JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM NOMOR 1 TAHUN I - 2006
PENELITIAN DAMPAK KEBERADAAN PASAR MODERN
(SUPERMARKET DAN HYPERMARKET) TERHADAP USAHA RITEL
KOPERASI/WASERDA DAN PASAR TRADISIONAL
Abstract
The purpose of this study is (1) to identify position of traditional market and modern
market from institutional aspect and existing regulation, (2) to know the impact of the
existance of modern market to retail business managed by cooperative, traditional
market and small and medium enterprise and (3) to draw up a concept on the
empowerment of retail business applied by cooperative, traditional market and small
and medium enterprise.
The main problem of this study is (1) the position of traditional market and modern
market seen from institusional aspect and the existing regulation, (2) the impact of the
existence of modern market to retail business managed by cooperative, traditional
market and small and medium enterprise seen in aspect of business volume, selling
price, worker numbers and factors affecting consumer behaviour in determining to
shopping and (3) the concept to empower retail business applied by cooperative,
traditional market and small and medium enterprises impact to business volume of
traditional market.
Between before and after the existence of modern is quite different, in which the business
volume of traditional market was higher before the existence of modern market, while
variable of selling price and worker number is just a slight difference.
The conclusion of this study is (1) the existence of modern market has shreatened
traditional market in which, it has developed by 31,4% (AC Nielson) and has developed
negatively by 8%, (2) business volume of traditional market has decreased due to the
existence of modern market. No significant difference in worker numbers and
commodities selling price and (3) the decision to shopping in modern market is strongly
affected by factors of : comfort, sanitation, availability of other facilities, and consumers
decision to shopping in traditional market is strongly affected by distance and shopping
habit.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan
wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk
bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah
penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel. Di Indonesia
JURNAL PENGKAJIAN KOPERASI DAN UKM NOMOR 1 TAHUN I - 2006
diterapkan sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan usaha ritel yang
dikelola oleh koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM;
1.3 Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
(1) Mengidentifikasi posisi pasar tradisional dan pasar modern (supermarket
dan hypermarket) dari aspek kelembagaan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
(2) Mengetahui dampak kehadiran pasar modern (supermarket dan
hypermarket) terhadap usaha ritel yang dikelola oleh koperasi/waserda,
pasar tradisional, dan PKM;
(3) Menyusun suatu konsep pemberdayaan usaha perdagangan ritel yang
dapat diterapkan koperasi/waserda, pasar tradisional, dan PKM.
b. Manfaat
Penelitian ini bermanfaat untuk :
(1) Mengetahui kondisi atau potret pasar modern, waserda koperasi dan
pasar tradisonal.
(2) Mengevaluasi dan mendistribusikan dampak keberadaan pasar modern.
(3) Menyusun konsep pengembangan waserda koperasi dalam mengelola
usaha ritel, dikaitkan dengan keberadaan pasar modern dan pasar
tradisional.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori
1. Pengertian Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Selanjutnya Sinaga (2006) mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar
yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan
perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan
yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah
ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store,
shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba
ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang
beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga
menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat
sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.
Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di
gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang
pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak). Pasar modern
juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang
3.1 Metode Kerja
Pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
pendekatan partisipatif. Semua tenaga ahli dilibatkan dalam setiap tahapan
kerja. Dengan pendekatan ini, pembahasan hasil analisis dapat dilakukan
secara lebih komprehensif.
3.2 Wilayah Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini mengambil sampel pada 10 wilayah
(propinsi) kajian, yaitu : (1) Sumatera Utara, (2) Sumatera Selatan, (3) Jambi,
(4) Jawa Barat, (5) DKI Jakarta, (6) Jawa Tengah, (7) Jawa Timur, (8) Bali, (9)
Sulawesi Selatan, dan (10) Sulawesi Utara.
Objek kajian terdiri dari : (1) Pasar tradisional, (2) Koperasi/waserda, (3) UKM
sektor ritel, (4) Pasar modern dan (5) Instansi terkait (sumber data pelengkap).
Tabel 1. Sebaran dan Objek Sampel
3.3 Metode Penggalian Data
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus untuk menjawab
beberapa pertanyaan sebagaimana dirumuskan dalam identifikasi masalah,
ditempuh dengan menggunakan beberapa metode analisis. Metode dan teknik
analisis data ádalah sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah I dan identifikasi masalah III dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif, ialah analisis yang dilakukan
dengan mengeksplorasi data secara deskriptif. Dalam metode ini,
eksplorasi data lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif.
2) Identifikasi masalah II dianalisis dengan menggunakan metode statistika
dengan bantuan software SPSS versi 11.5
a. Untuk menjawab sub masalah ke-1, teknik statistika yang digunakan
adalah univariate analysis, yaitu Mann Whitney U dan t-test. Untuk
menggunakan teknik ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data
dengan menggunakan metode one-sample Kolmogorov-Smirnov
b. Untuk menjawab sub identifikasi masalah ke-2 dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi logistik (logit regression). Alasan
pemilihan metode ini mengingat variabel independent (Y) memiliki
karakteristik biner, yaitu keputusan untuk memilih berbelanja di pasar
tradisional (YA) atau di pasar modern (YB).
Persamaan umum model Regresi Logistik adalah :
ρ = 1
1 + e - (Bo + BiXi + ....... + BnXn)
dimana
ρ= Probabilitas keputusan konsumen untuk membeli/berbelanja dipasar
modern atau pasar tradisional
e = logaritma natural
Bo = konstanta
Bi-Bn = koefisien regresi logistik
Xi-Xn = variabel-variabel penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dan Informasi yang Dibutuhkan
Konsep, program, dan praktek usaha ritel baik
pada koperasi/waserda, UKM, maupun pasar
tradisional dan pasar modern
Kinerja dan perkembangan pasar modern,
koperasi, UKM ritel dan pasar tradisional
Data dan informasi lain yang relevan
Sumber Data dan Informasi
• Literatur
• Expert survei
• Koperasi
• UKM
• Pelaku pasar tradisional
• Pelaku usaha pasar modern
Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern dan
pasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional,
kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakan
bagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola
oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan
pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatur
sistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, sistem
pengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur
standar pengelolaan bisnisnya. Dari aspek kebijakan, dapat dijelaskan bahwa
pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang penataan
perpasaran. Beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 5. Jenis dan Substansi Pokok Kebijakan Pembinaan dan Penataan
Perpasaran
Mencermati substansi pokok kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan
8 Kemudahan Akses - 6 % 43 % 46 % 5 %
9 Ketersediaan Fasilitas Lain - - 20 % 60 % 20 %
10 Kebiasaan Berbelanja - - 22 % 56 % 22 %
Indikator
Persepsi
No
Sumber : Diolah dari data lapangan, 2005
Sangat
Buruk
Buruk Cukup Baik Sangat
Baik
Kebijakan Pengaturan
SKB Menperindag dengan Mendagri Nomor
57/1997 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar dan Pertokoan
SKB Mendagri, Menkop dan PPK Nomor :
01/SKB/M/97 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Koperasi dan PK dalam
Pengembangan Pasar dan Pertokoan
Substansi Pokok
Ø Menperindag mengatur, membina,
mengembangkan usaha perdagangan
di pasar dan pertokoan dan pedagang
kecil dan menengah
Ø Mendagri melakukan pembinaan
Pemerintah Daerah dalam penataan
dan pembangunan pasar/pertokoan
Ø Pemda menetapkan lokasi dan ijin
pembangunan pasar/pertokoan
Ø Penciptaan iklim kondusif pengadaan,
pembangunan, pengelolaan penataan
pasar dan pertokoan yang layak bagi
koperasi dan PK termasuk sektor
informal
Ø Peningkatan kemampuan koperasi dan
PK dalam pengembangan pasar/toko
Ø Kemitraan koperasi dan PK dengan
Bank, pemda, BUMN, swasta, lainnya
No.
1
2
Hasil uji normalitas data (omzet penjualan, harga jual barang, dan jumlah
tenaga kerja) disajikan pada tabel di bawah ini
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data
No Variabel Stat db p-value Kes
1 Omzet penjualan (X1) 0.112 100 0.200 Non Sig
2 Harga jual barang (X2) 0.121 100 0.146 Non Sig
3 Jumlah tenaga kerja (X3) 0.289 100 0.000 Sig
Sumber : Diolah dari output SPSS hasil pengolahan data penelitian, 2005
Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa data omzet penjualan dan harga jual
produk berdistribusi normal. Kedua data ini selanjutnya diuji perbedaan rata-
ratanya dengan menggunakan uji t. Sedangkan data jumlah tenaga kerja
menunjukkan tidak berdistribusi normal, sehingga diuji dengan menggunakan
uji Mann Whitney U
Tabel 7. Hasil Uji Beda
No Variabel Jenis Uji Stat p-value Kes
1 Omzet penjualan (X1) T test 2.801 0.008 Sig
2 Harga jual barang (X2) T test 0.540 0.593 Non Sig
3 Jumlah tenaga kerja (X3) Mann Whitney U 135.00 0.079 Non Sig
Sumber : Diolah dari output SPSS hasil pengolahan data penelitian, 2005
Dari hasil uji beda di atas dapat diketahui bahwa hanya omzet penjualan
(pasar tradisional) yang terbukti berbeda secara signifikan (memiliki perbedaan
rata-rata) antara sebelum dengan sesudah adanya pasar modern. Sedangkan
dua aspek lainnya yaitu harga jual barang dan jumlah tenaga kerja tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui perbandingan
rata-rata ketiga indikator penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 14. Perbandingan Rata-Rata Omzet Penjualan, Harga Jual Barang,
dan Jumlah Tenaga Kerja Pasar Tradisional Sebelum dan Sesudah Adanya
Pasar Modern
No Variabel Sebelum < / > Sesudah Ket
1 Omzet penjualan (X1) 4.5109 > 1.1746 Sig
2 Harga jual barang (X2) 3.4682 > 3.0675 Non Sig
3 Jumlah tenaga kerja (X3) 3.0168 > 2.9807 Non Sig
Sumber : Diolah dari output SPSS hasil pengolahan data penelitian, 2005
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat perbedaan
jawab kepada Bupati/Walikota atau Gubernur khusus untuk Pemerintah
Propinsi DKI Jakarta;
7). Kewenangan penerbitan IUPM dan/atau IUTM berada pada Menteri.
Namun demikian, kewenangan Menteri dapat diserahkan atau dilimpahkan
baik kepada Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Pemerintah Propinsi
DKI Jakarta;
8). Pasar modern/toko modern dapat melakukan kegiatan usaha setelah
memiliki IUPM dan/atau IUTM;
9). Toko modern yang berada di dalam pasar modern tidak diwajibkan memiliki
IP2TM tetapi wajib memiliki IUTM.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana diuraikan di atas, penelitian ini
menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
(1) Beberapa kebijakan Pemerintah telah dikeluarkan untuk menata
pengelolaan perpasaran, baik pasar modern maupun pasar tradisional.
Implementasi kebijakan ini menuntut komitmen lebih besar agar dapat
dilaksanakan secara konsisten;
(2) Secara makro, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran
pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. Fakta ini
antara lain diungkap dalam penelitian AC Nielson yang menyatakan bahwa
pasar modern telah tumbuh sebesar 31,4%. Bersamaan dengan itu, pasar
tradisional telah tumbuh secara negatif sebesar 8%. Berdasarkan
kenyataan ini maka pasar tradisional akan habis dalam kurun waktu sekitar
12 tahun yang akan datang, sehingga perlu adanya langkah preventif untuk
menjaga kelangsungan pasar tradisional termasuk kelangsungan usaha
perdagangan (ritel) yang dikelola oleh koperasi dan UKM
(3) Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa dampak keberadaan pasar
modern terhadap pasar tradisional adalah dalam hal penurunan omzet
penjualan. Dengan menggunakan uji beda pada taraf signifikansi a =
0,05, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang diteliti, variabel
omzet penjualan pasar tradisional menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah hadirnya pasar modern dimana omzet seelah
ada pasar modern lebih rendah dibandingkan sebelum hadirnya pasar
modern. Sedangkan variabel lainnya, yaitu jumlah tenaga kerja dan harga
jual barang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
(4) Berdasarkan hasil analisis terhadap perilaku konsumen, diperoleh hasil
Nielson, C. 2003. Modern Supermarket (Terjemahan AW Mulyana). Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian
Koperasi dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan.
(Footnotes)
1 Hasil penelitian kerjasama antara Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,
Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Di
namika Manajemen, tahun 2005
2 Bekerja pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK
0 komentar:
Posting Komentar