dan kemauan konsumen, bukan keinginan dan kemauan pebisnis. Dengan filosofi ‘customer driven’, pengecer harus mendasarkan semua keputusan bisnisnya kepada pelayanan untuk konsumen dan untuk kepuasan konsumen. Setiap orang dalam organisasi tersebut harus menyadari sepenuhnya bahwa melayani konsumen merupakan bisnis mereka satu-satunya. Banyak perusahaan telah merubah ‘apa yang mereka katakan’, bukan ‘apa yang mereka lakukan ‘ untuk konsumen. Performa suatu bisnis eceran bukan dinilai dari siapa dan dimana mereka berada, melainkan berdasarkan apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya untuk kepuasan konsumen. Apakah anda siap mengikuti perubahan dan tetap menjadi pemimpin dalam bisnis anda ? Tak ada jawaban lain selain “YA”. Maka rubahlah paradigma anda dan anda pasti menjadi pemenang. Maraknya ekspansi bisnis eceran modern (retail) seperti supermarket atau minimarket yang mengancam sektor eceran tradisional, lebih disebabkan karena tidak jelasnya pelaksanaan aturan mengenai penataan zona tempat usaha sektor eceran modern. Ekspansi bisnis eceran modern bukan disebabkan adanya pelaku usaha yang melakukan persaingan usaha yang tidak sehat. Dikatakan, pendapat atau isu yang menyatakan usaha eceran modern mengancam sektor usaha tradisional seperti pedagang tradisional, sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah melaksanakan aturan yang jelas dalam menata zona tempat usaha sektor eceran modern. Berkembangnya bisnis eceran di Dunia cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman. Prospek penjualan ruang ritel mulai triwulan IV-2008 diperkirakan masih positif, meski terjadi perlambatan pertumbuhan pasokan. Ekspansi peritel diperkirakan melambat sebagai antisipasi terhadap melemahnya daya beli masyarakat. Retailing, menurut Blackstone, John.H..(1985:02-08) Retail adalah suatu paket aktivitas bisnis yang menambah nilai pada produk dan jasa yang dijual untuk konsumen untuk diri mereka sendiri atau keluarga. Retail juga melibatkan jasa penjualan seperti rental video tape atau jasa pengiriman makanan. Retail adalah salah satu industri terbsesar di dunia. Perusahaan retail mengajukan kesempatan manajemen untuk orang yang memiliki kemampuan dan minat yang luas. Pelajar biasanya memandang retail sebagai bagian dari marketing. Karena management jalur distribusi adalah bagian dari manufaktur. Namun retail kebanyakan mengatasi aktivitas bisnis internasional. Retail memiliki pusat institusi finansial. Pembelian barang dan jasa; mengembangkan keuangan dan management informasi utnuk mengkontrol operasional; mengatur gudang dan sistem distribusi dan desain serta mengembangkan produk baru sama seperti aktivitas marketing, contohnya periklanan, promosi dan peneliatian pasar. Manager Retail biasanya selalu memberikan pertimbangan lebih awal atas tanggung jawab pada karir mereka. 3 lingkungan yang patut di waspadai dalam dunia Retail: * Kompetisi. * b.Lingkungan trends dalam konsumen demografik dan gaya hidup pengembangan teknologi dan industri retail. * Kebutuhan, keinginan dan keputusan – proses pembuatan dari retail konsumen. Keterangan: 1. Kompetisi. Kompetisi utama pengecer adalah yang mempunyai format yang serupa. Kompetisi antara pengecer yang menjual merchandise yang sama menggunakan format yang berbeda, seperti diskon dan departement store, inilah yang dinamakan intertype competition. 1. Lingkungan Trends. Pengecer memerlukan respon untuk gaya hidup dan lingkungan demografik dalam komunitas kita. Seperti berkembang di posisi atas dan segmen minoritas. (ini berdasarkan populasi US). Jumlah penting dari orang-orang yang tertarik oleh posisi penjualan. Stratergi Retail mengindikasikan bagaimana perusahaan merencanakan utnuk fokus pada sumbernya untuk menyelesaikan keobjektifitasannya. Telah terindentifikasi: 1. Target pasar melalui puncak dimana pengecer akan langsung mengarahkan kebutuhannya. 2. Sumber dari merchandise dan jasa retailer akan diserahkan untuk memuaskan kebutuhan dari target pasar. 3. Bagaimana pengecer akan membangun kemajuan jangka panjang disamping pesaing. Fungdi Retail; lebih spesifik, komunitas mengharapkan retailer untuk menyudahi fungsi distributif klasik oleh konsumen dalam kemajuan ekonomi: 1. Untuk menciptakan pemilihan Produk dan Jasa dapat diantisipasi dengan mmenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/ keluarga. 2. Untuk memberikan Produk dan Jasa dalam kuantitas yang cukup kecil untuk diri sendiri atau kebutuhan keluarga. 1. Untuk menyediakan / melengkapi pertukaran langsung untuk nilai melalui: * pengerjaan yang efisien untuk transaksi. * Jam yang fleksibel dan penyediaan tempat. * Informasi yang berguna saat menentukan pilihan . * Harga yang kompetitif. Menurut J.Barry Mason. (1985:09) Retail menyertakan seluruh aktivitas yang terlibat dalam penjualan barang-barang dan jasa untuk onsumen akhir. Retailing adalah bagian dari proses pemasaran. Pada akhirnyaretail diarahkan oleh organisasi yang berperan sebagai penengah dalam jalur distribusi. Jalur distribusi adalah interogasi sistem dimana produk dan jasa dipasarkan. Roda Teori Retailing. Menurut Prof Malcolm Mcnair. (1985:07) Tipe terbaru dari institusi pengecer yang memasuki pasar sebagai Low- margin, low-price, low-status. Pada akhirnya saat peningkatan kecepatan perdagangan, mereka menyediakan jasa baru dan meningkatkan fasilitas mereka melaui proses yang memajukan pengeluaran , margin dan harga konsekuen. Roda teori telah dikritik dalam beberapa point, seperti tidak semua operasi retail memulai dari Low-cost, Low-price outlets. Retail menurut Melvin Morgenstein dan Hsrriet Strongin.(1985:07) Retail mencakup penjualan barang-barang dan jasa untuk konsumen akhir mereka. Individu yang membei sesuatu untuk dirinya sendiri atau keperluan rumah tangga, seseoranf yang membeli tempat pembakarang atau kursi untuk kebutuhan rumah, itulah konsumen akhir. 3 tipe utama dari bisnisnya terlibat dalam mendapatkan barang dan jasa untuk konsumen; manufaktur, wholesalers, dan retailers. Manufaktur: Seperti general motor dan guess, membuat produk yang membuat orang ingin membelinya. Wholesalers: Pembelian dan distribusi manufaktur produk kepada retailers. Retailers: Menjual barang-barang dan jasa secara langsung pada konsumen akhir. Menurut Daniel .J. Sweeney.(1987:09) Retailing Management melibatkan penampilan fungsi klasik dari retailing kreasi pemilihan, penjualan besar-besaran dan persediaan untuk pergantian nilai yang level labanya diterima dalam karakteristik lingkungan dengan melanjutkan perubahan yang menegangkan dan respon kompetitor untuk perubahan tersebut. Menurut William.R.Davidson(1988:08) 1. 1. Kreasi pemilihan. Merchandise dalam komunitas kita- biasanya pembeli dan penjual dari barang-barang tersebut mempunyai peraturan yang unik dalam system ekonomi kita. Para mercahnt biasanya memproduksi, bagaimanapun juga membeli barang-barang tersebut untuk tujuan dari penjualan ulang demi laba. 1. 1. Penjualan Besar-besaran. Merchants akan menyerahkan produk dan jasa dalam kualitas yang cukup rendah untuk di konsumsi secara individual atau keluarga. Tipe Kepemilikan: 1. Rantai Toko. Dikarakterisasi oleh kepemilikan dari penggandaan unit retail dan pembelian terpusat dari merchandise yang sama untuk seluruh unit. Seperti sears dan Kmart. b.Waralaba. adalah format kepemilikan yang biasanya ditujukan untuk menggabungkan beberapa dari kemajuan bisnis kepemilikan mandiri dan rantai kepemilikan, sementara meminimalisir ketidakmajuannya. Waralaba menyertakan hubungan kontrak antara bisnis perorangan mandiri dan sponsornya.. c.Sistem pemasaran vertikal. Ketika dua atau lebih urutan produksi proses distribusi terjadi dibawah kepemilikan dari firma perorangan. Sekarang retail menggunakan desain komputer dan teknologi komunikasi untuk merespon secara cepat perubahan kebutuhan konsumen. Setiap kali kita ingin membeli sesuatu di supermarket, kita tinggal menggunakan komunikasi elektronik dan memutuskan produk mana yang nantinya akan dikirim dari gudang ke toko keesokannya. Tren Industri Ritel Indonesia. Menurut, Alfa Retailindo (1996: 11-50) Seperti apa kira-kira masa depan yang akan dilalui oleh retailer di Indonesia ? Yang pasti masa depan akan lebih keras persaingannya. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah, biaya operasional lebih sedikit inventoi dengan perputaran barang yang lebih cepat. Biaya pembelian sistem & teknologi informasi yang semakin kompetitif serta menjamurnya internet dan software pendukungnya, membuat implementasi dari Efficient Consumer Reponse (ECR) akan menjadi praktek manajemen yang umum. Proses continuous replenishment, cross docking, supply & system integration, dan teknologi barcoding akan membuat retailer beroperasi lebih effisien dan intensif teknologi. Retailer yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi akan tersingkir, dan akan digantikan oleh retailer yang beroperasi dengan dukungan teknologi yang lebih baik sehingga menghasilkan overhead yang rendah, volume tinggi, traffic tinggi dan harga yang kompetitif. Trend konsumen masa depan adalah Pay Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman berbelanja pelanggan. Di masa yang akan datang ketika transaksi virtual sudah menjadi hal yang umum, maka prasyarat sukses sebuah toko yang ditentukan oleh lokasi, lokasi dan lokasi, sudah bukan jamannya lagi. Bisa saja sebuah non-store retailing dapat mencapai sukses walaupun beroperasi dari sebuah kantor yang berlokasi di gang kecil di Jakarta. Dalam millenium baru ini beberapa trend yang sudah dan akan terjadi di Indonesia dan memberikan dampak bagi industri retail diantaranya : Gelombang masuknya retailer asing. Evolusi ke Format Retail Baru Meningkatnya keluarga dengan double income (suami-istri bekerja). Pertumbuhan kota-kota satelit disekeliling kota besar. Mobilitas yang semakin tinggi dan waktu luang yang semakin sedikit. Pembantu rumah tangga menjadi semakin mahal. Perkembangan pemakaian PC rumah tangga dan internet yang semakin tinggi. Perkembangan teknologi dan pemakaian Handphone-PDA. Bagian pertama dari tulisan ini khusus membahas gelombang masuknya retailer asing dan evolusi format retail di Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar retail. Dengan jumlah penduduk ke-empat terbesar di dunia setelah Cina, Amerika dan India, tidak heran jika banyak retailer asing mengincar pasar retail di Indonesia. Krisis moneter memberikan peluang yang sangat besar bagi retailer asing untuk masuk ke Indonesia. Dengan nilai tukar rupiah yang sangat lemah, mereka memiliki keleluasaan untuk melakukan ekspansi ataupun pembelian saham retailer lokal. Sampai saat ini paling tidak tercatat beberapa retailer asing yang gencar melakukan ekspansi atau menjalin partnership dengan retailer lokal misalnya Group Carrefour-Promodes mendirikan Paserba Carrefour, Royal Ahold membuka Tops (sebelumnya Ahold bermitra dengan PSP Food Retail), Lions dengan Superindo, Dairy Farm dengan Hero, dan IGA melakukan kerjasama teknis dengan Matahari. Beberapa retailer asing lainnya menunggu waktu yang tepat untuk masuk, misalnya Cassino dan Tesco. Persaingan ini juga diramaikan oleh retailer lain yang terlebih dahulu masuk ke Indonesia, misalnya Makro, Price Club, Toys R Us, ACE hardware, SOGO dan metro. Retailer lokal pun tidak tinggal diam. Retailer lokal banyak belajar dari masuknya retailer asing terutama Carrefour. Matahari mulai membenahi fokus usahanya dengan meninggalkan merek gerai Galeria dan Mega M-nya. Kini mereka lebih fokus pada pengembangan satu merek gerai yaitu Matahari. Sementara itu retailer lokal yang lebih kecil; terus mengembangkan konsepnya menjadi lebih memperhatikan kenyamanan, assortment, dan display; Misalnya Alfa, Diamond, Tip Top dan Hari-Hari. Di sisi lain retailer lokal yang telah mapan, cenderung melakukan pengembangkan format gerainya menjadi lebih besar dan lebih lengkap. Ramayana di outlet terbarunya di Mall Cileduk yang dibuka Oktober 2001, menyatukan format department store, supermarket, elektronik dan general merchandise dalam satu atap. Toko-toko berikut kelihatannya akan mengikuti kecenderungan ini. Melihat bahwa krisis keuangan di Indonesia sampai saat ini masih terus berlanjut, maka hal ini benar-benar merupakan pukulan bagi industri retail di tanah air. Berdasarkan data yang ada antara tahun 1996 sampai 1999, sektor tradisional retail menurun sebesar – 9.6%, sedangkan sektor modern retail menurun sebesar -1.6%. Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa pada masa resesi ini sektor modern retail lebih cepat melakukan recovery dibandingkan sektor tradisonal. Secara detail angka angka tersebut adalah sebagai berikut (dalam US Milyar): Tahun Modern retail Tradisional retail. Nilai tukar rupiah yang tetap melambung tinggi, sungguh sangat memberatkan retailer, terutama yang memiliki hutang dalam US Dollar. Dengan demikian, diperkirakan pada masa yang akan datang akan lebih banyak terjadi akuisisi dan merger antar retailer tersebut. Selain itu akan semakin banyak retailer asing dengan konsep baru masuk ke Indonesia. Sehingga makin memeriahkan kompetisi ini. Dalam sepuluh atau duapuluh tahun ke depan format retail yang ada seperti saat ini, misalnya supermarket, department store, convenience store dan hypermarket, akan pudar pamornya dan digantikan oleh format baru yang lebih sulit dibedakan garis pemisahnya antara satu format dengan format lain, antara retailer dengan food service/restaurant dan antara retailer dengan supplier (channels blur). Akan marak supplier (manufacturer) yang membangun jaringan retailer sendiri. Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi atas beberapa tahapan. Dapat dikatakan format retail di Indonesia berkembang dalam siklus 10 tahunan. Namun demikian, ada kecenderungan siklus ini akan berjalan dalam periode yang lebih singkat. SMfr@nchise mencoba untuk membagi tahapan evolusi format retail di Indonesia (Jakarta) dan prediksi perkembangannya sampai tahun 2020. Evolusi format retail di Indonesia yang diolah oleh SMfr@nchise adalah sebagai berikut : Sebelum 1960-an : Era perkembangan retail tradisional berupa retailer atau pedagang-pedagang independen. Tahun 1960-an : Era perkenalan retail modern dengan format Department Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin. Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan format Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya retailer modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari, Hero, Golden Truly, Pasar Raya dan Ramayana. SURABAYA – Daya beli masyarakat cenderung menurun menyusul hantaman krisis finansial global. Dampaknya, omset sejumlah pusat perbelanjaan mengalami stagnasi. ”Kini pertumbuhan omset di dua bulan terakhir cukup sulit diraih. Namun, kami tetap yakin investasi dengan peningkatan penetrasi pasar adalah solusi terbaik,” kata Regional East Java and Kaltim PT Matahari Putra Prima Tbk Tjipto Suparmin, kemarin (13/11). Tjipto optimistis kalau perluasan gerai merupakan cara efektif untuk menaikkan omset. Terbukti, omset rata-rata perbulan tahun ini mencapai Rp 76 miliar, naik dibanding omset perbulan tahun lalu yang hanya Rp 58 miliar. ”Kami telah menyiapkan dana Rp 60 miliar untuk memperluas gerai Matahari di Tunjungan Plasa dengan konsep baru bertema New Generation,” timpalnya. Renovasi gerai tersebut akan dimulai pada Desember hingga Juli tahun depan. Jika semula hanya 15 ribu meter persegi, nantinya akan diperluas menjadi 19 ribu meter persegi. ”Perubahan konsep ini adalah yang kedua setelah di Kawaraci. Rencananya, secara nasional akan hadir enam gerai Matahari New Generation,” ujarnya. Sementara itu akibat melemahnya rupiah kini produk garmen impor mulai berkurang jumlahnya di pasaran. Ini karena banyak importir yang memilih untuk menahan diri hingga rupiah stabil. Persaingan bisnis ritel yang marak di beberapa tempat di sekitar Jakarta dan sekitarnya seperti Tangerang Bekasi dan sekitarnya mulai memakan korban. Tidak saja pemain kecil yang terkena bahkan pemain besar sekelas Hero pun mulai mengalami kesulitan. Pagi ini saya mendengar kabar dari pelanggan Hero Cinere Mal bahwa Hero supermarket tiba-tiba berganti nama menjadi Giant. Hal ini tidak dibarengi dengan perubahan apapun di dalamnya. Saya sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Di negara Malaysia memang nama Giant tidak hanya dipakai untuk nama hypermarket melainkan juga untuk format supermarket. Apakah strategi itu yang akan dipakai? Kedua, hari ini saya melihat Giant Hypermarket Serpong Town Square yang berlokasi di pinggir jalan tol Jakarta Merak telah menghentikan operasinya dan memasang spanduk sedang direnovasi. Anehnya toko ini baru beroperasi satu tahunan jadi apanya yang direnovasi. Belum lagi beberapa bisnis ritel tradisional maupun moderen skala kecil menengah di daerah di mana bisnis ritel raksasa tersebut hadir. Semua mengalami penurunan penjualan yang berakibat kerugian dan penutupan outlet. Peluang bisnis ritel di Jatim masih terbuka dan siap menampung 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi, kendati ekspansi pasar modern itu kerap ditengarai mengancam pedagang pasar tradisional. Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Abraham Ibnu mengatakan potensi pengembangan pasar modern di Jatim masih cukup besar. Tingkat rasio antara jumlah supermarket, hipermarket dan minimarket terhadap total populasi penduduk di provinsi ini belum berimbang. “Setidaknya masih ada peluang sekitar 60 gerai supermarket dan hipermarket lagi untuk dikembangkan di Jatim. Jumlah itu tidak termasuk pengembangan minimarket yang potensi bisnisnya masih cukup besar,” ujar Abraham kepada Bisnis di Surabaya. Saat ini, kata dia, sebagian besar supermarket di Jatim beroperasi di Surabaya. Di luar itu relatif sedikit. Belum semua ibu kota kabupaten/kotamadya terdapat supermarket seperti Carrefour, Giant atau Makro. Meski di hampir seluruh daerah tingkat dua di Jatim telah berkembang pesat gerai minimarket. Bahkan sampai akhir 2008 masih akan ada sekitar 15 gerai minimarket baru yang siap beroperasi di Surabaya. Sementara sektiar 35 gerai akan beroperasi di Malang, Probolinggo, Banyuwangi dan Kediri. “Jadi akan ada tambahan sekitar 50 gerai minimarket baru.” Sampai Juli 2008, total minimarket di Jatim tercatat 1700 gerai. Sebagian besar merupakan gerai milik Alfamart dan Indomart. Sementara jumlah supermarket dan hipermarket mencapai 15 outlet. Rencananya sampai akhir 2008 akan ada tambahan 20 outlet baru. Jumlah itu termasuk tiga raksasa ritel asing yang saat ini sudah mengantongi perizinana untuk beroperasi di Jatim. Abraham tidak sependapat bila keberadaan pasar modern dinilai telah mengancam pedagang ritel di pasar tradisional. Pasalnya konsumen yang belanja ke hipermarket itu rata-rata hanya dua-tiga kali per bulan, sedang ke minimarket tiga sampai empat kali, sisanya masih didominasi belanja di pasar tradisional termasuk pedagang sayur keliling. Di tempat terpisah, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APSI) Jatim HM Zaini menilai keberadaan supermarket di Surabaya tergolong jenuh. Jika masih akan ada yang buka lagi dapat dikhawatirkan akan mematikan pasar dan toko kelontong yang beroperasi di kampung dan perumahan. Menurut dia, saat ini sudah ada 83 pasar tradisional di Surabaya yang omzetnya terus menurun, meski lokasinya jauh dari pasar modern. “Pedagang memang tidak melapor ke PD Pasar Surya tetapi ke APPSI.” HONG KONG (Bloomberg): Penjualan ritel China naik 22%, hampir menjadi kenaikan tercepat dalam sembilan tahun, sehingga memberi sinyal permintaan domestik mampu menopang pertumbuhan ekonomi negeri terbesar keempat dunia ini untuk mampu bertahan dari krisis ekonomi global. Pendapat dari penjualan naik menjadi 1,008 triliun yuan (US$148 miliar) pada Oktober 2008, data statistik China hari ini. Pada September angka ini sudah naik 23,3% dari posisi September 2007. Pemerintah China berencana mengucurkan US$586 miliar sebagai paket stimulus ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan belanja perumahan dan infrastruktur demi mengerem resesi. Permintaan ekspor produk China, penurunan angka penjualan real estate, menyebabkan pertumbuhan perekonomian negeri itu melambat hingga terendah dalam lima tahun. “Paket stimulus ekonomi bernilai miliaran ini memicu masyarakatnya untuk tetap belanja. Peningkatan konsumsi domestik dapat membantu menggairahkan perekonomian dalam beberapa bulan ke depan,” kata Arthur Kroeber, head of research Dragonomics Advisory Services Ltd di Beijing. Indeks saham CSI 300 naik 1,2%. Yuan menguat menjadi 6,8285 per dolar AS pada pukul 3:58 p.m waktu Shanghai dari 6,8305 sebelum pengumuman angka ritel ini. Pelaku usaha minimarket bermerek lokal wajib waspada mengantisipasi masuknya minimarket asing. Pasalnya, meski akses investasi langsung pelaku minimarket asing ke Indonesia ditutup, pemerintah tetap mengizinkan ekspansi minimarket merek asing dengan pola waralaba. Ketua Harian Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengungkapkan, dengan diizinkan masuknya peritel asing dalam bentuk waralaba maka ekspansi mereka dapat menembus seluruh wilayah nusantara. “Dengan bentuk waralaba, maka sangat terbuka ekspansi sampai ke daerah-daerah, bergantung pada kebutuhan pasar,” kata Tutum, Selasa (11/10). Sebelumnya, Menteri Perdagangan menegaskan, minimarket asing hanya dapat masuk ke Indonesia melalui sistem waralaba karena Peraturan Presiden (Perpres) No 111/2007 melarang investasi langsung minimarket asing. “Investasi langsung minimarket asing secara aturan tidak boleh. Mungkin dia masuk sebagai franchise (waralaba),” kata Mari Elka Pangestu kepada Antara, menanggapi rencana masuknya minimarket asal Jepang 7-Eleven ke Indonesia. Pemerintah memang menutup investasi asing langsung di bidang ritel, khusus minimarket. Investor asing masih boleh masuk untuk pembangungan departemen store dan pasar moderen. Menurut Tutum, dengan masuknya pemain asing, pemerintah perlu lebih menjalankan peran dalam mendukung pertumbuhan bisnis ritel, khususnya minimarket. Selama ini pemerintah belum menunjukkan keberpihakan dalam mendorong perkembangan pelaku usaha minimarket. Padahal di samping merek besar seperti Alfamart dan Indomart, banyak peritel lokal di daerah yang bergerak dalam usaha minimarket. “Pemerintah perlu support, selama ini peraturan belum mendukung. Misalnya perizinan masih dibutuhkan waktu yang lama untuk mendirikan minimarket,” kata Tutum. Alfamart Optimistis Sementara itu, PT Sumber Alfaria Trijaya, sebagai pengelola dan pemilik hak waralaba minimarket Alfamart, segera menambah operasional empat gudang pusat distribusi atau distribution center di lima wilayah antara lain, kota Balaraja, Malang, kawasan Jababeka, dan Bandung. Manajer Korporasi Komunikasi Alfamart Didit Setiadi mengatakan, dua dari gudang baru itu merupakan gudang substitusi dan dua lainnya gudang baru, yaitu di Kabupaten Malang dan Kota Bandung. “Kami membangun gudang baru di kawasan Jababeka sebagai pengganti gudang di Bekasi, sedangkan pusat distribusi yang di Balaraja, sebagai pengganti gudang di Serpong (Tangerang). Kami harapkan (pembangunannya) rampung sebelum akhir 2008,” tutur Didit. Menurut Didit, satu gudang mampu menyalurkan produk-produk di 300 hingga 400 gerai Alfamart yang berada di sekitar lokasi gudang. Pihaknya optimistis dapat menaikkan penjualan hingga 300 persen pada triwulan III 2008 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah gerai Alfamart per Juni 2008 tercatat 2.505 unit. Dari jumlah itu, 40 persen di antaranya merupakan toko waralaba. Pada 2007 Alfamart memiliki 2.200 gerai. Diakuisisinya Alfa Supermarket oleh Carrefour dan Hero oleh Giant semakin memperkuat pondasi jaringan toko raksasa raksasa dunia untuk semakin eksis di Indonesia, kita lihat saja di beberapa kota besar di pulau Jawa terasa sangat kentara, bukanya raksasa ritel baik dari luar negeri maupun dalam negeri tidak bisa di hindari, sementara dari kebijaksanaan dan pengaturan perangkat perundang undangan yang belum terasa memihak pelaku usaha menengah dan pedagang kecil. Disisi Lain kita bisa melihat semakin pesatnya “chain store” jaringan toko seperti Indomaret dan Alfamart yang menjemput bola ke konsumen semakin dekat seperti ke perumahan dan pelosok pelosok desa terpencil membuat nuansa berbeda dan merupakan pilihan baru bagi masyarakat yang belum pernah mwlihat konsep belanja modern. Di kelas kecamatan kecil di pelosok desa pun dengan mudah kita bisa temukan jaringan mini market keduanya, namun apakah hal ini menggangu eksistensi pedagang kecil serta pasar tradisonal secara langsung, mungkin jawabannya tidak secara langsung karena segmen mereka berbeda. Anda bisa bayangkan ketika gula di rumah Anda habis atau Anda butuh telur sekedar 1-2 buah, rasanya akan berpikir untuk belanja ke ritel dengan format formal walaupun tidak ada larangan. Sebagian besar masyarakat kita masih belum terbiasa belanja dengan format formal seperti di Supermarket dan Mini Market apalagi ke Hipermarket Bagaimanakan kiat bersaing dengan jaringan toko moderen? sebetulnya tidaklah susah namun juga tidak mudah. Selama ini UKM di ritel belum ada yang memfasilitasi dan mensupport secara konsultasi, manajemen dan bantuan support finansial berupa kemudahan kredit dll. Kalaupun mereka sebagian berubah karena inisiatif mereka sendiri. Baik pemerintah pusat maupun di tingka daerah belum mengambil langkah riil dan nyata untuk mengembangkan serta membantu mereka, padahal jumlah dan potensi mereka cukuplah besar . Bila potensi ini dikelola dengan bagus akan menjadi kekuatan ekonomi tersendiri. Pada umumnya pedagang kecil dan usaha eceran tradisonal masih mengunakan sistem dan manajemen yang sangat tradisonal dan konvensional. Baik dari sisi infrastruktur maupun secara sistem dan manajemen. Keadaan seperti ini tidak bisa dibiarkan berlangsung lama kedepan perlu kebijaksanaan yang signifikan untuk bisa merubah dan membantu sektor ekonomi ini. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan jaringan toko moderen tadi kita akan menjadi bagian dari penonton yang melihat kemana arah perekonomian sektor ritel kedepan? Bagaimana menurut Anda? Berkembangnya bisnis eceran di Indonesia beberapa tahun terakhir ini cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran tersebut. Banyaknya perusahaan yang terjun pada bisnis eceran , tidak lepas dari banyaknya tuntutan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya sehingga persaingan yang terjadi semakin ketat yang pada akhirnya perusahaan yang memiliki citra yang baik yang akan mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung sebagai salah satu pelaku dalam jasa penjualan eceran tidak akan terlepas dari kondisi tersebut. Oleh karena itu Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung juga di tuntut untuk memiliki citra yang baik agar mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Maka dari itu penulis mengambil judul “ Pengaruh Citra Toko terhadap Keputusan Pembelian Konsumen”. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuisioner dan disertai observasi, sedangkan analisis data menggunakan Rank Spearman. Dari hasil penelitian terungkap bahwa citra toko Borma Dakota Pasar Swalayan Bandung kurang baik di mata konsumen di pandang dari lokasi yang kurang strategis, desain dan fasilitas fisik yang kurang menarik, promosi penjualan yang dilakukan tidak mampu menarik minat konsumen dan pelayanan pelanggan kurang ramah. Sementara untuk keputusan pembelian konsumen meliputi tahap-tahap dari pengenalan masalah konsumen tidak termotivasi belanja karena Borma Dakota memiliki citra yang kurang baik, pencarian informasi mengenai Borma Dakota juga masih sulit konsumen dapatkan, penilaian alternatif yang dilakukan konsumen juga dengan membandingkan Borma Dakota dengan tempat lain sangat tinggi dan kepuasan yang dirasakan konsumen setelah belanja di Borma masih sangat rendah. Hubungan citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen Borma Dakota memiliki hubungan yang signifikan sebesar 0,217, sedangkan pengaruh citra toko terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar 4,71%, sedangkan sebesar 95,29 citra toko dipegaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dipelajari dalam penelitian ini.

PENGERTIAN RETAIL

PENGERTIAN RETAIL
Perkembangan Industri Retail di Indonesia begitu sangat pesat, namun tidak diiringi oleh informasi yang menunjang, sangat susah mencari informasi tentang perkembangan retail di internet. coba saja cari di om google tentang " retail " yang keluar pasti kebanyakan link dari luar ataupun iklan yang tidak ada hubungannya dengan informasi retail yang kita cari.
Melalui website ini, saya berusaha berbagi pengetahuan mengenai seluk beluk Industri Retail di Indonesia.
untuk mendukung penjelasan ini, saya menggunakan teori yang penulis dapatkan langsung dari sumber terbesar retail di indonesia, yaitu Matahari Dept Store.
Pengertian Retail
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Sedangkan menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus Bahasa Inggris - Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai "Eceran"
Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
Klasifikasi Retail
Menurut Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara, sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan barang berdasarkan sbb :
- Retail Kecil
Bisnis Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500 pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh penjualan dan manajemen.
Biasanya kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara individu (Individual Proprietorship)
- Retail Besar
Pada saat ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut meliputi :
Departemen Store - Chain organization (organisasi berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online )
Departemen Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan berbagai macam jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam berbelanja.
Produk yang ditawarkan bisa meliputi :
- Perlengkapan pria ( Mens World ) dan Wanita ( Ladies World )
- Perlengkapan Remaja ( Youth World )
- Perlengkapan anak anak & permainan (Children & Toys World)
- Perlengkapan Sepatu dan Accesories ( Shoes World )
- Perlengkapan Olahraga & Alat Musik (Sport Center)
- Perlengkapan perangkat keras /Rumah tangga (Hardware)
- Perlengkapan Kosmetik
- Dan sebagainya
Pembagian Wilayah
Di awal sudah saya jelaskan mengenai produk yang di tawarkan
Produk yang ditawarkan bisa meliputi :
- Perlengkapan pria ( Mens World ) dan Wanita ( Ladies World )
- Perlengkapan Remaja ( Youth World )
- Perlengkapan anak anak & permainan (Children & Toys World)
- Perlengkapan Sepatu dan Accesories ( Shoes World )
- Perlengkapan Olahraga & Alat Musik (Sport Center)
- Perlengkapan perangkat keras /Rumah tangga (Hardware)
- Perlengkapan Kosmetik
- Dan sebagainya

Di halaman ini saya akan mencoba mengupas tuntas tentang detail produk yang biasa ditawarkan kepada konsumen.
(Studi kasus saya dapatkan langsung di Matahari dept Store - Parisian Dept Store - Pasaraya Dept Store dan store visit )
Sebelum para retailer menjual / menawarkan produknya, maka terlebih dahulu mereka harus membedakannya produk nya per kategory.
World Hierarchy



Wholesaling adalah pengecer besar

Peritel, Pedagang Besar dan Perencanaan Strategi Pemasarannya
Sifat Eceran

Eceran mencakup semua aktifitas yang meliputi penjualan produk sampai ke konsumen. Retailer bisa berupa rantai besar toko khusus sampai penjual individual. Beberapa Retailer beroperasi di toko dan yang lainnya tanpa sebuah toko dengan menjual secara on-line di TV, melalui catalog atau bahkan di rumah konsumen. Kebanyakan Retailer menjual barang fisik yang diproduksi Retailer lain. Akan tetapi dalam hal penjualan jasa, Retailer juga produsennya.

Sifat eceran dan kecepatan perubahannya umumnya berhubungan dengan tingkat & kecepatan perkembangan ekonomi sebuah negara.

Perencanaan Strategi Retailer

Konsumen berbeda memilih bermacam-macam Retailer. Tapi banyak Retailer tidak tahu atau tidak peduli kenapa. Kebanyakan Retailer di Negara berkembang menjual lebih dari satu macam produk. Jadi berbagai macam merk dan produk yang dibawa bisa menentukan kesuksesan.

Bermacam-macam konsumen memiliki perbedaan kebutuhan. Apapun efek dari kebutuhan konsumen lain, kebutuhan ekonomi biasanya sangat penting dalam menentukan pemilihan Retailer.

Ciri penawaran Retailer yang berhubungan dengan kebutuhan ekonimi mencakup:

§ Convenience (tersedianya waktu, menemukan kebutuhan pokok, lokasi, parkir)

§ Pemilihan produk (kualitas, macam)

§ Pelayanan khusus (penawaran khusus, home delivery, bingkisan hadiah, hiburan)

§ Fairness dalam perjanjian (kejujuran, resiko pembelian)

§ Informasi yang berguna (display, demonstrasi, informasi produk)

§ Harga (nilai, kredit, diskon khusus, pajak)

Kebutuhan konsumen berhubunagan dengan segmentasi dan penempatan. Penentuan segmentasi dan penempatan penting bagi Retailer. Mengabaikan kebutuhan ekonomi / sosial dan kebutuhan emosional dalam menentukan keputusan tersebut bisa menyebabkan kesalahan dalam perencanaan strategi Retailer.

Mempertimbangkan misalnya bagaimana atmosfer penjualan mempunyai efek emosional terhadap penilaian konsumen kepada Retailer. Retailer yang berbeda menekankan strategi yang berbeda untuk menarik perhatian pasar. Karena semua variasi, disederhanakan dalam pengklasifikasian Retailer dan strateginya berdasarkan sebuah ciri, misalnya merchandise, jasa, volume penjualan.

Retailer Konvensional – Mencoba Menghindari Persaingan Harga

150 tahun yang lalu, Retailer utama di United States adalah general store (toko umum) – membawa segala sesuatu yang bisa dijual. Sekarangm kebanyakan Retailer Konvensional adalah single – line atau limited – line store – toko yang khusus menjual produk tertentu dibanding produk yang bermacam-macam. Keuntungan utama limeted – line Retailer adalah mereka bisa memuaskan target pasar dengan lebih baik.

Contoh single – line store yaitu clothing. Sedangkan Limited – line store biasanya hanya menjual sepatu, pakaian formal, atau kalung tetapi dibatasi jenisnya. Banyak tokonya kecil dengan ongkos yang relative tinggi untuk berdagang. Jadi mereka mencoba untuk menjaga harga tetap tinggi dengan menghindari kompetisi produk yang identik / sama.

Mengembangkan Bermacam-macam Barang dan Jasa untuk Bersaing pada Harga Tinggi

Speciality shop (toko khusus) – sejenis convensional limited – line store – biasanya kecial dan mempunya “personality” yang jelas. Contoh barang-bsrang olah raga kualitas tinggi, eksklusif clothing, kamera, atau bahkan barang-barang antik.

Department store adalah toko besar yang diatur kedalam departemen terpisah yang menawarkan berbagai macam produk.

Evolusi Mass – Merchandising Retailer

Retailer konvensional beranggapan bahwa permintaan di wilayahnya itu tetap dan mereka mempunyai filosofi “buy low & sell high”. Banyak Retailer modern menolak pendapat ini. Mereka menerima Mass Merchandising Concept – yang mengatakan bahwa Retailer seharusnya menawarkan harga murah untuk mendapat timbale balik lebih cepat dan volume penjualan yang lebih besar – dengan menarik sasaran yang lebih luas. Mass Merchandising Concept diterapkan pada banyak tipe Retailer termasuk yang beroperasi di toko dan berjualan secara on line.

Kebanyakan toko makanan beroperasi secara small limited – line. Membeli makanan itu tidak cocok dan mahal. Ini terlihat kuno, tapi banyak konsumen tidak mempunyai akses ke supermarket – toko besar yang dikhususkan pada bahan makanan dengan self service dan bermacam-macam barang. Supermarket direncanakan untuk efisiensi maksimum.

Setelah perang Dunia II, beberapa Retailer mulai fokus pada potongan harga. Discount houses menawarkan “hard goods” (kamera, TV, alat-alat) dengan potongan harga pada konsumen. Retailer ini menjual dengan potongan 20-30% dari harga Retailer konvensional.

Mass merchandise - besar, self service store dengan banyak departemen yang menekankan “soft goods” (perabotan, baju) dan bahan pokok (produk esehatan dan kecantikan) tapi tetap mengikuti discount house pada batas yang lebih rendah untuk mendapat pergantian lebih cepat.

Beberapa supermarket dan mass merchandise telah berkembang menjadi supercenter (hypermarket) – toko sangat besar yang mencoba menjual bukan hanya makanan dan obat-obatan tapi semua barang dan jasa yang dibeli konsumen secara rutin.

Superstore terlihat seperti kombinasi supermarket, toko obat dan mass merchandise yang telah berkembang, tapi konsepnya berbeda. Sebuah supercenter mencoba mempertemukan semua kebutuhan rutin konsumen dengan harga rendah.

Beberapa Retailer Memusatkan pada Penambahan Convenience

§ Convenience (food) store adalah variasi convenience of conventional limited – line food stores. Mereka menawarkan kenyamanan, bukan barang-barang, dan harganya 10-20% lebih tinggi dibandingkan supermarket terdekat. Bagaimanapun, banyak Retailer lain menghabiskan banyak waktu, persaingan ketat mengejar convenience store prices & profits.

§ Automatic vending adalah menjual dan mengirimkan produk melalui vending machine.

§ Door to door selling adalah sales person langsung ke rumah konsumen.

§ Telephone & direct mail Retailing biasanya pemesanan melalui telepon.

Mengapa Retailer Berkembang dan Berubah

Wheel of retailing theory mengatakan bahwa jenis Retailer baru memasuki pasar sebagai low - status, low – margin, low – price operators dan jika berhasil berkembang menjadi Retailer yang lebih konvensional yang menawarkan jasa lebih dengan biaya operasi yang lebih tinggi dengan harga yang lebih mahal.

Kebanyakan modern Retailer berkembang menjadi scrambled merchandising – membawa banyak produk yang mereka piker bisa menjual dengan banyak keuntungan.

Retailer Sizes & Profits

§ Corporate chain : sebuah perusahaan yang memiliki dan mengatur lebih dari 1 toko.

§ Voluntary chain : whoolsalers sponsored group yang bekerja dengan independent Retailer

§ Franchise operation : Franchisor mengembangkan strategi pemasaran yang baik. Retail francise holder melaksanakan strategi di unitnya sendiri

Apa yang dimaksud dengan Wholesaler (Pedagang Besar)

Wholesaling adalah aktifitas-aktifitas seseorang yang menjual ke Retailer dan penjual lain atau ke industri, institusional, dan pengguna komersial, tetapi tidak menjual ke konsumen akhir dalam jumlah besar.

Wholesaler adalah perusahaan yang fungsi utamanya menyediakan aktifitas wholesaling.

Aktifitas-aktifitas wholesaling :

- Gathering & penyediaan informasi

- Membeli & menjual

- Grading

- Storing

- Transporting

- Financing

- Pengambilan Resiko

Wholesaling Berubah Seiring dengan Waktu

100 tahun yang lalu wholesaling mendominasi distribusi channel di United States dan kebanyakan negara lain. Banyak produsen kecil dan Retailer membutuhkan pelayanan / jasa mereka. Situasi ini juga terjadi di negara kurang berkembang. Bagaimanapun di Negara berkembang ketika produsen semakin besar, banyak yang menghindari wholesales. Begitu juga dengan rantai Retailler sering mengambil alih fungsi yang telah dipegang oleh wholesaler. Sekarang e-commerce mempermudah produsen dan konsumen untuk berhubungan tanpa ada wholesaler di tengah perdagangan.

Progressive wholesaler lebih memperhatikan konsumen dan sistem salurannya. Banyak yang menggunakan teknologi untuk menawarkan pelayanan yang lebih baik. Modern wholesaler tidak lagi membutuhkan semua konsumen yang membayar semua pelayanan karena konsumen tertentu menggunakannya. Banyak yang menawarkan jasa pada harga minimum – kemudian biaya tambahan diberikan untuk pelayanan khusus. Tidak semua wholesaler itu progressive dan yang kurang efisien akan gagal.

Wholesaler yang terus bertahan harus efisien, tapi belum nerarti mereka semua menjual dengan harga murah. Beberapa wholesaler dengan biaya operasi yang lebih tinggi disebabkan oleh strategi yang mereka pilih, termasuk pelayanan khusus yang ditawarkan kepada beberapa pelanggan.

Wholesaler Menambah Nilai dengan Berbagai Cara

Pabrik yang mengambil alih kegiatan wholesaling tidak dianggap wholesaler. Ketika mereka mempunyai manufacturers’ sales branches – gudang yang lokasinya terpisah dengan pabriknya – mereka mengklasifikasikan sebagai wholesaler United States Census Bureau dan oleh pemerintah di banyak negara.

Banyak Penjual Wholesaler

Merchant wholesalers memiliki produk yang mereka jual. Mereka sering mengkhususkan pada tipe produk atau konsumen tertentu. Service wholesaler adalah merchant wholesalers yang menyediakan semua fungsi wholesaling. Ada 3 tipe yaitu :

1. General Marchandise

Service wholesaler yang membawa banyak variasi barang-barang tahan lama seperti hardware, barang elektronik, furniture, obat-obatan, kosmetik, dan alat-alat automobile.

2. Single – line

Service wholesaler yang membawa jenis barang yang lebih terbatas dibandingkan general merchandise wholesaler.

3. Speciality

Service wholesaler yang membawa produk yang sangat terbatas dan menawarkan lebih banyak informasi & jasa dibandingkan service wholesaler lainnya.

Limeted – function wholesaler memberikan beberapa fungsi wholesaler. Cash and carry wholesaler beroperasi seperti service wholesaler – kecuali harus membayar tunai.

Drop – shipper memiliki produk yang mereka jual tapi mereka sebenarnya tidak menangani, menyediakan, dan mengirimkannya. Wholesaler ini terutama terlibat dalam penjualan.

Truck wholesaler mengkhususkan pada pengiriman produk yang mereka stok di truk mereka sendiri.

Rock jobber mengkhususkan pada hard to handle produk yang tidak mau ditangani Retailer dan rock jobber biasanya memamerkan barangnya di rak besi.

Catalogue wholesaler menjual catalog yang didistribusikan kepada konsumen industri yang lebih kecil atau kepada Retailer. Pelanggan memesan di website melalui e-mail, fax atua telepon.

Agen Distribusi Kuat Dalam Penjualan

Agent middleman adalah wholesaler yang tidak memiliki sendiri produk yang mereka jual. Tujuan Utama mereka adalah untuk membantu jual beli.

Manufacturers’ agent menjual produk yang sama dengan beberapa non competing producer. Export or import agent pada dasarnya adalah manufacturers’ agent yang mengkhususkan pada perdagangan internasional.

Brokers membawa penjual dan pembeli bersama-sama. Broker biasanya memiliki hubungan sementara dengan penjual dan pembeli selama negosiasi transaksi.

Eksport & import broker bekerja seperti broker-broker lain, tapi mereka khusus membawa penjual dan pembeli dari negara yang berbeda.

Selling agent mengambil alih seluruh tugas pemasaran produsen – bukan hanya menjual. Combination export manager merupakan campuran manufacture agent & selling agent yang menangani seluruh fungsi eksport untuk beberapa produsen tetapi tidak pada satu garis kompetisi.

Auction companies memberikan tempat dimana penjual dan pembeli bisa dating bersama-sama dan menawar untuk menyelesaikan transaksi.

Wholesaling adalah

WHOLESALING
Wholesaling adalah segala kegiatan menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau untuk pemakaian bisnis. Perusahaan yang melakukan kegiatan wholesaling ini disebut wholesaler (distributor, jobber). Meskipun demikian produsen yang melakukan kegiatan wholesaling tidak dapat disebut wholesaler. Akan tetapi jika branch warehouse didirikan di lokasi-lokasi terpisah, maka dapat diklasifikasikan sebagai wholesaler. Dewasa ini pedagang grosir (wholesaler) masih penting keberadaannya bagi produsen karena alasan-alasan berikut:
1. Para produsen kecil yang sumber keuangannya terbatas tidak mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung.
2. Produsen yang cukup mampu pun lebih suka menggunakan modalnya untuk memperluas produksi daripada melakukan kegiatan penjualan partai besar.
3. Operasi pedagang grosir lebih efisien karena skala operasi mereka, luasnya hubungan mereka dengan pelanggannya dan keahlian khusus mereka
4. Pengecer yang menjual banyak lini produk lebih suka membeli bermacam-macam produk melalui pedagang grosir daripada melalui produsennya langsung.
Umumnya produsen menggunakan pedagang grosir jika mereka efisien dalam menjalankan fungsi-fungsi berikut:
1. Selling and Promoting
Pedagang grosir menyediakan wiraniaga bagi produsen untuk mencapai dan melayani pelanggan dengan biaya rendah.
2. Buying and Assortment Building
Pedagang grosir mampu memilih dan menentukan keanekaragaman item produk yang dibutuhkan pelanggan.
3. Bulk Breaking
Pedagang grosir membeli produk dari produsen dalam partai besar dan kemudian memecahnya dalam unit-unit yang lebih kecil.
4. Warehousing
Pedagang grosir menyimpan persediaan sehingga mengurangi biaya persediaan dan risiko pemasok serta pelanggan.
5. Transportation
Pedagang grosir dapat menyalurkan barang lebih cepat daripada produsen karena mereka lebih dekat dengan pelanggan.
6. Financing
Pedagang grosir membantu keuangan pelanggan dan pemasok dengan menjual secara kredit, memesan barang lebih awal, dan membayar tepat waktu.
7. Risk Bearing
Pedagang grosir menanggung risiko-risiko seperti kecurian, kerusakan, kadaluarsa, dan kerugian lainnya yang berkaitan dengan kepemilikan barang.
8. Market Information
Pedagang grosir menyajikan informasi bagi pemasok dan pelanggannya tentang aktivitas pesaing, produk baru, perkembangan harga, dan sebagainya.
9. Management Service and Counseling
Pedagang grosir juga sering membantu para pengecer, misalnya melatih para wiraniaganya, menata layout dan etalase toko, dan membuat sistem akuntansi serta pengawasan persediaan. Di samping itu, pedagang grosir juga membantu pelanggan industrinya dengan memberikan pelatihan dan jasa-jasa teknis.
Berbeda dengan pengecer, pedagang grosir umumnya tidak terlibat aktif dalam promosi produk atau memikirkan lokasi outlet dan asesori outlet untuk memikat pembeli. Pedagang grosir juga biasanya mempunyai daerah operasi yang lebih luas dan transaksi barang yang lebih besar. Selain itu dari segi regulasi dan pajak, pemerintah juga membedakan pedagang grosir dan pengecer.

Rabu, 27 Oktober 2010

retail adalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha dan Pedagang Eceran

Dalam rangkaian kegiatan ekonomi, peran dan kedudukan pedagang eceran sangatlah penting. Ia merupakan penghubung antara produsen sebagai pihak yang menghasilkan produk dengan pemakai akhir. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli memberikan definisi tentang usaha eceran dan pedagang eceran.

Philip Kotler (1993:334) mengatakan bahwa:

Usaha eceran adalah meliputi seluruh aktivitas yang melibatkan barang dan jasa yang langsung pada konsumen yang olehnya digunakan untuk kepentingan pribadi dan non bisnis. Sedangkan pengecer adalah setiap organisasi atau lembaga usaha atau bisnis yang volume penjualannya terutama bersumber dari usaha eceran.

Berry Berman dan Gary Evans (1989:3) memberikan definisi:

Retailing as those business activities taht involve the sale good and service to ultimate (final) consumer for personal, family or household use. It’s use the final stage in channel distribution.
William J. Stanton (1987:316) mengatakan bahwa:

Retailing includes all activities direcly related to the sale of good and service to the ultimate (final) consumer for personal, non business use.

Sedangkan pedagang eceran: retailer is a business enterprise whos primary function is to sell to ultimate consumer for non business.

Definisi-definisi diatas pada intinya mengemukakan bahwa:

Bisnis eceran merupakan jembatan antara produsen atau pihak saluran distribusi lainnya dengan konsumen akhir.
Usaha eceran merupakan usaha menjual langsung pada konsumen, yang olehnya digunakan untuk keperluan pribadi dan bukan untuk usaha.
Pengecer adalah orang atau lembaga yang menjual barang atau jasa langsung pada konsumen akhir, kedudukannya sebagai mata rantai yang paling dekat dengan konsumen.

2.2. Tipe dan Orientasi Pedagang Eceran
2.2.1 Tipe pedagang eceran
Untuk mempermudah penggolongan usaha eceran William J. Stanton (1987,321) membuat 4 (empat) klasifikasi, klasifikasi tersebut berdasarkan:
1. Berdasarkan volume penjualan
2. Berdasarkan jajaran produk yang dikelola
3. Berdasarkan kepemilikan
4. Metode operasi

1. Berdasarkan Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan salah satu dasar dalam mengelompokan pedagang eceran, karena bedanya ukuran akan memberikan pengaruh terhadap permasalahan manajemen yang berbeda. Misalnya dalam hal pembelian, promosi, dan pengeluaran biaya. Dengan klasifikasi ini pedagang eceran dibagi menjadi dua

yaitu: pedagang eceran dengan skala besar (large scale retailer) dan
pedagang eceran dengan skala kecil (small scale retailer).

2. Berdasarkan Jajaran Produk Yang Dikelola

Berdasarkan jajaran produk yang dikelola dapat digolongkan menjadi: General merchandise store dan limited line store. General merchandise store adalah pedagang eceran yang menjual berbagai macam produk contoh: departemen store. Sedangkan limited line store adalah pedagang eceran yang menjual barang-barang tertentu (speciality store) contoh: toko sepatu, toko meubel, toko roti.

3. Berdasarkan Bentuk Kepemilikan

Berdasarkan bentuk kepemilikan umumnya pedegang eceran dapat
digolongkan menjadi:

1. Coorporate Chain Store
Coorporate Chain Store adalah organisasi yang terdiri dari dua
atau lebih toko eceran yang dimiliki dan dikelola secara sentral.

2. Independent Retailer
Independent Retail adalah pedagang eceran yang berdiri sendiri dimiliki dan dikelola pemilik tidak tergantung pada organisasi atau toko lainnya.

3. Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer

Rantai Sukarela dan Asosiasi Pengecer adalah timbulnya persaingan dari coorporate chain store membawa pengecer independent membentuk asosiasi yang dapat berupa rantai sukarela (kelompok yang diseponsori oleh produsen / whoresaler) atau asosiasi retail independent (gabungan berupa retail independent).

4. Franchising

Franchising adalah usaha eceran yang terbentuk dari perjanjian kontrak antara franchiser sebagi pemilik hak paten merk dengan franchise, dengan cara franchise membeli hak untuk menjual barang dan jasa atas nama franchiser.

4. Berdasarkan Metode Operasi
Berdasarkan metode operasinya pedagang eceran dapat di klasifikasikan menjadi 4 tipe yaitu:

a. Full Service Retailing
Full service retailing adalah bentuk pedagang eceran yang sudah umum, yang memberikan pelayanan sepenuhnya. Bentuk ini khususnya diperlikan untuk barang-barang yang memerlukan banyak penjelasan atau perlu dicocokan dulu sebelum dibeli. Misalnya: barang elektronik, pakaian di butik.

b. Supermarket Retailing
Supermarket retailing adalah bentuk pedagang eceran skala besar yang menyediakan berbagai jenis barang yang dikelompokan menurut jenis produk masing-masing, memberikan kebebasan dan melayani sendiri bagi langganannya

c. Discount Retailing
Discount retailing adalah toko eceran skala besar yang menawarkan produknya dengan harga yang lebih murah atau memberikan potongan harga yang cukup besar, tetapi dengan pelayanan yang lebih sedikit, pengambilan keuntungan dari jenis ini kecil, mereka mengharapkan tingkat turn over yang tinggi.

d. Non Store Retailing

Non store retailing adalah pedagang eceran yang menawarkan produknya langsung kepada konsumen tanpa mempergunakan toko, bentuknya antara lain:

1. House selling or door to door selling, penjualan dengan menawarkan produknya langsung kerumah konsumen, umumnya dengan cara mendatangi dari pintu ke pintu. Ada juga dengan cara menyelenggarakan sales presentation dalam suatu pertemuan.

2. Mail Order selling, penjualan dengan menggunakan katalog atau daftar barang-barang yang ditawarkan dan pemesanan dilakukan dengan menggunakan syarat pemesanan.

3. Automatic Vending adalah cara penjualan

dengan menggunakan mesin yang secara otomatis akan melayani pembeli.

2.2.2. Orientasi Pedagang Eceran
Barry Berman dan Gary Evans (1989,19) mengatakan bahwa orientasi dari pedagan eceran adalah:

1. Orientasi Terhadap Konsumen

Pengecer harus menentukan sifat-sifat dan keinginan para konsumen pada umumnya konsumen menginginkan dapat membeli barang atau jasa yang terbaik dengan uang yang mereka miliki dan mereka dapat berbelanja disatu tempat, sehingga mengurangi jumlah perjalanan yang harus mereka lakukan.

Perilaku konsumen memang terus berubah pengecer yang tahu produk yang ingin dibeli, dimana mereka ingin membeli, berapa harga yang akan mereka bayarkan dan bagaimana mempromosikan penjualan agaknya akan menjadi pengecer yang berhasil dalam usaha eceran.

2. Usaha Koordinasi

Pengecer yang paling berhasil adalah meeka yang dapat mengkoordinasikan perencanaan dan menyusun aktivitas secara menyeluruh untuk mencapai efisiensi yang maksimum.

3. Orientasi Terhadap Tujuan
Pengecer dapat menetapkan satu atau lebih tujuan yang ingin diraih,
tujuan itu meliputi:
Tujuan pada Penjualan
Tujuan Pencapaian Keuntungan
Tujuan Terhadap Pemuasan Publik
Tujuan Penciptaan Citra Perusahaan

2.3. Pengertian Bauran Eceran

Dalam melakukan aktivitas penjualan pengecer memerlukan strategi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumen. Dimana strategi pemasaran di cerminkan sebagai suatu program yang dikenal dengan istilah bauran eceran (retailing mix). Barry Berman dan Gary J. Evans (1989:92) memberikan definisi bahwa bauran eceran adalah :

this mix is a firm particular combination of these factors: store location, operating procedures, good/service offered, pricing tactics, store atmosphere, customer service, and promotion methods.

Dari definisi diatas dapat diketahui komponen-komponen bauran eceran yaitu lokasi toko, prosedur operasi, penyediaan barang, penetapan harga, suasana dan atribut fisik, pelayanan dan promosi.

2.3.1. Lokasi
lokasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi pedagang eceran karena ketika suatu lokasi telah dipilih maka keadaan disekitar lokasi mempunyai pengaruh yang kuat dalam penetapan semua strategi pedagang eceran. Sedemikian pentingnya lokasi terhadap pedagang eceran Philip Kotler berpendapat “ retailers are accustomed to saying that three key to success are “location, location, location”.


Untuk itu melihat penting lokasi bagi pelanggan eceran Barry Berman (2001,264) menentukan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan suatu lokasi:
a. Jumlah dan Karakteristik Penduduk
b. Tingkat Persaingan
c. Akses Transformasi
d. Tersedianya tempat parkir
e. Lingkungan disekitar toko
f. Tersedianya tenaga kerja dan gedung
g. Peraturan yang berlaku

Melihat tingkat kepentingan suatu lokasi maka pedagang eceran harus melakukan analisa perdagangan untuk mengetahui area geografis lingkungan dimana akan menarik konsumen dan menguntungkan. Philipnb Kotler juga mengemukakan bahwa pedagang eceran dapat menilai efektifitas penjualan suatu toko dengan melihat 4 indikator yaitu:

a. Jumlah orang yang melewati toko setiap hari
b. Presentase yang masuk toko
c. Presentase yang masuk toko dan membeli
d. Nilai rata-rata yang dibelanjakan tiap penjualan

2.3.2. Prosedur Operasi
Prosedur operasi perusahaan meliputi segala aspek yang menyangkut
pengelolaan atas kelancaran kegiatan usaha dimana terdiri dari:

Organisasi personalia, dimana kegiatannya menitikberatkan pada urusan rumah tangga perusahaan. Ruang lingkupnya mencangkup struktu organisasi, fungsi kerja,kebijakan, tanggung jawab serta wewenang.

Penanganan operasi, meliputi seluruh aktivitas operasi usaha
dilapangan, diantaranya adalah:

Alokasi ruang, ukuran dan bentuk toko
Pemberdayaan petugas
Pemeliharaan toko
Pengelolaan persediaan
Pelaksanaan keamanan
Penanganan krisis menajemen

2.3.3. Penyediaan Barang

Pengembangan dan implikasi dari penyediaan barang merupakan salah satu aspek yang mendukung bauran eceran yang dilakukan pedagang eceran. Untuk menjadi sukses, pedagang eceran harus memiliki kepedulian terhadap ketersediaan barang dan pelayanan ketika timbul permintaan barang dan dalam menjualnya. Definisi menurut Barry Berman (2001:432) mengenai penyediaan barang:

Merchandising consists of activities involved in acquiring particular goods and/or service and making them available at the place, times, and pricing and in the quantity that will enable a retailer to reach its goal.

Jadi kemampuan pedagang eceran dalam menyediakan barang atau jasa dan menempatkannya pada tempat, waktu dan harga yang tepat akan membantu pedagang eceran dalam mencapai tujuannya.
Proses penanganan barang dagangan yang di gambarkan
Barry Berman (2001:433) adalah :
Gambar 2.1
The merchandise buying and handling process
1. Establising a formal or
2. Outlining merchandising informal buying plans
4. Deteminiming
3. Gathering information menchandise source about costumer demand
5. Evaluating menchandise
6. Negotiating the purchase
8. Handling the purchase
7. Concluding the purchase
9. Recording menchandise
10. Re-evaluating on a reguler basis

1. Menetapkan Organisasi Pembelian

Pedagang eceran dapat menentukan dan memilih organisasi pembelian yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan pedagang eceran. Bentuk dari organisasi pembelian dapat berupa:

 Organisasi pembelian formal, bentuk organisasi ini ada apabila pembelian barang dipandang sebagi tugas retail yang jelas dan dibentuknya departemen yang terpisah dengan departemen lain, sehingga hampir semua fungsi mencari dan menyadiakan dagangan berada dalam tanggung jawab departemen ini.

 Organisasi pembelian informal, pada organisasi ini pembelian tidak dipandang sebagai tugas retail yang jelas, sehingga tidak dibentuk departemen yang khusus menangani masalah pembelian ini. Personil yang sama menangani penyediaan barang dan funsi retail yang jelas lainnya, sehingga tanggung jawab dan keputusan tidak terlalu jelas. Organisasi informal umumnya diterapkan pada pedagang eceran kecil.

Pada pedagang eceran berskala besar organisasi pembelian tersebut dapat dijalankan secara sentralisasi atau desentralisasi. Pada organisasi pembelian yang tersentralisasi semua keputusan pembelian di putuskan oleh satu kantor. Dimana jika pedagang eceran mempunyai

B A B II



contoh program kreativitas mahasiswa penelitian (PKM-P) fakultas ekonomi

Judul : Analisis dampak Rencana Redenominasi Rupiah Oleh BI Terhadap Pelaku Usaha Di Surabaya

1. Bidang Keilmuan : PKM-P
2. Bidang Ilmu : Sosial / Ekonomi
3. Ketua Pelaksanaan Kegiatan

   a. Nama Lengkap : Ringga Arie Suryadi
   b. NIM : 08021103
   c. Jurusan : Ekonomi
   d.Universitas : Bhayangkara Surabaya
   e. Alamat Rumah dan No.Telp :Tambak Asri  Surabaya /...
   f. Alamat Email : ringga.arie@yahoo.co.id

4. Anggota Pelaksanaan kegiatan : 5 Orang
5. Dosen Pembimbing
     a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra.Ec.Hj.Cholifah,MM
     b. NPP : XXX
     c. No Telp : 
6. Biaya Kegiatan Total
    a. Dikti : 6.185.000
7. Jangka Waktu Pelaksaan : 5 Bulan

Menyetujui
Ketua Jurusan Ekonomi 


Dra.Ec Muslichah Erma ,MM
NIDN XXX

Ketua Pelaksana Kegiatan


Ringga Arie Suryadi
NIM.08021103


Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan 


Drs.Budi Rianto ,MS.i
NIP : XXX

Dosen Pembimbing


Dra.Ec.Hj.Cholifah ,MM
NPP : XXX


A. JUDUL PENELITIAN
Analisis Dampak Rencana Redenominasi Rupiah Oleh BI terhadap Pelaku Usaha di Surabaya

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Wacana Bank Indonesia (BI) melakukan redenominasi (penyerderhanaan mata uang) diprediksi bakal meresahkan pelaku usaha ."Program kerja Darmin Nasution (Gubernur Bank Indonesia-red) itu sangat meresahkan. Apalagi tingkat.intelegensi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) masih terbatas," kata Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Rina Fahmi Idris dalam Rakyat Merdeka.com ( 5/08/10 )

Direktur Pasca Sarjana UBH Padang, Syafrizal Chan yang dimuat pada Antara.com ( 3/08/10 ) menyatakan telah muncul kekhawatiran pasar dan muncul terjemahan beragam pelaku bisnis. Secara nyata memang belum terlihat respons negatif pasar, tapi gejala terganggu psikologi pasar mulai tampak. Niat baik menyederhanakan nilai uang itu juga bisa jadi boomerang.

Selain itu Antara.com juga memantau pedagang emas di pasar Kota Padang pada 3 Agustus 2010, juga mengaku kebingungan dalam merespon soal rencana redenominasi itu, terkait banyak pelaku usaha dan pegawai bank sampai ada yang memesan emas batangan.Fakta itu, katanya, suatu bentuk respons masyarakat dan terganggunya psikologi pasar sehingga berupaya mengamankan asset mereka, karena khawatir menilai kalau dalam bentuk uang akan terjadi penurunan harga uangnya ( sanering ).Oleh karena itu, tambahnya, wajar pelaku bisnis bertanya karena untuk menyelamatkan assetnya, sehingga ingin dijadikan dalam bentuk barang (emas maupun dibelikan ke dolar), supaya nilai tidak akan jauh mengalami pengurangan. Sebab, orang yang mengerti dengan pergerakan mata uang, tentu akan menyelamatkan assetnya yang selama ini dalam bentuk uang,dijadikan dalam bentuk barang atau emas.Hal ini yang bisa memunculkan masalah bagi para pelaku usaha dalam bertransaksi khususnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap rupiah.

Lihat saja apa yang dialami Zimbabwe, yang menggelar program redenominasi namun justru memicu inflasi ribuan persen. Otoritas moneter Zimbabwe tak melakukan pemotongan atas fisik uangnya, tapi dengan mengeluarkan pecahan dalam nilai baru yang sudah disesuaikan dengan nilai redenominasi. Namun, kenyataannya perdagangan barang dan jasa serta nilai tukarnya tak patuh dengan nilai redenominasi itu.Apa yang dialami Zimbabwe bisa menjadi pelajaran berharga.

Apalagi salah satu syarat penting dari kebijakan ini, seperti diungkapkan, ekonom David Sumual, inflasi harus dijaga pada level rendah. Jika inflasi tinggi seperti Juli di level 1,57% dan tahunan 6,2% akan sangat riskan melakukan kebijakan itu. Sebab, orang akan menganggap harga barang murah dibandingkan inflasi yang terjadi saat redenominasi. Padahal, dari sisi nilai tukar sebenarnya sama. Syarat lainnya, nilai tukar rupiah juga harus stabil paling tidak di kisaran 2%. Sementara fluktuasi rupiah selama ini masih cukup lebar dari level 10.000-8.900 per dolar AS atau di atas 10%. Fluktuasi seperti ini jelas akan menganggu inflasi.

“Redenominasi memiliki efek negatif yaitu illution effect atau money illution. Nilai tukarnya menjadi tampak kecil, padahal tidak. Hal itu akan memicu inflasi (inflatoir effect),” tandas ekonom David Sumuel dikutip pada Inilah.com ( 5 agustus 2010 ).

Berita Tempo Interaktif ( 3/08/10 ) menuliskan bahwa pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani, "Ini wacana yang bagus, namun saat ini belum urgent. Redenominasi pasti akan membutuhkan biaya besar karena Bank Indonesia harus mencetak uang baru lagi,". Dengan adanya redenominasi ini juga pasti akan membawa dampak negatif bagi para pengusaha / pebisnis besar jika dibarengi dengan kenaikan pajak untuk membiayai program pemerintah yang satu ini.

Oleh karena banyak dampak yang menyertai program ini , maka perlu kajian study yang lebih mendalam karena seluruh aspek masyarakat akan langsung tidak langsung merasakan pengaruh redenominasi khususnya pelaku usaha.


C. PERUMUSAN MASALAH
1.Faktor – faktor apa sajakah yang menyebabkan redenominasi rupiah ?
2.Bagaimana Analisis dampak rencana redenominasi rupiah Oleh BI terhadap
Pelaku usaha di Indonesia?

D. TUJUAN PROGRAM
1.Ingin mengkaji Analisis dampak issu redenominasi rupiah Oleh BI terhadap pelaku usaha di Indonesia
2.Ingin mengetahui opini pelaku usaha di Surabaya terhadap issu redenominasi rupiah.
3.Ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang melatar belakangi opini tersebut.


E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1. Secara Teori
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai ilmu ekonomi.
2. Secara Praktis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah agar dapat memberikan solusi yang tepat bagi pelaksanaan program redenominasi yang akan dilakukan.
3. Secara Garis Besar
Memahami perkembangan perekonomian yang dilakukan pemerintah dan memberikan masukan kepada pemerintah akan pengaruh redenominasi terhadap perkembangan pelaku usaha.


F. KEGUNAAN PROGRAM
1.Menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai program ekonomi dari pemerintah.
2. Hasil riset dipakai oleh para pengambil keputusan ekonomi / pemerintah.
3. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai acuan untuk kesuksesan rencana redenominasi rupiah.
4. Memberikan informasi ilmiah mengenai opini masyarakat tentang pengaruh redenominasi rupiah 
    bagi kelangsungan usahanya.
5.Untuk menyukseskan program pemerintah Indonesia dengan memberikan solusi terbaik mengatasi 
   masalah yang timbul akibat redenominasi rupiah.

G. KAJIAN PUSTAKA

G.I Redenominasi Rupiah
Redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat mempengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jika alasan redenominasi adalah inflasi, rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan sepuluh, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghilangan nol"( Sumber : Wikipedia.com )

Redenominasi mata uang rupiah terkait dengan upaya untuk meningkatkan efektivitas peran BI sebagai otoritas moneter dalam mengendalikan inflasi. Pengalaman negara lainnya, seperti Nigeria yang melakukan redenominasi Naira (mata uang Nigeria) dengan menghilangkan enam nol ternyata sangat efektif dalam mempengaruhi ekspektasi inflasi. Hal ini dapat diamati pada perbedaan inflasi yang besar antara sebelum dan setelah dilakukan redenominasi.

Redenominasi juga diperlukan untuk mengantisipasi kesepakatan integrasi ASEAN secara penuh menuju pembentukan mata uang tunggal ASEAN pada 2015. Meskipun penyatuan mata uang masih membutuhkan upaya keras untuk menyamakan beberapa indikator ekonomi utama antarnegara di ASEAN dan juga membutuhkan kesepakatan politik antarpemerintah (masyarakat) negara-negara ASEAN, namun hal ini tetap harus diantisipasi sehingga nilai konversi rupiah tidak terlalu besar. Hal yang sama juga pernah ditempuh oleh negara-negara Eropa seperti Slovenia, Belgia, Jerman, Irlandia, Austria, dan Hungaria yang meredenominasi mata uangnya sebelum bergabung ke EURO.

Menurut Syarkawi Rauf (Regional Chief Economist BNI) , redenominasi adalah kebijakan yang penting Kebijakan redenominasi merupakan hal yang lumrah dilakukan dan bahkan beberapa negara telah melakukannya beberapa kali dalam rentang waktu 50 tahun terakhir. Sebagai contoh, sejak tahun 1960 hingga sekarang, terdapat 61 negara yang melakukan redenominasi dan paling terakhir dilakukan Turki tahun 2005, Slovenia (2006), dan Nigeria (2008).

Pengalaman internasional menunjukkan bahwa terdapat beberapa negara yang telah beberapa kali melakukan redenominasi, yaitu Bolivia yang telah dua kali melakukan redenominasi (1963 dan 1987), Peru bahkan melakukan redenominasi dalam rentang waktu yang sanga singkat pada tahun 1985 dan 1991. Sementara negara lainnya seperti Argentina telah empat kali melakukan redenominasi, Serbia lima kali,Brazil sebanyak 6 kali .

Redenominasi menurut Bank Indonesia memerlukan waktu selama 10 tahun. Dimulai tahap sosialisasi pada tahun 2011-2012 kemudian pada tahun 2013, dilakukan Redenominasi sebagai masa transisi hingga tahun 2015. pada masa transisi ini, akan dipakai dua penilaian yang disebut istilah rupiah lama dan rupiah baru. Jadi anda bisa membeli barang dengan harga Rp 100.000 bayarnya bisa pake uang rupiah lama yaitu pecahan Rp 100.000 atau menggunakan uang rupiah baru yaitu Rp 100 (Redenominasi rupiah).



G.II Perbedaan Redenominasi dengan Sanering

Bank Indonesia menjelaskan perbedaannya secara rinci untuk mencegah salah pengertian antara redenominasi dengan sanering menjadi sebagai berikut:

1.Pengertian
Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang apapun sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui cara pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun.

2. Dampak bagi masyarakat
Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama. Pada sanering, menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis.

3.Tujuan
Redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam transaksi. Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional.Sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga.Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).

4. Nilai uang terhadap barang
   Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan. Pada sanering, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.

5. Kondisi saat dilakukan
  Redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil. Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali. Sanering dilakukan pada saat kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat tinggi (hiperinflasi).

6.Masa transisi
  Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampaimasyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba.

7. Contoh untuk harga 1 liter bensin seharga Rp 4.500 per liter.
   Pada redenominasi, bila terjadi redenominasi tiga digit (tiga angka nol), maka dengan uang s ebanyak Rp 4,5 tetap dapat membeli 1 liter bensin. Karena harga 1 liter bensin juga dinyatakan dalam satuan pecahan yang sama (baru). Pada sanering, bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 4,5 hanya dapat membeli 1/1000 atau 0,001 liter bensin.


G.III Pelaku Usaha

Menurut pengertian Pasal 1 angka 3 UU Perlindungan Konsumen,
“pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”

Ketentuan di atas dapat kita jabarkan ke dalam beberapa syarat, yakni:
Bentuk atau wujud dari pelaku usaha:

Orang perorangan, yakni setiap individu yang melakukan kegiatan usahanya secara seorang diri.
Badan usaha, yakni kumpulan individu yang secara bersama-sama melakukan kegiatan usaha. Badan usaha selanjutnya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni:
1. Badan hukum. Menurut hukum, badan usaha yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori badan hukum adalah yayasan, perseroan terbatas dan koperasi.

2. Bukan badan hukum. Jenis badan usaha selain ketiga bentuk badan usaha diatas dapat dikategorikan sebagai badan usahan bukan badan hukum, seperti firma, atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha secara insidentil. Misalnya, pada saat mobil Anda mogok karena terjebak banjir, ada tiga orang pemuda yang menawarkan untuk mendorong mobil Anda dengan syarat mereka diberi imbalan Rp. 50.000,-. Tiga orang ini dapat dikategorikan sebagai badan usaha bukan badan hukum.

Badan usaha tersebut harus memenuhi salah satu kriteria ini:
a. Didirikan dan berkedudukan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia.
b. Melakukan kegiatan di wilayah hukum Negara Republik Indonesia

H. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Surabaya , mengingat kota metropolis ini mempunyai jumlah penduduk terbesar kedua setelah Jakarta. Di samping itu masyarakat kota Surabaya merupakan didominasi oleh para pengusaha dan pebisnis.

2. Unit Analisa
Yang menjadi analisa data penelitian ini adalah masyarakat kota Surabaya yang memiliki berbagai bidang usaha. Karena kegiatan perputaran uang didominasi oleh para pengusaha ini.

3. Teknik Sampling
Untuk melakukan penyebaran angket dilakukan dengan incidental sampling sesuai wilayah penelitian sebagai mana teknik ini disebut sebagai incitendal sampling bukan serampangan dengan alasan – alasan khusus. ( Kartono ,1990:137)

4. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan datanya mengunakan :
a.Observasi
  Untuk memperoleh data opini masyarakat yang ada pada masing – masing jenis bidang usaha yang terpilih
b.Survey
   Metode ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan terstuktur.
c.Wawancara Mendalam
   Metode ini digunakan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dalam survey dan mengetahui lebih dalam opini pelaku usaha di surabaya terhadap redenominasi rupiah.

5. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.Angket adalah satu set pertanyaan yang berkaitan dengan satu topic yang harus dijawab oleh subyek ( Kartono,1990 : 127 ) dengan angket diharapkan dapat memperoleh data yang sesuai dengan karateristik.

6. Populasi danSampel Penelitian
Populasi dalam hal ini tidak diketahui secara pasti akan tetapi untuk penelitian ditentukan sebesar 200 responden.

7. Langkah – langkah Penelitian

Persiapan Diskusi :
1. Perijinan
2. Pembuatan kuesioner
3. Pemantapan Tim

Pengumpulan Data :
1. Persiapan Lapangan
2. Penyebaran Kuesioner


Pengolahan Data :
Editing , Cross chek data, Entry data ,
Menganalisa Data dan  Diskusi

Menyusun Laporan :
1. Menyusun Draf Laporan
2. Diskusi
3. Laporan Akhir
4. Publikasi

Sumber : Pengolahan penulis



DAFTAR PUSTAKA

Ari,Eko,2010, Boediono :Redenominasi masih kajian, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Devi,Ivana,2010, Ekonom Pesimistis Redenominasi Berjalan mulus, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Devi,Ivana,2010, Indef :Redenominasi Belum Urgent, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)
      
http ://Antaranews.com/Pengamat ; Pernyataan redenominasi Undang negative Pasar, diakses tanggal 10 Oktober 2010

http ://id.Wikipedia.com/Redenominasi,diakses tanggal 10 Oktober 2010

http ://Iwansulistyo.com/Pentingnya-redenominasi.htm,diakses tanggal 10 Oktober 2010

http ://Rakyatmerdekanews.com/ Redenominasi bikin resah pelaku usaha,diakses tanggal 10 Oktober 2010
     
Kartono .1990.Pengantar Statistik.Jakarta: Sinar Grafika

Maria,2010,Pengertian redenominasi dan dampak positif negatifnya, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Mubarok,Dinul,2010, BI :Redenominasi Bukan Pemotongan uang, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Mubarok,Dinul,2010, Redenominasi tak memicu kenaikan Inflasi, (http ://www.tempointeraktif.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Rauf,Syarkawi.,2010,Mengapa Redenominasi itu Penting ?, (http : //metronews.fajar.co.id,diakses tanggal 10 Oktober 2010)

Ridhotulloh,Didien,2010,Redenominasi , Mudharat atau manfaat ?, (http : //www.inilah.com,diakses tanggal 10 oktober 2010)

Setiawan,Dhoni,2010, BI :Redenominasi Perlu Waktu Panjang, (http ://www.kompas.com, diakses tanggal 10 Oktober 2010)




CURICULUM VITAE

Dosen pembimbing
1. Data Diri

Nama lengkap : Dra.ec.cholifah MM
NPP : XXX
Tempat/tanggal lahir : 18 april 1957
No Telp : 
Alamat :
Jenis kelamin : Perempuan
Bidang keahlian : Ekonomi

2. PENDIDIKAN

Pendidikan Kota/negara Tahun lulus Bidang studi
1 UPN VETERAN (S1) SURABAYA/INDONESIA 1983 Manajemen
2 UBHARA (S2) SURABAYA/INDONESIA 2003 Magister Manajemen

3. PENGALAMAN RISET:

1. Judul pola perilaku konsumtif dikalangan pembantu rumah tangga wanita perumahan perkotaan dilihat dari penghargaan status bersifat kebendaan (tahun 2000).
2. Judul peranan penyediaan bahan baku tembakau untuk kebutuhan eksport pada PTP XXVII jember (tahun 2001).
3. Judul faktor-faktor yang mepengaruhi keputusan mahasiswa memilih program studi manajemen pada fakultas ekonomi universitas bhayangkara surabaya (tahun 2001).
4. Judul analisis kinerja keuangan koperasi pegawai republik indonesia (KPRI) sebelum dan sesudah krisis ekonomi di kabupaten jember (tahun 2004).
5. Analisa factor-faktor yang mempengaruhi pembelian mobil Toyota kijang di kota Surabaya (tahun 2004).
6. Judul keputusan voluntary disclosure pada perusahaan go public (studi perbandingan tentang pembuatan voluntary disclosure pada perusahaan rokok PT. HM. Sampoerna Tk, gudang garam tbk. Dan PT. BAT Indonesia dalam mendapatkan public trust). (tahun 2005).

4. Pengalaman Pelatihan/Lokakarya :
1. Penataran komputerisasi data penelitian di Surabaya, ubhara tahun 1994.
2. Penataran dasar-dasar statistic untuk pengolahan datapenelitin di Surabaya. Kop.wil. VII. Tahun 1994.
3. Lokakarya penelitian kualitatif di malang.unisma. tahun 1995.
4. Penataran metodologi penelitian kualitatif di Surabaya. Ikip negeri. Tahun 1996.
5. Seminar krisis moneter BLBI terhadap likuiditas perbankan disurabaya. Ubhara. Tahun 2003.
6. Pekan Ilmiah dengan tema revitalisasi manajemen pelayanan public di daerah Surabaya, Ubhara tahun 2003.
7. Seminar ekonomi sya’riah menjawab pertanyaan pemulihan Indonesia di Surabaya, Ubhara tahun 2004.
8. Seminar akuntansi sektor public di Surabaya, Ubhara tahun 2004.
9. Pelatihan pengabdian pada masyarakat bagi dosen di Surabaya, Ubaya tahun 2006.
10. Pelaksanaan orientasi penyusunan satuan acara perkuliahan (SAP) di Surabayam Ubhara tahun 2006
11. Seminar manajemen perguruan tinggi berbasis kualitas di malang, Unibraw tahun 2006.
12. Seminar ISO 9001:2000 Design & Devel Opment Training di Surabaya, Ubhara tahun 2006.
13. Workshop bidang hokum dengan materi : Perburuhan Dan Ketenagakerjaan di Surabaya, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah VII Jatim tahun 2006.
14. Seminar anak bangsa dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Surabaya, Ubhara tahun 2006.
15. Seminar penerapan system mutu pada perguruan tinggi di Surabaya, Ubhara tahun 2006.
16. Pelatihan penyusunan Silabi dan SAP bagi Dosen PTS Kopertis Wil. VII di Batu, Hotel Agrowisata tahun 2006.
17. Penataran dan lokakarya metodologi program pengabdian kepada masyarakat di Denpasar, Udayana tahun 2006.


5. Pengalaman bidang Pengabdian Pada Masyarakat :
1. Memberikan ceramah dan diskusi “ Wanita Karir Dalam Perspektuf Islam “ tahun 2000.
2. Pendampingan dalam pelaksanaan “ Pemanfaatan Pekarangan Sebagai Sumber Karang Gizi Di Desa Kepuh Kiriman Warum Sidoarjo tahun 1999.
3. Ceramah Penggunaan Air Susu Ibu di Kel. Kutisari Surabaya tahun 1999.
4. Pembinaan dan Konsultasi tentang “ Upaya Pemgembangan Industri Keciul, CV Sinar Baru Jaya, Surabaya tahun 2002.
5. Sebagai anggota tim pengarah dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata Ubhara sejak tahun 2002 sampai sekarang.
6. Konsultasi dalam pengembangan manajemen Industri Sandal dan Sepatu di Kecamatan Waru tahun 2004

Surabaya, 20 Oktober 2010
Ketua pelaksana,



Dra. Ec Cholifah, MM








CURRICULUM VITAE
KETUA

Nama ; Ringga Arie Suryadi
Tempat / Tgl. Lahir : Surabaya, 10 Juni 1989
Alamat : 
Telepon :
Pendidikan

SD / MI Al-Hidayah Surabaya 2001
SLTP N 2 Surabaya 2004
SMA N 4 Surabaya 2007

Kegiatan Ilmiah

1.Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa Ubhara Cuban Rondo, 2008
2.Seminar National Marketing and career ITS , 2009
3.Seminar Potensi Diri UNESA , 2009
4.Seminar Marketing Challenge Ubhara , 2009
5.Sarasehan ACFTA ditengah Kekhawatiran Bangsa Ubhara , 2010

Pengalaman Organisasi

1.Ketua Bola Volley SMA N 4 Sby ,2006
2.Anggota Sie Kerohanian Islam SMA N 4 Sby , 2006
3.Anggota Futsal SMA N 4 Sby , 2006

Pengalaman Kerja

1. PT MIRAITECH CIPTA MACHINERY ,Operator Produksi ,2008
2. PT TEMPO INTI MEDIA Tbk, Staf Pemasaran Biro Surabaya, 2009
3. LBB Bina Cita , Tentor , 2009 - Sekarang


Surabaya , 18 Oktober 2010



Ringga Arie Suryadi




CURRICULUM VITAE
ANGGOTA

Nama :  Ana Aflahul Jaumiah
Tempat / Tgl. Lahir : Surabaya, 2 Mei 1989
Alamat :
Telepon :
Pendidikan

SDI Salafiyah Sby 2001
SMP Wachid Hasyim Sby 2004
SMAI Kartika 3 Sby 2007

Kegiatan Ilmiah

1. Worshop dan presentasi bahaya Narkoba (Granat) ,2006
2. Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa Ubhara Cuban Rondo, 2008
3. Seminar National Marketing and career ITS , 2009
4. Seminar Marketing Challenge Ubhara , 2009

Pengalaman Organisasi

1. Wakil ketua Osis SMP Wacjid Hasyim ,2003
2. Wakil ketua Osis SMA Kartika III ,2006
3. Anggota Gerakan Anti narkoba (Granat) , 2006

Pengalaman Kerja

1. Jawapos , SPG Surabaya Shoping Festival ,2008
2. Bank Mandiri Surabaya, SE Funding ,2008
3. DPW PKB Jatim , Staf Humas & Resepsionis , 2010 - Sekarang



Surabaya , 18 Oktober 2010


Ana Aflahul



Mau Presentasi Sehebat Trainer ?

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?
Info detail hubungi WA 085852316552
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.