Klik Gambar

Senin, 28 Desember 2009

Asumsi Klasik


Asumsi Klasik

Statistika, dewasa banyak diminati masyarakat apapun profesinya, baik praktisi bisnis-manajemen, praktisi hukum, politisi, medis-psikologis dan sebagainya, teriebih lagi bagi kalangan akadenisi, ilmuwan dan peneliti. Keputuhan statistik sebagai alat analisis dirasakan semakin besar oleh pemakaimya, karena semakin meningaktanya persoalan yang harus diselesaikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sementara di sisi lain waktu yang tersedia untuk menyelesaikan persoalan terasa semakin sempit.
Dinanika ilmu statistik sendiri sebenarnya telah berjalan seiring, bahkan lebih ke depan dibanding dengan kebutuhan penyelesaian permasalahan seharian pemakainya, tetapi persoalannya tidak hanya sebatas pada konsep statistiknya belaka. Waktu yang dirasa semakin sempit menginginkan tehnologi komputer turut berperan dalam penghematan waktu, biaya di saping harapan akan optimalisasi dan akurasi basil yang diperuleh Oleh karena itu telah banyak diprodoksi paket program aplikasi komputer unuk analisis, dan salah satunya adalah Statistical Program for Social Science (SPSS).
SPSS merupakan paket program aplikasi komputer tutuk menganalisis data kuatitatip dengan uji-uji statistik, terutama analisis statistik untuk ilmu-ilmu sosial, Namun demikian kemampuan SPSS dalam menganalisis data terkait dengan analisis statistik tidak harya sebatas pada ilmu-ilmu sasial, tetapi juga dapat digunakan untuk hampir seluruh problematic semua bidang ilmu. Beberapa diskriptip data dengan aplikasi sangat sederhana dan mudah dapat digunakan untuk membuat laporan berbentuk tabulasi, chart (grafik), plot (diagram) dari berbagai distribusi, statistik deskriptif, statistik inferensial, dan analisis statistik yang komplek. Sehingga SPSS merupakan program statistik yang lengkap, menyeluruh, terpadu dan sangat fleksibel untuk analisis data, walau masih ada kelemahan dan kekurangannya.


Secara garis besar SPSS menghasilkan 3 maca mtipe file, yaitu :

1. File data, file ini dihasilkan melalui SPSS Data Editor yang disimpan dengan ekstensi sav.
2. File teks, file ini dihasilkan melalui output window dan disimpan dengan ekstensi lst.
3. File chart, file ini dihasilkan melalui chart window yang disimpan dengan ekstensi cht.
Beberapa macam analisis statistik seperti: Anallsis nilali sentral, analisys of varians (Anova), analisis regresi, analisis diskriminan, analisis non-pararnetrik dan analisis lainnya. Makalah ini membahas penggunaan SPSS untuk analisis regresi dengan focus membangun "madel" regresfuntuk memenuhi asumsi klasik dengan tetap berpedoman pada kaidah teori yang mendukung, guna memperoleh istimasi linier terbaik (Best Linier Unbias Estimate).
Dengan pertimbangan kepraktisan fungsi dan efisiensi waktu, petunjuk teknis pengoperasial diuraikan dengan sangat sederhana, tetapi melalui latihan-latihan serta bimbingan dan mengaplikasikan ke dalam beberapa kasus dan menggunakan komputer diharapkan dapat membuat mahasiswa terampil. Adapun secara garis besar tahan yang harus dilakukan adalah sebagal berikut:

1. Menasukan data
  • Membuat data baru
  • Mengedit data
  • Menambah data
  • Mengakses data
  • Tranformasi data
2. Membangun model regresi dan manganalisis data
3. Mengevaluasi Model melalui hasil analisis
4. Melakukan uji Asumsi Klasik
Salah satu analisis statistik yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dan bentuk hubungan dari dua varlabel atau lebih tersebut digunakan analisis Korelasi, sedang untuk menganalisis ada tidaknya dan besar pengaruh variable independent terhadap variable dependent digunakan analisis regresi. Regresi merupakan alat statistik yang digunakan untuk melihat seberapa jauh suatu veraibel (independent variabel) berpengaruh terhadap variabel lain (dependent variabel) karena adanya hubungan dari dua atau lebih variabel tersebut, serta bagaimana bertuk hubungannya.

Analisis regresi terutama ditujukan untuk penaksiran dari/atau peramalan nilal rata-rata hitung atau nilai rata-rata (populasi) variabel tak bebas atas dasar nilai variabel yang menjelaskan (diketahui) melalui pengambilan sample yang dilakukan secara acak. Sehtngga Sample Regression Function (SRF), digunakan iutuk mendekati Population Regremion Function (PRF), dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares - OLS) yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Yi = Bo + B1X1 + B2X2 + .................. + nXn + E; ( PFR, tidak pernah tahu).
yi; = bo + b1x1 + b2x2 + ..+ bnxn + e; ( SFR, dihitung)
Pertanyaan yang timbul adalah: dengan mererima kenyataan bahwa SRF hanyalah suatu pendekatan dari PFR, dapakah ditemukan suatu ketentuan atau metode yang membuat pendekatan tersebut "sedekat" mungkin ?. Dengan kata lain bagaimana SRF dihitung, sehingga diperoleh bo “sedekat" mungkin Bo sebenarnya, b1 "sedekat" mungkin dengan B1 sebenarnya demikian juga untuk b2, b3 dan seterusnya sanpai bn. Oleh karena itu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dengan melihat :

1. Normalitas
2. Homoskedasitas (kesamaan varians)
3. Nonautokorelasi Autokorelasi, dan
4. Nonmultikolinearitas Multikolinearitas
najemen Global

Rabu, 09 Desember 2009

Uji Asumsi klasik regresi berganda

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi ( Sudrajat 1988 : 164). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser, yang dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual yang diperoleh dari model regresi sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi ini tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Sumodiningrat. 2001 : 271).

2.Uji Asumsi Klasik Heteroskedasitisitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso. 2002 : 206).

3.Uji Asumsi Klasik Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidakakepercayaan ada autokorelasi (Santoso. 2002 : 219)

Jumat, 25 Desember 2009

Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?

Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak cara membuat Matematika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dari yang tradisional menggunakan batang lidi, sampai yang mutakhir ala Glenn Doman. Kuncinya cuma kreativitas.

Penuturan Djomon Bapila, Kepala SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ini misalnya. Djomon mengaku, dia mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.

"Lalu, saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon, awal Oktober lalu.

"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini, mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.

Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematika yang ia ajarkan. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.

Ya, "domino Matematika". Sugimun sudah membuktikan bahwa domino tersebut bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.

Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, maka kartu pada "domino Matematika" berisi berbagai bilangan pecahan.

"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.

"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan (sekolah), mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.

Glenn Doman
Khusus anak balita, mereka memerlukan sistem pembelajaran, metode, dan sarana yang tepat supaya bisa merasa senang dan mudah saat mempelajari Matematika.

Berangkat dari fungsi otak yang memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa pada seorang anak, Dr Glenn Doman menunjukkan betapa mudahnya mengajarkan Matematika ke anak balita dan menjadikan proses belajar tersebut begitu menyenangkan.

Menurut Irene F Mongkar, seorang praktisi metode Glenn Doman, pada masa tiga tahun pertama, otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya, stimulasi yang diberikan pada masa ini akan merangsang kecerdasannya.

Pertanyaannya, bagaimana metode ini mampu membuat pelajaran Matematika menjadi begitu menarik dan menyenangkan buat anak-anak Anda?

- Tahap Pertama, Perkenalkan Jumlah

Perlihatkan kepada anak, kartu-kartu putih berukuran 28 x 28 cm dengan gambar dot (lingkaran berdiameter 2 cm) berwarna merah, mulai dari kartu berjumlah dot 1 sampai dengan 100.

Untuk memperkenalkan jumlah, cukup dengan memberikan 5 kartu, dengan sangat cepat (2 kartu untuk 1 detik) dan diulang maksimum sebanyak 3 kali sehari.

- Tahap Kedua, Perkenalkan Persamaan

Kembali kita menunjukkan kartu-kartu dot, misalnya dot berjumlah 7, 5, dan 12. Tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”tujuh ditambah lima sama dengan dua belas”.

Berikan tiga persamaan dalam setiap pengajaran, dan sehari berikan 3 kali pengajaran. Harus dicatat, setiap persamaan tidak diulang lagi.

- Tahap ketiga, Pemecahan Masalah

Siapkan kartu dot berjumlah 4, 7, 11, dan 16. Lalu, tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”Empat ditambah tujuh sama dengan 11 atau 16?”

Biarkan si anak memilih, dan berikan dia cukup waktu berpikir dan menunjukkan jawabannya. Berikan anak balita kesempatan untuk menggunakan kemampuannya.

- Tahap keempat, Pengenalan Angka

Pengenalan ini prinsipnya seperti pada tahap 1. Adapun pada tahap kelima, perkenalkan persamaan dengan angka yang ditulis dalam karton panjang berukuran 10 x 50 cm, dengan berbagai jenis persamaan, misalnya 7 + 1 + 11 – 5 + 2 – 4.

Dengan cara yang sederhana, waktu yang singkat, sikap gembira dan menyenangkan, kita dapat mengenalkan Matematika kepada anak balita. Dengan begitu, anak balita akan mulai menyenangi Matematika.

Jumat, 18 Desember 2009

BERPRESTASI DI NEGERI ORANG

The Show
Jumat, 04 Desember 2009 21:21:00 Wib
kick andySudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan, ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.

Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

Suhendra misalnya. Pria kelahiran Jakarta, 17 November 1975 itu, saat ini bekerja pada Badan Peneliti Jerman, BAM di Berlin. Alumnus Universitas Diponegoro Semarang itu berhasil bekerja sebagai peneliti di Jerman setelah meraih gelar doktor di sebuah univeritas teknik di Jerman. Uniknya, Suhendra yang ahli di bidang metal eksplosif itu membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan dan mengumpulkan botol bekas.

Jabatan yang diraih Andreas Raharso mungkin membuat kita berdecak kagum. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group yang berkantor di Singapura. Hay Group sendiri mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para pimpinan dunia seperti Amerika serikat, Perancis dan Inggris. Jabatan yang diraih Andreas Raharso cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu didominasi warga Amerika dan Eropa.

Satu lagi orang Indonesia yang berhasil menduduki posisi penting adalah Profesor Yow Pin Liem. Pria 49 tahun asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah pimpinan dan pendiri sebuah perusahaan riset Pro Thera Biologisc di Rhode Island, Amerika Serikat. Di tempat riset Prof Yow ini sudah banyak berkontribusi melakukan penelitian terutama masalah pemahaman seputar molekul kanker dan anthrax.

Barangkali gelar akademis yang diraih Kent Sutanto ini tentulah langka. Pria kelahiran Surabaya 1951 silam itu meraih gelar doktor di Jepang. Tidak tanggung-tanggung gelar doktor yang diraih Kent di negeri sakura itu sebanyak empat gelar dari universitas yang bebeda. Saat ini Kent Sutanto mengajar di Universitas Waseda, kampus almamaternya. Selain itu Kent Sutanto juga sebagai dosen tamu di Universitas Venesia, Italia. Karena otaknya yang cemerlang, pria asal Surabaya yang sudah 35 tahun tinggal di Jepang itu mendapat kepercayaan pemerintah setempat duduk di MITI, semacam Departemen dan Perindustrian Jepang.

Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Walau kondisi pendidikan di tanah air dirasa masih belum kondusif mereka mampu menembus ruang dan waktu berkiprah cemerlang di tingkat internasional. Mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. ( end )

Selasa, 01 Desember 2009

Flag Counter

free counters

Cara Menampilkan Lencana Facebook di Blog

Cara Menampilkan Widget Badge / Lencana Facebook di Blog

Menampilkan alamat Facebook di Blog berupa Widget Badge /Lencana termasuk penting juga untuk menambah jumlah teman anda di facebook. Dengan makin banyaknya teman dan tautan blog anda di facebook akan sangat baik bagi anda untuk mempromosikan blog di situs jejaring besar ini. Bukan kah ini juga termasuk Tips SEO di samping tips SEO lainnya yang lebih esensial ?
Untuk memasang widget ini caranya sebagai berikut.

1. Login ke facebook anda
2. Klik aja nama akun facebook anda (terdapat di navbar paling atas situs)
3. Klik buat lencana profil / create badge di pojok kiri bawah

4. Selanjutnya anda tinggal memilih tipe badge atau lencana lalu salin / paste kode yang diberikan dari masing-masing widget yang anda kehendaki, ke HTML / Javascript blog anda. Anda juga dapat mengedit apa saja yang akan di tampilkan di widget badge tersebut.
Catatan : Untuk menampilkan URL blog / situs, anda tinggal melengkapi saja profil facebook anda.
Selamat mencoba.

Ini Gambar Buron Tersangka Nomor Satu di Bolivia

Ini Gambar Buron Tersangka Nomor Satu di Bolivia

Rabu, 25 November 2009 | 10:46 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Gambar tersangka buron tersangka yang dikeluarkan polisi biasanya lukisan lumayan bagus. Tapi lihat gambar ini: pernah terbayang itu gambar buron tersangka? Terbayang pula jika lewat gambar itu polisi Bolivia bisa menangkap tersangka pembunuh?

Gambar buron tersangka itu muncul saat seorang sopir taksi, Rafael Vargas, dibunuh dengan sadis. di Santa Cruz, Bolivia, pada Maret silam. Vargas ditusuk dan kemudian dibakar di tengah jalan.

Polisi kemudian meminta warga yang tahu kejadian, untuk melapor. Salah satu warga, seorang perempuan, mengatakan kepada polisi ia bisa menggambar wajah tersangka pembunuh sadis itu.

Jadi, warga itu menggambar tersangka buron. Gambar ini begitu kekanak-kanakan, bahkan tanpa memiliki kuping. Tapi polisi menganggap serius, menyiarkan di televisi.

Rupanya gambar tersangka buron ini begitu memikat publik Bolivia sehingga malah begitu terkenal. Di You Tube, siaran berita saat pembawa acara memperlihatkan gambar buronan itu menjadi top. Kasus ini pun menjadi perhatian seluruh Bolivia. Akibatnya, polisi akhirnya bisa menangkap dua tersangka pembunuh.

Televisi dan media Bolivia, oleh undang-undang setempat, dilarang memperlihatkan wajah orang yang ditangkap polisi. Jadi, mereka mengganti wajah itu dengan gambar buronan itu.

Tancep Kayon'

'Tancep Kayon'

Minggu, 29 November 2009 | 00:34 WIB

Putu Setia

Bagi yang gemar menonton pertunjukan wayang kulit, ada istilah tancep kayon. Arti sebenarnya adalah menancapkan kayon, yaitu wayang yang merupakan simbol gunungan. Makna simbolisnya adalah perpindahan adegan, misalnya, dari kisah para kesatria Pandawa menjadi kisah para Kurawa. Tapi tancep kayon juga bisa bermakna pertunjukan selesai. Penonton pulang dengan kesannya masing-masing.

Karena wayang adalah gambaran "bhuwana alit" atau dunia yang kecil, dalam "bhuwana agung" atau kisah keseharian umat manusia, begitu banyak ada kisah yang silih berganti. Tapi intinya tetap perang antara kebenaran dan ketidakbenaran. Lakon Komisi Pemberantasan Korupsi versus Polisi dan Kejaksaan hanya satu contoh. Tokohnya banyak, yang mendompleng ingin jadi tokoh juga banyak. Di satu sisi ada Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah. Di seberangnya ada Kapolri, Kabareskim, Jaksa Agung. Lalu di antara dua sisi itu ada Buyung Nasution dengan Tim 8, ada Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md., dan masih banyak pendekar lainnya, baik yang terang-terangan memihak salah satu maupun sembunyi-sembunyi.

Tiba-tiba tancep kayon, setidaknya diniatkan begitu. Lalu siapa yang benar dan salah? Tak ada. Selain ini kecanggihan Ki Dalang, tradisi pergelaran memang demikian. Penonton dibiarkan "pulang" dengan pikiran mengambang, tergantung bagaimana dia melihat pertunjukan itu. Bibit dan Chandra boleh merasa menang karena perkara mereka sudah pasti tak ke pengadilan. Polisi juga merasa menang karena berhasil menyusun berkas penyidikan dan diserahkan ke institusi penuntutan tanpa ada yang kurang. Kejaksaan juga menang karena berhasil mendapatkan berkas penuntutan yang bukti-buktinya lengkap. Bahwa prosesnya tak ke pengadilan, Kejaksaan tentu bisa berkata dengan sombong: "Bukti cukup dan lengkap, tapi ada arahan agar kami tak meneruskan ke pengadilan. Bukan salah kami."

Jadi kasus KPK versus Polisi dan Jaksa--seperti pergelaran wayang kulit--berakhir di awang-awang. Penonton yang kritis--karena itu jarang ada orang kritis nonton wayang kulit--yang ingin ada kemenangan dan kekalahan mutlak akan kecewa berat. Kayon sudah ditancapkan.

Tapi pertunjukan dengan kisah yang lain pasti akan menyusul karena begitulah dunia wayang. Sebentar lagi akan muncul lakon Bank Century. Jika lakon KPK versus Polisi dan Jaksa menguras energi penonton tiga bulan--kita hitung dari dipanggilnya pimpinan KPK oleh polisi--kasus Bank Century bisa lebih lama. Tokohnya orang terkenal, Boediono yang kini wakil presiden dan Sri Mulyani yang Menteri Keuangan. Di seberang ada Panitia Angket DPR, orang-orang yang sedang mencari panggung. Di tengah-tengah--memihak ataupun mengaku netral--ada Badan Pemeriksa Keuangan, pengamat perbankan, pemilik dan nasabah bank, dan masih banyak lagi. Ini jadi pertunjukan menarik karena pasti penuh dengan dinamika--kata sederhananya: serang-menyerang. Tak mustahil, dengan alasan demi ketertiban masyarakat, kasusnya akan ditutup dengan gaya pergelaran wayang kulit, tancep kayon.

Orang yang tak suka wayang kulit sulit sekali menerima kenyataan kenapa tontonan itu harus dipelototi semalam suntuk, begitu lamban. Persis dengan lakon di dunia nyata, penyelesaiannya amat lamban. Kita kehilangan banyak waktu. Kalau satu kasus diselesaikan tiga bulan--dengan hasil tak jelas pula--dalam 60 bulan, pemerintah hanya mengurusi 20 kasus.

Ke mana kita harus berguru masalah ketegasan, kecepatan, dan kepastian? Kita punya banyak teater tradisional, tak cuma gaya pergelaran wayang kulit.

Melodrama

Melodrama

Senin, 30 November 2009
Politik terkadang butuh melodrama. Pada saat-saat tertentu ia sebuah melodrama tersendiri bahkan. Seperti dalam sinetron yang silih berganti kita saksikan di TV—lakon-lakon yang itu-itu juga, Kitsch yang tanpa malu memperdagangkan ajaran budi pekerti yang simplistis—politik sebagai melodrama bisa juga bicara tentang ”moral” dan pada saat yang sama, tak meyakinkan.
Melodrama dibangun oleh ”monopati”. Kata ini saya pungut dari Oliver Marchand yang menulis satu esai yang bagus tentang politik sebagai teater dan teater sebagai politik (Marchand meminjamnya dari Robert Heilman). Monopathy adalah ”kesatuan perasaan yang membuat seseorang merasakan diri utuh”. Tokoh-tokoh dalam sebuah melodrama ”tak punya konflik yang mendasar dalam dirinya”—berbeda dari tokoh-tokoh tragis, yang terobek-robek antara nasib dan kebebasan, antara kewajiban besar dan gelora hati. Melodrama adalah konflik manusia dengan manusia lain, sedang tragedi menghadirkan tokoh seperti Hamlet dan Oedipus, dan dengan demikian tragedi adalah konflik di dalam diri manusia. Maka melodrama bergantung pada permusuhan dengan sesuatu yang di luar sana—si jahat atau bakhil, ideologi yang memusuhi atau kekuasaan yang akan menindas, alam yang destruktif, dan lain-lain. Dalam melodrama, dunia hanya hitam atau putih.
Maka benar juga jika dikatakan, melodrama mirip politik, tragedi mirip agama—kecuali bila agama pun jadi proyek politik, bukan lagi merupakan ruang persentuhan aku dan Tuhan, melainkan ruang persaingan atau benturan antara ”kami” dan ”mereka”.
Revolusi adalah model yang bisa jadi acuan jika kita bicara tentang politik se­bagai melodrama. Dramawan Peter Brooks menunjukkan hal ini. Melodrama, katanya, adalah ”genre dan ucapan dari moralisme revolusi”. Dalam revolusi pesan moral diutarakan tanpa ambiguitas: di sini kaum revolusioner yang mulia, di sana kaum kontrarevolusioner yang keji.
Tiap revolusi menyangka, atau menyatakan diri, membawa sesuatu yang baru. Revolusi Prancis menyatakan tahun permulaan kekuasaan baru sebagai ”tahun nol”. Revolusi Rusia mengubah nama-nama kota terkenal (”St. Petersburg” jadi ”Leningrad”), juga Revolusi Indonesia menolak nama ”Batavia” dan menjadikannya ”Jakarta”. Bahkan Bung Karno mengubah nama orang yang me­ngandung nama ”Belanda”: Lientje Tambayong jadi ”Rima Melati”, Jack Lemmers jadi ”Jack Lesmana”.
Para sejarawan mungkin tak akan melihat apa yang ”baru” bisa sedemikian absolut. Tarikh baru bisa dimaklumkan, nama baru bisa diterima umum, tapi senantiasa akan ada endapan dari masa lampau dalam peristiwa revolusioner yang mana pun. Lagu Revolusi Oktober yang dinyanyikan dengan menggetarkan oleh paduan suara Tentara Merah menggunakan melodi yang sama dengan nyanyian Selamat Tinggal, Slavianka yang digubah pada 1912—yang juga dinyanyikan untuk membangkitkan semangat pasukan Tsar menjelang perang di Balkan.
Sudah tentu, bagi kaum militan yang muncul menegaskan diri dalam revolusi, apa yang ”baru” itulah yang menyebabkan mereka maju dan yakin. Badiou, yang menyebut Revolusi Prancis dan Rusia sebagai ”kejadian”, l’evénement, mengklaim bahwa kejadian itu adalah sebuah proses ”kebenaran”, dan ”kebenaran”, (berbeda dari ”pengetahuan”) bersifat ”baru”. Mungkin seperti puisi yang lahir dan—meskipun menggunakan bahasa yang ada—bisa dihayati sebagai baru sama sekali.
Persoalannya, sebuah revolusi (sebagai ”kejadian” yang dahsyat sekalipun) bukan hanya menerobos sebuah ”situasi”, bukan sesuatu yang datang dari luar sejarah, melainkan juga datang dari sebuah ”situasi”, dari sebuah keadaan yang terkadang disebut status quo. Saya kira Marx lebih benar ketimbang Badiou: revolusi bagi Marx tak akan terjadi bila tak ada keadaan obyektif, bila tak terjadi penguasaan total alat produksi di masyarakat oleh kaum borjuis dan makin meluasnya mereka yang tak punya apa pun, kecuali tenaga.
Dengan kata lain, politik dan revolusi sebagai melodrama bukanlah lakon seru yang tak dirundung ambiguitas dalam dirinya. Tiap perubahan besar sebuah masyarakat selamanya mengandung sifat yang tragis: kita bersengketa dengan diri kita sendiri, gerak terasa mundur dan jadi antiperubah­an, tak pastinya proses yang biasa diba­yangkan dalam pidato-pidato ”moralisme revolusioner”.
Politik yang tetap tak ingin melihat diri sebagai melodrama akan dengan cepat jadi komedi atau bahkan farce. Para pejuang yang bukan lagi pejuang tapi terus mengklaim kesucian motif dalam dirinya dan kemurnian semangat dalam kepejuangannya, akan tampak menggelikan, atau semakin tak meyakinkan para penonton. Terutama dalam keadaan ketika elan perubahan telah bercampur dengan rasa kecewa dan hilangnya keyakinan yang meluas.
Tapi melodrama selalu tersimpan dalam sebuah masyarakat. Hidup terkadang terlalu penuh warna abu-abu hingga orang menginginkan gambar yang tegas dan sederhana. Yang tragis menakutkan. Kita pun membuat kisah seperti Ramayana dengan akhir yang jelas dan bahagia: Sita kembali mendampingi suaminya setelah Dasamuka yang jahat itu mati. Tak ada dalam cerita kita bahwa Sita harus dibakar untuk membuktikan dirinya ”suci” setelah bertahun-tahun hidup di bawah kuasa lelaki lain.
Melodrama, dalam pentas dan dalam politik, memang mengasyikkan, dengan atau tanpa air mata. Tapi memandang politik dengan sikap pengarang sinetron akan cenderung menampik kesadaran akan yang tragis dalam sejarah—dan kita hanya akan jadi anak yang abai dan manja.
Hidup tak bergerak dengan monopati.
Goenawan Mohamad

Hari AIDS Sedunia


1 Desember, Hari AIDS Sedunia
Jumlah pengidap dan penderita HIV/ AIDS di Indonesia semakin memprihatinkan. Hingga November 2009 pemerintah mendata sekitar 298 ribu orang di tanah air hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Secara kumulatif data Departemen Kesehatan hingga September 2009 hanya tercatat 18.442 kasus AIDS. Berarti mengalami kenaikan yang luar biasa cepatnya.
Di Indonesia hampir tidak ada provinsi yang bebas HIV/AIDS. Malah, diperkirakan saat ini HIV-AIDS telah ditemukan di lebih separo jumlah kabupaten dan kota di tanah air. Maka dari itu, waspadalah…waspadalah..!

Saktinya Anggodo Widjojo


Saktinya Anggodo Widjojo
Anggodo Widjojo, tokoh sentral setelah rekaman penyadapan KPK dibeber di MK, kembali menunjukkan kesaktiannya. Ang Tju Nek, nama Tionghoa Anggodo, tak pernah menunjukkan rasa keder meski nyata-nyata merekayasa proses jalannya peradilan dan telah diketahui orang seluruh negeri. Kali ini apa yang terjadi pada Anggodo betul-betul menjawab penasaran rakyat bahwa dia memang sosok sakti mandraguna. Rakyat tak ragu lagi sekarang. Betapa memble aparat penegak hukum kita, betapa bebal institusi penyangga keadilan terhadap harapan rakyat akan rasa keadilan.
Logikanya sederhana saja. Seperti yang diherankan Trimoelja D. Soerjadi, pengacara kawakan dari Surabaya, simpul dalam kasus penyuapan itu cuma ada dua. Yaitu, yang disuap dan yang menerima suap. Yang dituduh menerima suap, Bibit dan Chandra, telah mengalami nasib begitu rupa. Dikuyo-kuto dan menjadi pemberitaan media massa sekian lama, karena polisi menuduh dua pimpinan KPK itu telah menerima suap dari Anggodo lewat Ari Muladi. Simpul lainnya yaitu Anggodo, sebagai pihak penyuap. Tapi, hingga hari ini dia tetap menjadi orang yang baik-baik saja di mata polisi. Ada apa ini?

FIFA WORLD CUP 2022 INDONESIA



Ambisi Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia perlu kita dukung. Walaupun banyak yang apatis akan keberhasilannya, namun kami dari KDRI mencoba untuk berpikir positif saja.

Nah kira - kira kalo Indonesia jadi tuan rumah, mungkin logonya seperti ini. Bola dengan gambar pulau Indonesia berwarna warni yang sedang ditendang dengan lekukan membentuk angka 2022.

Moga - moga mimpi kita bisa jadi kenyataan ya! Menjadi tuan rumah penggila bola di tahun 2022.

Indonesia Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2022…!!

Ini Dia Calon Tuan Rumah Piala Dunia 2022…!!


Indonesia sudah resmi mengirim permohonan ke organisasi sepakbola dunia FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Sebanyak 24 anggota Komite Eksekutif FIFA akan memutuskan negara tuan rumah 2018 dan 2022 pada Desember 2010.

Sejak digelar pertama kali 1930, Eropa sudah menggelar Piala Dunia 10 kali dan Amerika Latin enam kali. Sedang Asia dan Amerika Serikat masing-masing sekali. Afrika sudah mendapat jatah karena Afrika Selatan menjadi tuan rumah untuk 2010 sedang 2014 bakal digelar Brasil.

Untuk menjadi tuan rumah, FIFA mensyaratkan ada satu stadion berkapasitas di atas 80 ribu tempat duduk untuk final dan 12 stadion lain berkapasitas minimal 40 ribu tempat duduk. Ini bisa menjadi masalah bagi Indonesia yang biasa membangun stadion-stadion kecil, meski untuk final sudah memiliki Gelora Bung Karno yang bisa menampung 88 ribu penonton.

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?

Mau Presentasi Sehebat Trainer ?
Info detail hubungi WA 085852316552
Ringga Arie Suryadi. Diberdayakan oleh Blogger.