Kamis, 25 Maret 2010
Budidaya Burung Walet
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
BUDIDAYA BURUNG WALET
( Collacalia fuciphaga )
1. SEJARAH SINGKAT
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan
suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan
runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak
pernah hinggap di pohon.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah
yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langitlangit
untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat,
Jawa Timur dan Jawa Tengah
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Hal. 2/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3. JENIS
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order : Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes : Collacaliini
Genera : Collacalia
Species : Collacaliafuciphaga
4. MANFAAT
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya
(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan
paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
5. PERSYARATAN LOKASI
Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah:
1) Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
2) Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan
perkembangan masyarakat.
3) Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging.
4) Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai,
rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan
penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar
antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu
lubang, berdiameter 4 cm.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Hal. 3/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
e. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong
dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan
lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet.
2) Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi
dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan
semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet
dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan
tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran
pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk
mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen
dapat disirami air setiap hari.
Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayukayu
yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat.
Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputarputar
dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang.
Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20x20 atau 20x35 cm2
dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi
gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang
dicat hitam.
6.2. Pembibitan
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh
para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi,
pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung
Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan
serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang
di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk
dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari
wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu
waktu burung kembali mencari makan.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan
pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet
yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan
setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet
diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam
panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet
dengan menetaskannya di dalam sarang sriti.
a. Memilih Telur Walet
Telur yang dipanen terdiri dari 3 macam warna, yaitu :
- Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari.
- Putih kemerahan, berumur 6–10 hari.
- Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari.
Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014x1,353 cm dengan
berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh
menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai
kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya.
Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak
ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan
peneropongan.
b. Membawa Telur Walet
Telur yang didapat dari tempat yang jaraknya dekat dapat berupa telur
yang masih muda atau setengah tua. Sedangkan telur dari jarak jauh,
sebaiknya berupa telur yang sudah mendekati menetas.
Telur disusun dalam spon yang berlubang dengan diameter 1 cm. Spon
dimasukkan ke dalam keranjang plastik berlubang kemudian ditutup.
Guncangan kendaraan dan AC yang terlalu dingin dapat mengakibatkan
telur mati. Telur muda memiliki angka kematian hampir 80% sedangkan
telur tua lebih rendah.
3) Penetasan Telur Walet
a. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti.
Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur
walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue
untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat
menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur
dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan.
Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan
setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta
mencari makan.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
b. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 400 C dengan kelembaban 70%. Untuk
memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring
atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air
didalam cawan tersebut tidak habis.
Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan
jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan
peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur
terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya
hidup akan terlihat seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan
sampai hari ke-12.
Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan
pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15
hari telur akan menetas.
6.3. Pemeliharaan
1) Perawatan Ternak
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak
walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih
memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu
dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2
derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin.
Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet
dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat
pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak.
Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa
ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan.
Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan
dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet
dewasa.
2) Sumber Pakan
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah
pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan
sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
makanan tambahan terutama untuk musim kemarau. Beberapa cara untuk
mengasilkan serangga adalah:
a. menanam tanaman dengan tumpang sari.
b. budidaya serangga yaitu kutu gaplek dan nyamuk.
c. membuat kolam dipekarangan rumah walet.
d. menumpuk buah-buah busuk di pekarangan rumah.
3) Pemeliharaan Kandang
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di
lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan disimpan di gedung.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Tikus
Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus
mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat
menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan
menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang
akan digunakan untuk sarang tikus.
2) Semut
Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung
walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan
agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu
semut disiram dengan air panas.
3) Kecoa
Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan
tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida,
menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang
agar tidak menjadi tempat persembunyian.
4) Cicak dan Tokek
Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak
burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang
ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan
dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat
saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian luar dibuat licin
dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
8. PANEN
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah
memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan
ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet
yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi
gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para
pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet
dengan beberapa cara, yaitu:
1) Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi
pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan
yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total
produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak
baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan.
Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang
sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi
kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan
waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
2) Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua
butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga
4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal.
Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk
menetaskan telurnya.
3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan
sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah
mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya
adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman
sehingga polulasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
1) Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni
dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama
dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen
selanjutnya dengan pola buang telur.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Hal. 8/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan
dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu,
panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan
dan buang telur.
3) Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk
memperbanyak populasi burung walet.
9. PASCAPANEN
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan
penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotorankotoran
yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang
walet yang bersih dengan yang kotor.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya burung walet di daerah Jawa Barat tahun 1999:
1) Modal tetap
a. Gedung Rp. 13.000.000,-
b. Renovasi gedung Rp. 10.000.000,-
c. Perlengkapan Rp. 500.000,-
Jumlah modal tetap Rp. 23.500.000,-
Biaya penyusutan/bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bln ( 5 th) Rp. 391.667,-
2) Modal Kerja
a. Biaya Pengadaan
- Telur Walet 500 butir @ Rp. 5.000,- Rp. 500.000,-
- Transportasi Rp. 100.000,-
- Makan Rp. 50.000,-
b. Biaya Kerja
- Pelihara kandang/bln@ Rp. 5000,- x 3 bln Rp. 15.000,-
- Panen Rp. 20.000,-
Jumlah biaya 1x produksi:Rp. 650.000,-+Rp. 35.000,- Rp. 685.000,-
3) Jumlah modal yang dibutuhkan pada awal Produksi
a. Modal tetap Rp. 13.500.000,-
b. Modal kerja 1x Produksi Rp. 685.000,-
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Hal. 9/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Jumlah modal Rp. 14.185.000,-
4) Kapasitas produksi untuk 5 tahun 1 kali produksi :
a sarang burung walet menghasilkan 1 kg
b sarang burung sriti menghasilkan 15 kg
c untuk 1 tahun, 4 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 4 kg
- sarang burung sriti 60 kg
d untuk 5 tahun, 20 kali produksi, menghasilkan :
- sarang burung walet 20 kg
- sarang burung sriti 300 kg
5) Biaya produksi
a. Biaya tetap per bulan : Rp. 23.500.000,-:60 bulan Rp. 391.667,-
b. Biaya tidak tetap Rp. 685.000,-
Total Biaya Produksi per bulan Rp. 1.076.667,-
Jumlah produksiRp.1.076.667:16 kg (walet dan sriti) Rp. 67.292,-
6) Penjualan
a. sarang burung walet 1 kg Rp. 17.000.000,-
b. sarang burung sriti 15 kg Rp. 3.000.000,-
Untuk 1 kali produksi Rp. 20.000.000,-
Untuk 5 tahun
a. sarang burung walet 20 kg Rp. 340.000.000,-
b. sarang burung sriti 300 kg Rp. 60.000.000,-
Jumlah penjualan Rp. 400.000.000,-
7) Break Even Point
a. Pendapatan selama 5 Tahun Rp. 400.000.000,-
b. Biaya produksi selama 5 th Rp. 1.076.667 x 60 bln Rp. 64.600.000,-
c. Keuntungan selama 5 tahun Rp. 335.400.000,-
d. Keuntungan bersih per produksi 335.400.000 : 60 bln Rp. 5.590.000,-
e. BEP 232.919
8) Tingkat Pengembalian Modal 3 bulan (1 x produksi)
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi.
Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan
masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang
banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang
telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Budidaya sarang
burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.
TTG BUDIDAYA PETERNAKAN
Hal. 10/ 10
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Chantler, P. & G. Driessens. Swift : A guide to the Swift an Treeswift of the
World. Pica Press, the Banks. East Sussex, 1995.
2) Mackinnon, John. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa
dan Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.
3) Nazaruddin & A. Widodo. Sukses Merumahkan Walet. Cet. 2. Jakarta:
Penebar Swadaya, 1998.
4) Tim Penulis PS. Budidaya dan Bisnis Sarang Walet. Cet. 4. Jakarta: Penebar
Swadaya, 1994.
12. KONTAK HUBUNGAN
1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8,
Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952,
Situs Web: http://www.ristek.go.id
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Manfaat Walet
Manfaat Sarang Walet
Hasil penelitian Dr. Kong Yun Cheung dari Universitas Hong Kong menemukan glikoprotein dalam sarang walet. Zat tersebut meningkatkan pembiakan sel-sel pertahanan dalam sistem kekebalan tubuh. Zat inilah yang bisa membuat orang awet muda. Walaupun hasil penelitian belum banyak mengungkap kandungan dan khasiat zat yang terkandung dalam sarang walet, secara empiris khasiatnya sudah diakui, tutur Herfriyan Handra staf Riset and Development PT Martina Berto yang pernah memproduksi minuman suplemen berbahan baku sarang walet pada tahun 1994-1996. Hal senada juga diungkap Y. Kiatanto pemerhati walet di Yogyakarta bahwa ada sesuatu yang istimewa.Menurutnya para ahli nutrisi dan pengobatan cina sangat pandai dan pasti tahu keistimewaan yen-ou (sebutan sarang walet dalam bahasa Cina) sehingga benda tersebut dihargai sangat mahal.
Mengenai semua mitos dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, tidak pernah kita mendengar mengkonsumsi sarang dapat walet merugikan kesehatan. Apabila kita mengkonsumsi secara rutin sarang walet sebagai food supplement akan menstimulus kerja organ-organ tubuh lebih baik. Sel-sel tua akan segera tergantikan oleh zat tumbuh (protein) yang banyak terkandung dalam sarang walet. "Kekebalan tubuh meningkat dan penyakit menyingkir," tutur spesialis kanker dari Sekolah Kedokteran Tradisional di Propinsi Henan, Cina. Bukti konkrit cukup banyak karena hampir semua pemilik rumah walet mengonsumsinya dan para pakar walet serta praktisi waletpun telah membuktikannya.
Walet Sapi
Walet Sapi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
?Walet Sapi | ||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Status konservasi | ||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah | ||||||||||||||
| ||||||||||||||
Nama binomial | ||||||||||||||
Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 |
Walet Sapi adalah burung yang mempunyai paruh, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur.
[sunting] Pranala luar
Artikel bertopik burung ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
walet sapi (collocalia esculenta) walet ini berbulu hitam ke biru-biruan dengan warna mengilap.Bulu bagian bawah kelabu gelap dan bagian perut agak putih.Ekornya sedikit bercelah.Walet sapi merupakan jenis walet yang berukuran paling kecil.Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm.Matanya berwaran cokelat gelap,paruh hitam.Suaranya melengking tinggi.Walet sapi banyak terdpat di Asia,Himalaya,China,Asia tenggara,Papua Nugini, san Australia.Di Indonesia,walet jenis ini banyak di temukan di Jawa dan Bali.Habitatnya meliputi semua ketinggian permukaan,baik di padang rumput berpohon terbuka maupun hutan.
Walet sapi terbang berkelompok,tidak beraturan.Walet ini tidak kuat terbang jauh.Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk mandi dan minum.Jika mencari makan,sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang banyak serangganya,terutama tawon kecil.sarang berbentuk tidak beraturan,terdiri dari campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya.Pada celah gua yang terang,celah batu,atau sudut bangunan,walet sapi dapat bersarang.Jika bertelur biasanya hanya 2 butir.Telurnya berwarna putih dan agak lonjong.Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim kawin sehingga bisa bersarang sepanjang tahun.
Sabtu, 20 Maret 2010
Sma negeri 4 Surabaya
Selamat Datang di TETRASMA91 Surabaya 7 November 2008
Ini adalah Website resmi milis TETRASMA91, wadah berkumpul bagi rekan-rekan alumnus SMA Negeri 4 Surabaya atau SMU Negeri 4 Surabaya tahun kelulusan 1991. Ajang silaturahim mulai dari sekedar melepas kangen, tukar informasi, rencana Reuni sampai hot gossip.
Kami mengajak rekan-rekan alumni SMA Negeri 4 Surabaya tahun lulusan tahun 1991 untuk bergabung dengan milis kami di : http://asia.groups.yahoo.com/group/tetrasma91/
Smp negeri 2 Surabaya
Tokoh
September 23, 2008 · & Komentar
Masih ingatkah alumni kita …?
Banyak tokoh memanfaatkan momen usia 70 tahun dengan meluncurkan autobiografi atau biografi. Begitu juga Try Sutrisno. Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1993-1998 ini, meluncurkan biografi bertajuk Pengabdian Tiada Akhir, Berjuang dan Mengabdi Demi NKRI dan Pancasila.
Pernyataan resmi Try Sutrisno, tentang alasannya tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Wakil Presiden menjelang Sidang Umum MPR 1998. Sikap itu, menurutnya, sebagai bagian dari meneruskan tradisi positif dari wakil presiden pendahulunya – yang rata-rata hanya menjabat satu kali. Pernyataan tersebut seakan menutup pro-kontra yang sempat berkembang di masyarakat.
Selanjutnya pembaca diseret untuk menikmati suasana kota Surabaya pada 1935, yang disebut Bung Karno sebagai kota pelabuhan yang sibuk dan ribut, mirip kota New York di Amerika. Di kota itulah ia dilahirkan pada 15 November 1935, oleh pasangan Soebandi dan Mardeyah. Tentu saja namanya masih ditulis dengan ’Tri’. Sebab penulisan nama ’Try’ baru dilakukannya menjelang tamat sekolah dasar. Rupanya ia merasa namanya kurang keren bila ditulis dengan ’i’.
Perjalanan karir militer yang memang menjadi cita-citanya, terbuka ketika diterima menjadi taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad), Bandung pada 1956. Selanjutnya tercatat bagaimana Cak Su (panggilan akrab Try Sutrisno) mendapatkan tugas ke beberapa daerah operasi dan bertemu dengan Panglima Operasi Mandala Mayjen TNI Soeharto.
Pertemuan itulah yang kemudian berlanjut dengan sebuah kedekatan. Try terpilih menjadi Ajudan Presiden Soeharto. Kedekatan itu terlihat ketika Soeharto meminta Try menemaninya melakukan perjalanan icognito, mengunjungi beberapa daerah di Pulau Jawa, selama hampir dua minggu, ”Try, siapkan kendaraan, sangat terbatas. Alat radio dan alat pengaman seperlunya saja. Tidak perlu memberitahu siapa pun…”
Selepas menjadi Ajudan Presiden selama empat tahun, biografi ini mengajak pembaca menelusuri pencapaian dan kiprah Try Sutrisno selanjutnya. Mulai dari Kasdam Udayana, Pangdam IV Sriwijaya dan Pangdam V/Jaya dengan berbagai dinamikanya termasuk peristiwa Tanjung Priok, hingga menjadi Lurah-nya ABRI dan Wakil Presiden.
Beberapa sisi romantisme juga disinggung. Misalnya ketika Try mengetahui ada Tuti Sutiawati, Mojang Priangan di dekat kampusnya. Untuk menarik perhatian Mojang Priangan itu, Try nekad membawa kabur jip pemasok susu segar ke Atekad. Merasa usahanya hanya mendapat respon biasa-biasa saja, Try yang kegantengan wajahnya terkenal mampu membuat gadis-gadis termehek-mehek, melakukan serangan melambung dengan memberi cokelat cap kupu-kupu kepada adik-adik Tuti setiap kali bertandang. Usaha itu tak sia-sia, mereka akhirnya pacaran dan menikah pada 21 Januari 1961.
”Sebaik-baiknya manusia adalah yang oleh Allah diberikan umur panjang dan bermanfaat bagi orang banyak. Bisa berguna dan berbuat bagi orang lain, dengan semangat juang prajurit tak pernah mengenal kata berhenti, Old Soldier Never Die,” demikian motto yang selalu dipegang Try Sutrisno sepanjang perjalanan hidupnya.
Biografi yang merupakan hasil kerja tim pimpinan Mayjen TNI (Purn) R. Soejoko ini, juga memuat hampir 100 halaman kesan dan kenangan dari 24 tokoh terhadap Try Sutrisno. Antara lain KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, H. Wiranto, AM Fatwa.
Jumat, 19 Maret 2010
Sabtu, 06 Maret 2010
PLTS , PLTG , PLTD
I. Pembangkit listrik
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, dan lain-lain.
Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin berputar yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin generator ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik.
· Pembangkit listrik tenaga panas
Bahan bakar
- Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)[4] menggunakan panas sebuah reaktor nuklir untuk menggerakkan generator turbin uap. Kira-kira 20% pembangkitan listrik di Amerika Serikat dihasilkan oleh PLTN.
- Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil juga dapat menggunakan generator turbin uap di dalam kasus pembangkit berbahan bakar gas alam yaitu turbin gas. Pembangkit listrik tenaga batubara (PLTB) menghasilkan listrik dengan membakar batubara untuk menguapkan air, dan memiliki dampak samping buangan karbon dioksida yang cukup besar, yang dilepaskan dari pembakaran batubara dan berperan bagi pemanasan global. Kira-kira 50% pembangkitan listrik di Amerika Serikat dihasilkan dari PLTB.
- Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) menggunakan uap yang disarikan dari bebatuan yang panas dari bawah tanah.
- Energi terbarukan atau Pembangkit listrik tenaga biomassa dapat dibahanbakari oleh ampas tebu, sampah kota, metana dari peternakan, atau bentuk biomassa lainnya.
- Di dalam industri peleburan baja, gas buang tanur tinggi berbea rendah, kendati kepadatan-energi-rendah, bahan bakar.
- Panas buangan dari proses industri kadang-kadang cukup ekonomis untuk digunakan sebagai sumber pembangkit, biasanya di dalam turbin dan pendidih uap.
- Pembangkit listrik tenaga surya menggunakan cahaya matahari untuk mendidihkan air, yang kemudian uapnya menggerakkan turbin.
Penggerak primer
- Pembangkit turbin uap menggunakan tekanan dinamis yang dihasilkan oleh desakan uap untuk menggerakkan lengan kipas. Hampir semua pembangkit listrik non-hidro yang besar menggunakan sistem ini. Kira-kira 80% semua energi listrik yang dibuat di dunia menggunakan turbin uap.
- Pembangkit turbin gas menggunakan tekanan dinamis dari gas yang mengalir (udara dan hasil pembakaran) untuk menggerakkan turbin secara langsung. Pembangkit turbin bakar gas alam (juga minyak bumi) dapat segera memulai gerakan dan biasa digunakan untuk memasok energi "puncak" selama masa padat penggunaan, kendati berbea lebih mahal daripada pembangkit biasa. Biasanya berupa satuan-satuan yang cukup kecil, dan kadang-kadang tak berawak, dioperasikan dari kejauhan. Jenis ini dirintis oleh Britania Raya, Princetown[5].
· Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1200 MWe.
Hingga tahun 2005 terdapat 443 PLTN berlisensi di dunia [1], dengan 441 diantaranya beroperasi di 31 negara yang berbeda [2]. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 17% daya listrik dunia.
Sejarah
Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaan EBR-I pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet [3]. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris yang dibuka pada 17 Oktober 1956 [4].
Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, di masa depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif.Keuntungan dan kekurangan
Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:- Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)
- Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
- Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
- Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
- Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan
- Baterai nuklir - (lihat SSTAR)
- Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun
· Pembangkit Listrik Tenaga Air
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan dari ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.
- Pusat listrik tenaga gas
PLTG adalah Pusat listrik tenaga gas, yang prinsip kerjanya pengkompresian udara dan pemanasan udara tersebut dengan penambahan bahan bakar , gas panas tersebut digunakan untuk memutar turbin , sebagai pengerak mula pemutar generator pembangkit. Gas panas yang dihasilkan dalam ruang bakar dapat meningkatkan temperatur hingga 1100 derajat celcius, berkenaan dengan temperatur yang sedemikian tinggi tersebut perlu dilakukan pemilihan matrial hot gas patch , sehingga material tersebut dapat dipergunakan pada kondisi tersebut secara aman dan andal. Kondisi temperature kerja yang sedemikian tinggi ini akan berdampak terhadap umur dari material hot gas patch gas turbin tersebut, untuk itu sangat perlu sekali penentuan jam operasi pembangkit sebagai acuan penentuan pelaksanaan pemeliharaan periodic unit pembangkit. Faktor utama penentuan pelaksanaan Pemeliharan periodic gas turbin adalah jam operasi pembangkit . Adapun jenis pemeliharaan gas turbin adalah Combustion inspection/ minor inspection , hot gas patch inspection dan over haul. Combustion inspection/minor inspection dilaksanakan setiap 4000-8000 jam, hotgaspatch inspection dilaksanakan setiap 33000 jam operasi dan major over haul dilaksanakan setiap 66000 jam operasi. Penentuan jam operasi PLTG tidak hanya ditentukan oleh lama pembangkit tersebut beroperasi, tetapi juga harus ditambahkan dengan suatu faktor operasi sehingga dapat mencerminkan umur operasi pembangkit tersebut secara tepat. Faktor koreksi tersebut merupakan fungsi dari fluktuasi temperature yang telah terjadi pada unit operasi yang diakibatkan oleh tripnya unit pembangkit atau disebabkan oleh fluktuasi beban yang sedemikian tinggi serta fluktuasi temperature yang disebabkan oleh start up PLTG, kualitas bahan baker yang dipergunakan. Jam operasi pembangkit yang merupakan gabuangan dari lama pembangkit beroperasi dan factor factor koreksi disebut jam equivalent operasi pembangkit (Equivalent operating hours, EOH), Ketepatan penentuan jam opersi pembangkit akan sangat menentukan sekali besar efisiensi operasi pembangkit , keandalan operasi pembangkit serta besar biaya yang dikeluarkan dalam pengoperasian unit pembangkit tersebut sebagai dampak dari kemunduran jadwal pemeliharaan periodic pembangkit . Untuk itu penentuan jam opersi pembangkit merupakan dasar dari pengelolaan power plant guna mencapai tingkat efisiensi yang diharapkan, keandalan operasi yang dipersyaratkan serta dengan biaya pengoperasian pembangkit yang semurah mungkin.
PLTG adalah Pusat listrik tenaga gas, yang prinsip kerjanya pengkompresian udara dan pemanasan udara tersebut dengan penambahan bahan bakar , gas panas tersebut digunakan untuk memutar turbin , sebagai pengerak mula pemutar generator pembangkit. Dalam operasinya unit pembangkit jenis ini dapat memakai bahan bakar gas , minyak (HSD) ataupun kedua duanya (mixed operation). PLTG merupakan jenis pembangkit listrik yang dapat dibangun dengan waktu yang relative cepat, walaupun secara efisiensi teramat rendah namun jenis pembangkit ini sangat disukai oleh system ketenagalistrikan karena kemampuan operasinya yang teramat cepat, sehingga sangat cocok dipergunakan sebagai unit pemikul beban puncak ( peak load ), disamping itu gas turbin dapat dijadikan sebagai unit recovery pada saat system ketenagalistrikan collapse. Untuk mempertahankan level performance yang diinginkan gas turbin selalu dilakukan perawatan/ pemeliharaan pada waktu-waktu tertentu. Sehubungan blade turbin menerima paparan langsung gas panas yang temperaturenya hingga 1100 C, maka gas turbin perlu dilakukan pengelolaan khusus dibanding unit pembangkit lainnya. Gas turbin dalam pengelolaan selalu mengacu pada Time Base Maintenace, yaitu suatu model pemeliharaan yang dilakukan terhadap unit pembangkit berdasarkan waktu/ jam operasinya disamping pemeliharaan routinnya.
i. Tujuan utama pemeliharaan gas turbin (PLTG) adalah :
a. mengantisipasi tingkat keausan peralatan yang berkelanjutan, sehingga life time dan keandalan operasi mesin pembangkit akan senantiasa terjaga. b. Mengembalikan performance mesin pembangkit sesuai dengan karakteristiknya
c. Mengantisipasi kerusakan yang fatal mesin pembangkit sebagai dampak dari keausan yang berkelanjutan, sehingga biaya operasi dan pemeliharaan tetap terjaga ke-ekonomisannya.
d. Merekondisi dan Mengganti peralatan yang tingkat keausannya tidak bisa dipertahankan .
ii. Pemeliharaan periodik gas turbin dilaksanakan sesuai dengan jumlah jam operasi equivalen ( EOH ).
iii. Formulasi penghitungan jam operasi ekuivalent ( Equivalent Operating hours, EOH ) pada gas turbine Type V94.2 KWU sangat tergantung pada:
a. Jumlah start Unit
b. Jumlah pembebanan fast gradient
c. Jumlah perubahan temperatur yang capat dan relatif tinggi
d. Besar perubahan temperatur yang cepat, karena fluktuasi load yang besar, unit trip serta load rejection
e. Lama waktu operasi pada kondisi base load
f. Lama waktu operasi pada kondisi peak load
g.Jenis dan Kualitas bahan bakar yang dipergunakan
h.Flow water atau steam yang diinjeksikan ke ruang bakar
Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah pusat listrik yang menggunakan tenaga diesel sebagai penggerak generator. PLTD terdiri dari beberapa Satuan Pembangkit Diesel (SPD). Pada umumya PLTD menyuplai listrik dalam 24 jam dan sesuai kapasitas dan mutu (tegangan dan frekwensi) yang diinginkan pelanggan. Oleh sebab persyaratan tersebut diatas maka keandalan dan effisiensi (performance) menjadi syarat mutlak dalam pengoperasian PLTD. Effisiensi PLTD sangat dipengaruhi oleh pemakaian bahan bakar, hal ini disebabkan biaya yang terbesar dalam pengoperasian PLTD adalah biaya bahan bakar (±70% dari keseluruhan biaya operasional).
Performance PLTD.
Performance Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dipengaruhi faktor pengoperasian Satuan Pembangkit Diesel (SPD). Untuk dapat mempertahankan/meningkatkan performance PLTD metode yang paling tepat adalah menerapkan Sistem Informasi Operasional PLTD yang mempergunakan sub sistem feedback yaitu Pola Operasi PLTD. Pola Operasi PLTD merupakan susunan Satuan Pembangkit Diesel (SPD) untuk memikul beban dasar (base load) dan beban puncak (peak load) berdasarkan tingkat keandalan dan effisiensi SPD. Dalam penyusunan Pola Operasi PLTD diperlukan analisa data-data, informasi dan pengetahuan baik interen maupun eksteren serta manajemen pengetahuan untuk memprediksi pencapaian kinerja/performance PLTD. Jadi Pola Operasi PLTD merupakan alat controlling untuk mempertahankan/memperbaiki output yaitu performance/kinerja PLTD. __ Permasalahan Pengoperasian PLTD__.
Permasalahan yang terjadi dalam pengoperasian PLTD adalah :
1. Pasokan lisrik dalam 24 jam (tanpa henti).
2. Permintaan (demand) energi listrik cendrung meningkat.
3. SPD cendrung mengalami penurunan kemampuan (daerating).
4. SPD beroperasi tidak pada beban yang optimal (SPD tidak beroperasi pada SFC terbaik).
5. Proses penyampaian dan penerimaan data, informasi dan pengetahuan sangat lambat.
6. Pelaksanaan pemeliharaan (overhaul) tidak tepat waktu.
7. Frekwensi start-stop SPD yang cukup tinggi merupakan kerugian bahan bakar
Tujuan Penerapan Pola Operasi.
Untuk dapat mengatasi permasalahan pengoperasihan PLTD diatas maka diterapkan pola operasi. Tujuan penerapan Pola Operasi PLTD adalah :
1. Performance/kinerja PLTD dapat dipertahankan/ditingkatkan.
2. Pemeliharaan perediktif SPD dapat dilaksanakan lebih optimal.
3. Jam operasi SPD dapat direncankan, sehingga pemeliharaan periodic dapat dilaksanakan tepat waktu.
Manfaat Penerapan Pola Operasi.
1. Pengoperasian SPD lebih terkoordinasi.
2. Order bahan bakar, minyak pelumas dan spare part lebih akurat dan tepat waktu.