Jika engkau ingin menjadi pemimpin, jangan pernah mengabaikan keharusanmu untuk melayani bagi kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan mereka yang kau pimpin.
Kedudukanmu bukanlah untuk kemapanan dan kedamaianmu saja.
Hanya merasa damai dan mapanlah, jika engkau telah berhasil menjadikan mereka yang kau pimpin hidup dalam kedamaian dan kemapanan.
Janganlah kerisauanmu hanya yang berkenaan dengan dirimu.
Engkau disebut pemimpin karena engkau menukarkan hak mu untuk merasa nyaman bagi kenyamanan orang banyak, engkau menomor-akhirkan tidurmu bagi kedamaian tidur mereka, dan engkau menunda istirahatmu agar yang paling kecil dari saudaramu itu – termudahkan upayanya untuk membangun kehidupan yang layak.
Jika itu yang mengisi pikiran dan hatimu, engkau akan berpendar dengan sinar kecintaan dari langit.
Jika hanya penyelamatan dirimu yang menjadi kegundahanmu, maka hanya kesantunan orang lain yang menjadi pelindung sementara bagimu.
………..
Sahabat-sahabat Indonesia yang super,
yang sedang membangun kualitas-kualitas pribadi yang akan menjadikan dirinya pantas bagi tugas-tugas kepemimpinan yang mulia.
Berikut adalah beberapa paragraph yang saya ambilkan dari buku Mario Teguh LEADERSHIP GOLDEN WAYS, yang dapat meneruskan pembicaraan yang telah kita mulai di atas, bagi penikmatan Anda di ruang keluarga MTSC yang ramah dan saling memuliakan ini.
Please kindly enjoy, absorb, and apply.
………..
Seorang pemimpin adalah pribadi biasa yang kesungguhannya tidak biasa dalam menjadikan dirinya pelayan bagi kebaikan hidup orang banyak.
………..
Dia membangun keberhasilannya melalui keberhasilan orang lain.
Rencana besar bagi keberhasilan seorang pemimpin jalan keemasan terbuat dari rencana-rencananya bagi keberhasilan setiap individu yang berada dalam kepemimpinannya.
Banyak pribadi pada posisi kepemimpinan yang lupa bahwa mereka dianggap berhasil hanya apabila mereka menyebabkan peningkatan kualitas pada kehidupan anggota organisasi mereka, dan apabila mereka menyampaikan keuntungan bagi semua pemegang kepentingan mereka.
Anda - sebagai pemimpin dengan jalan keemasan - berupaya mencapai posisi kepemimpinan yang tertinggi bukan untuk menikmati kemudahan pada posisi itu, melainkan untuk menggapai tingkat kewenangan yang Anda butuhkan untuk mengharuskan ketaatan kepada nilai-nilai pelayanan atas semua anggota organisasi Anda.
Dia menjadikan dirinya seorang mahasiswa yang cemerlang pada akademi kepemimpinan yang bernama SITUASI.
Situasi adalah komponen pembentuk sejarah.
Seorang pemimpin dengan jalan kemasan mengetahui bahwa dengan mempelajari perilaku dari situasi, baik yang lalu maupun yang sedang dialaminya, dia akan mampu menghindari penalti dari terulangnya kesalahan, baik dari kesalahannya sendiri mau pun dari kesalahan orang lain.
Dengannya, dia bisa mencurahkan semua perhatian dan tenaganya bagi pelaksanaan terbaik dari praktik-praktik kepemimpinan yang telah terbukti membesarkan kehidupan, baik pribadi, organisasi, masyarakat, atau bangsa.
Baginya, semua keputusan yang ada dalam organisasinya adalah keputusan pribadinya.
Dari semua yang bisa didelegasikannya, dia tidak akan pernah mendelegasikan keputusan yang harus diambilnya dari posisi kepemimpinannya.
Dia mungkin bisa mendelegasikan sebagian besar dari tugas-tugasnya. Dia juga mungkin bisa memberdayakan bawahannya untuk membuat keputusan pada jajaran mereka, akan tetapi, dia mengetahui bahwa,
dia tidak dapat membebaskan dirinya dari penilaian negatif atas keputusan buruk para bawahannya.
Karena, keputusan buruk itu dibuat oleh mereka yang diputuskannya sebagai pengemban dari sebagian kewenangannya.
Jika bawahannya salah, sebetulnya sang pemimpin telah salah memilih bawahan untuk memutuskan atas namanya.
Dia menyadari sekali bahwa sebuah posisi kepemimpinan adalah posisi bagi keputusan akhir, yaitu keputusan yang harus dibuatnya secara pribadi.
Dia setia kepada yang benar.
Dalam peliknya pertentangan berbagai prioritas dan kepentingan di organisasi dan di publik yang dilayaninya, seorang pemimpin dengan jalan keemasan selalu ingat untuk kembali kepada yang benar.
Dia menyadari bahwa semua yang sulit itu datang karena pengabaian dari hal-hal yang baku. Dan yang sulit itu juga berperan sebagai pemaksa agar orang kembali kepada perilaku yang benar, bagi tercapainya perbaikan dan kebaikan berikutnya.
Itulah sebabnya dia berupaya keras menjaga tindakannya sendiri untuk setia kepada yang dituntutnya dari orang lain, karena hal itu adalah penentu tingkat hormat dari bawahannya.
Dia mengharuskan dirinya untuk melakukan yang dikatakannya,
dan mengatakan yang dilakukannya.
Dia sangat berani dalam mendirikan yang benar
dan tidak sanggup membayangkan dirinya
melakukan yang dilarangnya atas mereka yang dipimpinnya.
………..
Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya,
Semoga tulisan di atas dapat mendampingi upaya super Anda hari ini dan esok, untuk menjadikan kehadiran Anda dalam kehidupan ini – sebuah hadiah yang disyukuri keluarga dan masyarakat yang Anda layani.
Marilah kita tetap menjadi kekasih Tuhan, dengan menjadikan diri kita pemimpin yang setia kepada yang benar, bagi diri sendiri, bagi keluarga, dan bagi sebanyak mungkin jiwa Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Link Menu
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar