Minggu, 27 Mei 2012
Empat Perguruan Tinggi Akan Memproduksi Massal Mobil Listrik
28 Mei 2012 - 10:01:00 WIB
Rubric : EkonomiBisnis
Empat universitas yakni Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia,
Institut Teknologi Sepuluh November dan Institut Teknologi Bandung akan
memproduks mobil listrik menjadi mobil nasional.
Mobil ini diharapkan bisa menjadi solusi krisis energi yang dihadapi
Indonesia saat ini dan juga sebagai mobil yang ramah lingkungan. Menteri
Negara Riset dan Teknologi selalu mengimbau agar produk yang dibuat
anak bangsa harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini seperti
ditegaskannya dalam siaran persnya Sabtu 26 Mei 2012.
Menurut dia mobil listrik ini sangat dibutuhkan karena: Pertama, bisa
menjadi solusi terhadap krisis energi. Kedua, ramah lingkungan, dan
ketiga, efisien. Gusti juga berharap dengan adanya dukungan dari
Presiden mobil ini cepat terealisasi.
Menurut Gusti produksi massal mobil bertenaga listrik tersebut akan
disusun bersama pakar mobil listrik dari empat perguruan tinggi. “Agar
mobil itu siap digunakan, kami juga akan mengadakan penelitian yang
komprehensif, termasuk bagaimana memproduksi baterai dan insfrastruktur
pengisian listrik yang mesti tersedia dengan baik. Infrastruktur stasiun
isi ulang baterai harus dibuat. Kalau tidak, bagaimana mobil bisa jalan
jauh," kata Menristek.
Mobil listrik yang efektif dan efisien ini diharapkan menggantikan mobil
yang berbahan bakar fosil (BBM) yang semakin hari semakin berkurang.
Sucipto (sucipto@wartaekonomi.com)
Foto: inoke.com
Sabtu, 26 Mei 2012
Sejarah Islam Minoritas Di Thailand
Source: Abdurrahman
Universitas Islam
Negri Sunan Kali Jaga Yogyakarta
http://www.scribd.com/doc/74892700/Sejarah-Islam-Minoritas-Di-Thailand-Jadi
BAB I PENDAHULUAN
Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 Masehi melalui para
pedagang dari Jazirah Arab. Penduduk
setempat dapat menerima ajaran Islam dengan
baik tanpa paksaan. Kawasan
Thailand yang banyak dihuni umat muslim adalah wilayah bagian
selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kantong-kantong
muslim di
daerah Thailand Selatan ini diantaranya adalah
propinsi Pattani, Yala, Satun, Narathiwat dan Songkhla. Di propinsi-propinsi tersebut, rata-rata dihuni oleh sekitar 70
– 80 persen muslim.
Selain itu, umat muslim juga tersebar di beberapa wilayah lain, seperti di propinsi Pattalung, Krabi, dan Nakorn Srithammarat.
Pattani adalah salah satu wilayah
Thailand yang pernah mengukir sejarah
gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, negeri ini menjadi sebuah negara Islam terbesar di Asia Tenggara
dengan nama Kerajaan Islam Pattani Darussalam. Orang
Arab
menyebutnya Al Fathoni. Pattani jatuh ke tangan Thailand pada tahun 1785
setelah kerajaan Thailand mengirimkan
intelijen untuk mencari rahasia kelemahan
Pattani. Makar
Thailand sangat
licik
sehingga
akhirnya
berhasil
meruntuhkan kekuasaan Pattani. Sultan Muhammad, raja Pattani gugur sebagai syahid di medan pertempuran.
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Islam Minoritas Di Thiland
Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang
mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab. Dan ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Dahulu, ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh Thailand, banyak orang-orang Islam yang ditawan, kemudian di bawa ke Thailand. Para tawanan itu
akan dibebaskan apabila
telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang menetap di Thailand
dan menyebarkan agama Islam.
Wilayah Thailand yang dihuni oleh orang-orang
Islam adalah wilayah bagian selatan yang berbatasan langsung dengan
Malaysia. Muslim di Thailand merupakan golongan minoritas, karena mayoritas penduduknya beragama Budha. Daerah-daerah muslim di Thailand bagian selatan adalah Pattani,
Yala, Satun, Narathiwat, dan Songkhla.
Kaum muslimin di Thailand yang terkenal dengan nama Patani memiliki perasaan kuat
tentang jati dirinya, karena daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi
salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.Pemerintah Thailand berusaha memasukkan daerah-daerah paling selatan itu ke negeri
Thai. Hal ini dilakukan
pada masa Raja Chulalongkom
pada tahun 1902. Patani dijuluki tempat kelahiran Islam di Asia Tenggara.
Bahkan, seorang Patani,
Daud
ibn Abdillah ibn Idris al-Fatani diakui sebagai seorang ulama terkemuka mengenai ilmu-ilmu Islam di Asia Tenggara.
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang terbesar adalah Patani. Pada abad ke empat belas masuklah Islam ke kawasan itu, raja Patani
pertama yang memeluk Islam ialah Ismailsyah. Pada 1603 kerajaan
Ayuthia di Siam
menyerang kerajaan Patani namun serangan
itu dapat digagalkan.
Pada 1783 Siam pada masa raja Rama I Phra Culalok menyerang Patani dibantu oleh oknum-oknum orang Patani sendiri, sultan Mahmud pun gugurlah, meriam Sri Patani dan harta kerajaan dirampas Siam dan dibawa ke Bangkok.
Maka Tengku Lamidin diangkat
sebagai wakil raja atas perintah Siam tetapi
kemudian ia pun berontak lalu dibunuh dan digantikan Dato Bangkalan
tetapi ia pun
memberotak
pula. Pada masa raja Phra Chulalongkorn
tahun 1878.M Siam mulai mensiamisasi Patani sehingga Tengku Din berontak dan kerajaan Patani pun
dipecahlah dan
unit kerajaan itu disebut Bariwen. Sebelum peristiwa itu terjadi sesungguhnya
pada 1873 M Tengku Abdulqadir Qamaruzzaman telah menolak akan penghapusan kerajaan Patani itu. Kerajaan Patani dipecah dalam daerah-daerah kecil Patani, Marathiwat, Saiburi, Setul dan Jala.
Jika
kita melihat peta Thailand, kita akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di sebelah Negara-negara
melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya
dalam sejarah, Islam bukan masuk
Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada
abad ke-9.
Menurut pemakalah, Islam berada di daerah yang sekarang
menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa kita
lihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand. Dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam
mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu
sebelum Kerajaan Thai.
Dan lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab,
masa khilafah Umar Bin
Khatab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab.
Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa
kawasan Asia Tenggara sejak lama,
di
Malakka, Aceh
(Nusantara), serta Malayan Peninsula
termasuk
daerah
melayu yang
berada di daerah Siam (Thailand).
Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar
80
persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau
80 persen dari total penduduk,
khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi
yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Tradisi Muslim di wilayah ini mengakar 100 Minoritas Muslim , Konflik Dan Rekonsiliasi Di Thailand Selatan
sejak kerajaan Sri Vijaya yang menguasai wilayah Asia Tenggara,
termasuk Thailand
Selatan.
Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun
dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional,
Thailand,
2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan (YCCI,
2006: 34), sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha.
Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata
70 persen berada di tiga provinsi: Pattani,
Yala dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus
Penduduk, Thailand,
2000).
B. Agama-Agama
di Thailand
Seperti yang kita ketahui, Budha
adalah agama terbesar di Thailand, karena
resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Bhuda telah mewarnai hampir seluruh sisi
kehidupan di Thailand, dalam pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum
pendidikan, hukum, dan lain sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand
juga terdapat agama-agama
lain. Di antaranya yang pemakalah ketahui adalah Islam, Kristen, Confucius, Hindu, dan Sikh.
1. Islam,
sedikitnya
sudah dibahas di atas. Tapi akan pemakalah tambahkan mengenai sikap masyarakat non-muslim (pemerintah)
terhadap agama Islam. Dalam sebuah
website Thailand untuk promosi wisata, keberagaman
agama diangkat menjadi
komoditi untuk “dijual” kepada masyarakat
dunia.[7] Nampaknya isu pluralisme juga berkembang di
Thailand. Hal ini bisa kita lihat dari cara pandang beberapa kalangan tentang keberagaman agama di Thailand.
Pemerintah, dalam hal ini kerajaan, memberi kesempatan bagi
warga muslim untuk beribadah dan menganut
kepercayaan masing-masing. Bahkan, Raja Thailand juga
menghadiri perayaan acara dan hari-hari
penting dalam Islam. Kabar baiknya, pemerintah membantu penerjemahan
Al
Quran ke dalam bahasa Thai, juga
membolehkan warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih
tercatat terdapat 2000 masjid
(100
masjid berada di Bangkok) dan 200 sekolah
muslim di Thailand.
Umat islam di Thailand bebas mengadakan pendidikan dan
acara-acara keagamaan.
2. Kristen,
agama ini dikenalkan pertama kali ke Thailand oleh misionaris dari Eropa
pada abad ke-16 dan ke-17. Kristen Katolik pertama datang ke Thailand disusul oleh Kristen Protestan, bahkan beberapa
sekte juga berkembang di sana, seperti Advent.
Umat Kristen Thailand pada umumnya adalah imigran dari Cina. Sedangkan warga pribumi “siam” hanya sedikit yang berpindah agama dari Budha ke Kristen. Justru
yang terjadi adalah
seorang siam beragama Kristen tapi
tetap menyembah Sang
Budha.
3. Kongfusius,
Agak sama dengan Kristen.
Agama ini dianut oleh imigran
dari Cina. Karena agama ini bersifat ajaran-ajaran filsafat
hidup
dan etika
Cina kuno.
Maka,
pemeluknya pun kadang beragama Kristen, berajaran kongfusius, dan yang keturunan
pribumi tetap menyembah Sang Budha.
4. Hindu,
Hampir 20.000 orang India menetap di Thailand. Jumlah mereka terbagi menjadi dua, Hindu dan Sikh. Umat Hindu berpusat di Bangkok.
Mereka beribadah
di pure-pure. Mereka
juga menjalankan
pendidikan
sendiri, akan tetapi sistem
pendidikannya didasarkan pada sistem pendidikan nasional Thailand.
5. Sikh,
Agama Sikh juga berpusat di Bangkok. Terbagi menjadi dua kelompok dan
beribadah di pure yang berbeda
juga. Secara bersama, mereka mendirikan sekolah-
sekolah gratis untuk anak-anak miskin.
Secara garis besar, Kerajaan menjamin sepenuhnya keberagaman agama di
Negri Gajah Putih ini. Dengan catatan dalam satu kesatuan nasionalisme “Siam”. Jadi,
yang keluar dari nasionalisme atau dianggap keluar maka akan berurusan dengan kerajaan. Seperti yang terjadi
pada warga muslim, ada yang diserang militer,
bahkan dibunuh.
C. Hubungan Islam dengan Pemerintah
Dalam majalah Hidayatullah
edisi Juli 2009, terdapat
sebuah laporan yang bertajuk “Thailand Rayu Warga Muslim
Agar
Tidak Pisahkan Diri”. Laporan itu menyebutkan bahwa Thailand berencana akan menambah hak otonomi dan
mempertimbangkan
untuk memperluas penerapan hukum syariah di propinsi-propinsi
Muslim yang berbatasan dengan Malaysia, demikian dikatakan oleh Abhisit.
Dari pernyataan Abishit, kita bisa memahami bahwa Pemerintah sedang
berusaha merangkul warga muslim yang berada di beberapa propinsi agar tidak bercerai dengan kerajaan Thailand. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan
Abishit
terhadap masyarakat
muslim Thailand. Dia menyatakan bahwa pemerintahnya
“membuktikan”
kepada rakyat di wilayah itu bahwa “tidak akan ada lagi
ketidakadilan”.
Lanjutnya, “Kita harus melakukan
pendekatan ini dan harus bersabar. Kita tidak dapat mengubah persepsi yang sudah terbentuk atau kepercayaan yang hilang di masa tujuh atau delapan tahun ini hanya dalam waktu beberapa bulan saja.”
Ternyata Pemerintah memahami betul bahwa upaya pemerintah untuk menciptakan perdamaian dengan kekuatan militer tidak terlalu membuahkan hasil. Bahkan memperparah
keadaan dan melahirkan gerakan perlawanan yang lainnya.
Maka, untuk menciptakan perdamaian
di
Thailand selatan,
pemerintah membuat terobosan baru, yakni dengan jalur pendidikan.
Dalam majalah Gatra bertanggal 2
September 2007, terdapat sebuah laporan yang menyebutkan upaya pemerintah dalam mendamaikan konfilk yang terjadi di Thailand Selatan. Dalam laporan disebutkan
bahwa Perdana Menteri Surayud Chulanont, mengumumkan bahwa pemerintahnya akan memasukan pelajaran Agama Islam dalam sistem pendidikan di negara yang berpenduduk mayoritas
Budha itu. “Saya telah menugaskan Departemen Luar Negeri untuk berkoordinasi
dengan Pemerintah Malaysia serta mempelajari jenis silabus pendidikan apa yang perlu diperbaiki untuk pendidikan dasar di negara kita,” kata Chulanont, dalam pernyataan, seperti dikutip kantor berita Thailand.
Chulanont mengatakan pelajaran Agama Islam boleh diajarkan di sekolah- sekolah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi di provinsi-provinsi di
bagian selatan untuk jangka panjang. Ia mengatakan, pemerintahnya sedang
mempertimbangkan
untuk memperkerjakan para sarjana untuk mengajar Agama Islam di sekolah-sekolah negeri. Kurangnya
mata pelajaran Agama Islam di sekolah-sekolah
negeri di Thailand Selatan telah mendorong
warga muslim mendaftarkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah Islam swasta.
Chulanont kembali mengulangi
himbauannya
untuk menciptakan perdamaian
di provinsi-provinsi bergejolak itu. Perdana
menteri yang mendapat dukungan militer itu mengatakan pemerintahnya akan berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan
pengertian yang lebih baik antara warga muslim dan Budha untuk membantu mengurangi apa yang ia sebut sebagai
perpecahan.
Junta militer pimpinan kepala staf angkatan darat Sonthi Boonyaratglin yang beragama Islam
telah membawa harapan
perdamaian
bagi penduduk di wilayah selatan yang telah lama mengeluhkan kebijakan kaku perdana menteri terguling Thaksin Shinawatra. Chulanont telah mengambil sejumlah tindakan
untuk mendapatkan kepercayaan dari warga muslim Thailand, mulai dari ucapan
permintaan maaf atas
penyalahgunaan kekusaan dan ketidakpedulian selama bertahun-tahun.
D. Perkembangan Pendidikan Islam Di Thailand
Setelah mengalamai konflik yang berkepanjangan, akhirnya Islam di Thailand menemui titik kemajuan. Pastinya hal ini atas perjuangan panjang masyarakat muslim Thailand.
Yang akhirnya pemerintah memperbolehkan warga muslim Thailand untuk menyelenggarakan pendidikan Islam. Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh umat Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam. Tercatat 200 lembaga pendidikan
Islam dan 2000 masjid berdiri di Thailand. Bahkan beberapa
dari 200 lembaga
pendidikan itu menggunakan
sistem pesantren yang sama persis di Indonesia. Itu
artinya sistem pendidikan yang dipakai sama seperti di negri berpenduduk Islam lainya, seperti Indonesia dan Malaysia.
Sistem pendidikan Islam di Thailand ternyata tidak dilakukan di sekolah-
sekolah dan pesantren saja. Proses pendidikan
Islam di Thailand sudah mengalami perkembangan
dan kemajuan. Hal itu bisa kita lihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh beberapa
lembaga Islam. Seperti pengajian bapak-bapak dan ibi-ibu,
TPA/TKA dan kajian mingguan
mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang
diadakan mingguan.
Masyarakat dan Pelajar Muslim Indonesia
juga mengadakan silaturrahim
bulanan dalam forum pengajian Ngajikhun.
Acara ini dilaksanakan di berbagai wilayah di Thailand.
Tidak hanya itu saja. Program pengembangan
pendidikan Islam di Thailand
sudah mencapai level yang lebih dari sekedar nasional dan regional. Umat muslim
Thailand bekerjasama
dengan beberapa lembaga pendidikan Negara lain, baik yang nasional maupun internasional untuk mengadakan seminar internasional pendidikan
Islam. Mereka mengirimkan kader-kadernya
ke berbagai universitas dunia, seperti Al Azhar Mesir, Madinah. Dan juga beberapa universitas tanah air, seperti
UII, UIN, dan lainnya. Termasuk juga mengirimkan putra-putra
Thailand ke berbagai pesantren di Indonesia, termasuk Gontor.
Kesimpulan
BAB III PENUTUP
Perjalanan masyarakat muslim Thailand dalam berdakwah boleh kita acungi jempol. Hidup dalam Negara yang mayoritas non-muslim sejatinya bukan hal yang
mudah, penuh dengan
cobaan,
dicurigai,
diintimidasi,
diserang,
bahkan
dibunuh. Perjuangan yang mereka lakukan di bumi Thailand merupakan satu dari rentetan sejarah penyebaran Islam, dari zaman Rosulullah sampai akhir zaman nanti.
Setelah perjuangan bertahun-tahun, akhirnya muslim Thailand menemui momentum yang menggembirakan, mencapai titik kemajuan dalam berdakwah, meskipun baru bisa kita bilang berhasil bertahan, mempertahankan agama Islam.
Namun, kemajuan
yang didapat juga sangat luar biasa, yakni mendapat
kepercayaan dari kerajaan yang notabene adalah umat Bhuda, untuk menyelenggarakan pendidikan Islam, bahkan belakangan kurikulum pendidikan Islam akan
dimasukkan di sekolah-sekolah negri
(mungkin sekarang sudah). Kemajuan ini
tentunya bukan hal sepele dan mudah, tentunya bisa kita bayangkan
perjuangan umat Islam di sana, dalam menghadapai masyarakat Bhuda dan Pemerintahnya. Jika kita
bandingkan dengan Negri kita Indonesia yang mayoritas muslim. Pendidikan
Islam di lembaga pendidikan non-muslim
masih diperdebatkan,
padahal ada siswa-siswi muslim di lembaga pendidikan non-muslim, dan mereka
mengikuti materi pendidikan agama yang
tidak mereka anut.
Kemajuan dakwah Islam di Thailand lewat jalur pendidikan pastinya masih panjang, dan ini baru permulaan. Mereka pun tahu akan hal ini, maka mereka mengembangkannya, mengawalnya, dan menjaga perkembangan tersebut dari hal-hal
yang bisa menghancurkan, dari dalam maupun
luar, dari isu-isu pluralisme, terorisme,
radikalisme, dan lain sebagainya yang selalu memojokkan
Islam.
Usaha-usaha dalam mengembangkannya
antara lain meningkatkan kualitas
pendidikan Islam
di
Thailand dengan mengirim
kader-kader ke
berbagai
Negara
Islam, mengadakan seminar-seminar pendidikan Islam, mengadakan kerjasama dalam bidang pendidikan Islam, dan lain sebagainya,
Serta yang paling penting tetap
membina hubungan
yang baik dengan Kerajaan.
Langganan:
Postingan (Atom)
Link Menu
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.