Hari ini tak ada kerjaan. Biasanya sih fotocopy, scan, delivery form, ke sana ke sini. Gak jelas, bingung mesti ngapain. Cerita dari teman teman mahasiswa Indonesia dan Thailand sendiri memang untuk Trainee (Anak Anak magang) di Kampus AIT Thailand ini awalnya kurang diberi kepercayaan lebih, karena masih di pandang sebelah mata. Pokoknya ojok di pandang tanpa mata (maksudku merem hehehe. Gak keliatan lak an). Awalnya sih bete. Tapi tetap harus di ambil hikmahnya, disini tempat yang tepat dimana saya bisa Practice English. Sisi positifnya lagi bisa dapat banyak temen dari arab sampe prancis (Sudah berubah dari awal yang hanya punya relasi teman teman dari sabang sampai merauke saja).
Hingga suatu ketika titik terang terlihat, pertemuan dengan Ibu Wannapa (salah satu karyawan senior) membuatku sedikit termotivasi, beliau memberikan kesempatan dengan mengajakku join ke meeting. Walaupun awalnya agak bingung meski ngapain, cuman bisa liat mereka berdiskusi menggunakan bahasa inggris. Tapi aku tetap senang sekali, dapat merasakan ikut rapat yang dihadiri Para Petinggi yang ada di AIT Thailand. Kapan lagi bisa dapat kesempatan langkah join dengan Orang Bule membahas masalah penting di AIT Thailand walaupun hanya bisa mendengarkan mereka berbicara.
Sempat kaget juga, Ibu Wannapa menyarankan padaku untuk apply form untuk ikut scholarship di AIT Thailand, tepatnya beasiswa dari Raja dan Ratu Thailand. Dengan terpaksa aku menjawab masih belum bisa, dua hal yang mendasari keputusanku adalah saat itu aku belum lulus (magang), ada perbedaan semester di Thailand dan Indonesia, bila di Thailand semester genap, sebaliknya di indonesia semester ganjil. Alasan yang kedua adalah untuk biaya hidup, darimana aku mendapatnya ? (Tanda tanya besar). Okelah aku tinggalkan sejenak mimpiku kuliah S2 di Luar negeri. Kalau memang rezeki pasti akan ku dapat juga, mungkin di lain waktu (Aminku dalam hati).
Salah satu hal yang mengasikkan saat Magang di Kampus AIT Thailand adalah lucu lucu orangnya, Ada salah satu atasanku Mr Olivier Drean (Panggil : OLivee - dari aksent bahasa prancis), Beliau ketua bidang kerjasama prancis selalu menyapaku dengan bahasa Indonya yang ke prancis prancisan itu. "Ring, Apa Kabar ?" , "Baik " Jawabku. Heran juga ada orang asing yang mau belajar bahasa indonesia tercinta, sedangkan banyak orang indonesia sendiri sudah melupakannya. So itulah hidup, selalu misterius. Ada juga Pak Sayan, si penjaga mesin fotokopi yang ramah, selalu tersenyum dan bercanda di depanku. Di sini juga ada Miss Lucena dan Caroll yang asal Filipina, selalu sabar mengajarkan dan mengoreksi pengucapanku. Miss Lucena selalu memotivasiku, dia selalu bilang bahasa Inggrisku seperti orang Thai, aku pribadi menerima itu dan justru memotivasi diri untuk belajar lagi. Dia yang mengajariku setting ruang meeting, ikut Exhibition (Semacam Expo Education). Dia juga mengajakku keliling area expo sambil berbincang -bincang kemudian dia bertanya, "are you interest for join with university in these ? " . Saya menjawab " iya, tapi mungkin lain kali . Because I must work for help my mom. ". Ya itulah keadaan sebenarnya, Aku tidak bisa merubah situasi.
Saat mengikuti Education EXPO di Siam Square Mall Thailand, aku juga berkeliling melihat showroom dari universitas-universitas luar negeri lainnya. Ada Kampus dari China, United Kingdom, Canada, Germany dan Thailand. Tapi justru mataku menatap tajam ke area Malaysia education. Lalu kudatangi tempat itu, berbicara dengan Malaysia Staff menggunakan bahasa campur-campur inggris dan melayu. So Amazing melihat Stand Expo Universitas dari Malaysia ini, aku membayangkan kemudahan-kemudahan jika kuliah disana. Apalagi dengan bahasa ibu yang sama, Melayu language dan kultur penduduk yang mayoritas muslim membuat aku makin tertarik. Sekedar bermimpi saja mungkin InsyaAllah Malaysia jadi jalanku ke depannya (sambil berharap kepada Allah).
Jujur saja untuk berkuliah di Thailand susah susah gampang, terlebih utamanya masalah makanan haram (Pork - Babi), sedikit sekali tempat yang menyediakan Halal Food, selain itu banyak anjing-anjing yang berkeliaran setia mengantarkan perjalanan kami di Phontisan (nama Pasar dekat kampus kami) juga membuat risih. Salah satu faktor lainnya kebanyakan Orang Thailand yang kurang bisa berkomunikasi dengan kami, menjadi hambatan terbesar lainnya (Salah sendiri tidak bisa Bahasa Thai - ucapku dalam hati Hehehe). So Melanjutkan Kuliah di Malaysia yang jadi sasaranku pada waktu itu. My Suay (Mia , setuju gak ?)
Terima Kasih buat semua cerita yang diberikan kepada Saya saat Magang di AIT Thailand.
I cannot forget this amazing moment.